Info Kampus

Seminar Awam #BicaraSehat RSUI, Depresi Pasca Melahirkan, Kenali dan Tangani Segera

Seminar Awam Bicara Sehat Virtual RSUI, Depresi Pasca Melahirkan, Kenali dan Tangani Segera.

ruzka.republika.co.id--RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian Seminar Awam #BicaraSehat dengan tajuk utama: “Depresi Pasca Melahirkan, Kenali dan Tangani Segera”.

WHO menyebutkan bahwa gangguan depresi (juga dikenal sebagai depresi) adalah gangguan mental yang umum.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hal ini dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk hubungan dengan keluarga, teman dan komunitas.

Baca Juga: Dinas PUPR Depok Perbaiki Kerusakan Jalan Tanah Baru yang Amblas

Depresi bisa terjadi pada siapa saja dengan wanita lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan pria.

Diperkirakan 3,8% populasi mengalami depresi, termasuk 5% orang dewasa (4% pada pria dan 6% pada wanita), dan 5,7% orang dewasa berusia lebih dari 60 tahun.

Sekitar 280 juta orang di dunia mengalami depresi. Di seluruh dunia, lebih dari 10% wanita hamil dan baru melahirkan mengalami depresi.

Baca Juga: NDX dan Denny Caknan Positif Main di Resoundansi 2023

Lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Bunuh diri adalah penyebab kematian keempat pada kelompok usia 15-29 tahun.

Terkait hal tersebut, RSUI menyelenggarakan kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat: Depresi Pasca Melahirkan, Kenali dan Tangani Segera.

Seminar ini dimoderatori oleh Latifa Pertiwi, S.Tr.Keb, Bidan RSUI. Narasumber pertama dr Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG(K)Fer, MARS, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUI membawakan materi dengan tema “Kenali Perubahan Tubuh dan Hormon pada Ibu”.

Baca Juga: Bakul Budaya dan Alumni Menwa UI Jajaki Kerjasama di Bidang Seni, Budaya dan Konservasi Alam

Hormon merupakan alat komunikasi antar organ tubuh yang berbentuk zat kimia atau biologis yang sifatnya spesifik.

Pada saat awal kehamilan, kadar hormon beta HCG sangat tinggi, hal ini yang menyebabkan pengecekan kehamilan dapat dilakukan melalui urine.

Selain melalui urine, hormon beta HCG juga dapat terdeteksi melalui darah. Setelah minggu ke delapan masa kehamilan, hormon beta HCG akan menurun, sedangkan hormon esterogen dan progesteron akan meningkat sampai masa kelahiran.

Baca Juga: Diluncurkan Bank Digital dengan Saku Produk yang Intuitif dan Serbaguna

Dokter Cepi mengatakan, pasca melahirkan hormon akan berbalik 180 derajat, esterogen, progesteron dan bete HCG akan menurun drastis, dan hormon prolaktin akan semakin tinggi, karena sudah waktunya untuk inisiasi menyusui dini.

Penurunan hormon progesteron dan hormon masa kehamilan memang berhubungan dengan postpartum blues.

“Penurunan hormon berpengaruh ke mood swing ibu. Keadaan tersebut biasanya berlangsung selama 6-8 minggu atau selesai masa nifas. Biasanya normalnya seperti itu, apakah berlanjut apa enggak tergantung dari individu” ujar dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG(K)Fer, MARS dalam siaran pers yang diterima Selasa (21/11/2023).

Baca Juga: Suporter Inggris Sebut JIS Keren Habis

Narasumber kedua yang memberikan pemaparan pada kesempatan ini, yaitu dr Danti Filiadini, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUI.

Melanjutkan pemaparan Dokter Cepi sebelumnya, dibahas terkait perubahan mood atau kondisi yang disebabkan oleh perubahan hormon saat masa kehamilan dan pasca melahirkan yang juga dapat menyebabkan depresi postpartum.

