Peringati Hari Pahlawan, Satarupa dan Puan Pahlawan yang Terlupakan
ruzka.republika.co.id--Dalam rangka peringati Hari Pahlawan, bertempat di aula lantai 4 Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat 10 November didiskusikan kisah tentang pahlawan perempuan yang terlupakan.
Kisah tentang para perempuan penggiat literasi itu, erat kaitannya dengan kritikus sastra HB Jassin.
Mereka adalah para perempuan yang menjadi spirit bagi HB Jassin untuk mengumpulkan buku-buku sastra yang endingnya menjadi perpustakaan sastra dengan nama Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin.
Para perempuan yang terlupakan di bidang literasi itu memiliki kisah miris yang terjadi di era orde baru.
Ada beberapa dari mereka seperti Siti Roekiah yang dilarang menulis kembali. Padahal ia penulis yang hebat di masanya.
Baca Juga: Inside Out 2 Rilis Trailer, Penggemar: Akhirnya... Setelah 8 Tahun
Kemudian ada penulis dan pelukis Emeria Soenassa. Dia srikandi Palang Merah Indonesia dan salah satu penulis yang terlibat dalam pembebasan Irian Barat. Namun namanya tenggelam setelah menulis beberapa buku.
Seiring berjalannya waktu ada penulia perempuan bernama Huriah Adam. Perempuan asal Minang ini ahli di dalam menulis, menari, dan membuat patung. Huriah Adam memadukan seni tradisi dan kontemporer.
Sayang saat hendak kembali ke kampung halamannya, pesawatnya jatuh. Dia tewas di usia mudanya yaitu 35 tahun. Di puisi-puisinya ia seakan telah mengisyaratkan tentang kematiannya.
Baca Juga: Wonka, Kisah Pembuat Pabrik Cokelat yang akan Tayang Desember 2023
Ada pula perempuan bernama Oei Sian Lok, dia kritikus seni lulusan ITB dan tulisannya kerap dimuat di Star Weekly.
Setelah mengganti namanya menjadi Eujin Damayanti, dia berhenti menulis tentang kritik sastra dan beralih ke pekerjaan membuat kerajinan. Namanya tenggelam dan tak pernah terdengar lagi.
Tokoh yang melegenda juga bernama Siti Sundari. Perannya di dalam menginspirasi pembuatan lagu Indonesia Raya yang dikarang Wage Rudolf Supratman. Peran Siti Sundari di penulisan lagu itu cukup besar. Namun namanya pun lenyap tak terdengar lagi.
Baca Juga: Kolaborasi Agnez Mo dan B.I Sukses Kejutkan Fans Lewat Lagu Barunya ‘All Shook Up’
Para perempuan yang berjuang di dunia literasi ini, pada akhirnya nama mereka lenyap di telan masa. Namun Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin berusaha membuat data base dan mencatat kisah kepenulisan mereka.
Memang, nasib mereka di masa itu berbeda dengan sekarang. Di era milineal seperti sekarang, peran perempuan di dunia kepenulisan tak lagi mengalami tekanan.
Namun persaingan di dalam dunia literasi kian ketat. Khususnya untuk menembus media-media mainstream yang kian menciut jumlahnya.
Reporter: Fanny J Poyk