Depresi postpartum atau depresi yang terjadi setelah persalainan, sering kali kurang terdiagnosis dan tidak mendapat penanganan

Baca Juga: Universitas Indonesia Sarat Kegiatan Pengabdian Masyarakat

“Kondisi depresi ini memengaruhi bagaimana seseorang merasakan, berpikir, dan melakukan sesuatu. Perasaan yang dialami tidak hanya sedih, bisa juga muncul lebih sensitif misalnya emosi lebih meledak-ledak, mudah marah, mudah tersinggung, atau justru menjadi apatis” jelas dr Danti Filiadini, Sp.KJ.

Kurang terdiagnosisnya depresi postpartum dikarenakan ibu yang baru melahirkan ini ada kecenderungan untuk menutupi apa yang dirasakan, karena mungkin dukungan dari orang di sekitarnya kurang, atau lingkungannya kurang memadai.

Kondisi ini dapat berdampak buruk bila dibiarkan. Beberapa belakangan ini kita mendengar berita terkait baby blues yang bisa berdampak berat dan dapat memengaruhi tidak hanya kesehatan anak dan keluarga saja, tetapi juga keselamatan diri dan anaknya itu sendiri.

Baca Juga: Hadirkan Solusi Smart & Green, Ada Promo Spesial PV Rooftop dari PLN Icon Plus

“Gejala yang dapat dikenali apabila seorang ibu mengalami depresi postpartum, seperti mood depresif, hilang minat, insomnia/hipersomnia, timbul perasaan tidak berharga atau bersalah, penurunan energi, timbul pikiran untuk mengakhiri diri dan muncul pikiran terkait kematian yang berulang, gangguan konsentrasi atau sulit mengambil keputusan, dan adanya perubahan berat badan” paparnya.

Baby blues dan depresi postpartum merupakan hal yang berbeda. Perbedaan dua kondisi tersebut, yaitu dari segi durasinya baby blues kurang dari 2 minggu artinya sifatnya hanya sementara, sedangkan depresi postpartum durasinya lebih dari 2 minggu.

Baca Juga: Skor Unik 21-12, Gregoria Mariska Tanjung Raih Gelar Juara Japan Masters 2023

Mulainya gejala yang timbul, baby blues akan muncul dalam 2-3 hari setelah melahirkan, sedangkan depresi postpartum sering kali muncul di bulan pertama hingga tahun pertama setelah melahirkan.

Perbedaan yang sangat penting, ibu yang mengalami baby blues, pikiran mengakhiri diri tidak ada, sedangkan depresi postpartum dapat berpikir untuk mengakhiri diri.

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang, serta berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini, salah satu yang menarik perhatian yaitu cara apakah adanya rasa sampai ingin menyakiti anak itu merupakan salah satu gejala depresi postpartum.

Baca Juga: Piala Dunia U-17 Membius SSB di Indonesia

Dokter Danti menjelaskan gejalanya bisa banyak, rasa ingin menyakiti merupakan salah satu dari gejala tersebut.

Namun menurut penuturan dokter Danti, tidak hanya satu gejala, perlu ada gejala-gejala lain yang timbul sehingga seseorang bisa dikatakan terdiagnosis depresi postpartum.

Lalu apakah orang yang terkena depresi postpartum dapat disembuhkan? Dokter Danti mengatakan “dengan terapi dan pengobatan kita harapkan bisa kembali ke kondisi sebelum mengalami depresi”.

Baca Juga: Histeria, HUT ke 47 SMAN 1 Kota Depok Tampilkan Andra and The Backbone

Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran dan ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait kasus depresi postpartum atau lainnya dengan senang hati dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI.

RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas.

Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=nlTNA5PGgkI.

Berita Terkait

Image

Bisa Dicover BPJS Ketenagakerjaan, Begini Cara Penanganan Ortopedi dari Penyakit Akibat Kerja

Image

Yuk, Cegah dan Deteksi Dini Kanker Tiroid

Image

Tingkatkan Kapasitas Bidan dan perawat, RSUI Buat Program Sekolah Tangguh Cegah Stunting di Baduy