Pengamat Komunikasi Politik: Kecil Peluang Ridwan Kamil Lawan Kotak Kosong
RUZKA REPUBLIKA - Upaya pembentukan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus tampaknya memang mengarah untuk menjegal pencalonan Anies Baswedan.
Hal itu diungkapkan Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M Jamiluddin Ritonga, Rabu (07/08/2024) petang.
"Upaya itu diperlukan karena Ridwan Kamil masih diragukan dapat mengalahkan Anies pada Pilkada Jakarta 2024. Kekwatiran itu wajar karena Anies sebagai petahana masih dicintai sebagian warga Jakarta," ungkap pengamat yang kerap disapa Jamil ini.
Baca Juga: Semarak Hari Kemerdekaan, Dinkes Depok Siapkan Gebyar USG dan Pemeriksaan Lab Gratis
Menurutnya, warga Jakarta banyak mencintai Anies karena selama menjadi gubernur dinilai berprestasi. Anies juga dinilai baik karena keberpihakannya kepada warga miskin.
"Kecintaan terhadap Anies itu juga tercermin pada elektabilitasnya yang masih tertinggi dibandingkan kandidat lainnya. Anies mengalahkan Ahok dan Ridwan Kamil," imbuhnya.
Karena itu, lanjut Jamil, KIM merasa perlu menarik partai yang akan mengusung Anies. Nasdem, PKB, dan PKS coba didekati agar meninggalkan Anies.
Baca Juga: Wow! 57 Tahun, Bulog Setia Temani Ibu Indonesia di Dapur
"Kalau upaya itu berhasil, maka PDIP tinggal bersama PPP dan Perindo yang belum menentukan cagub dan cawagub Jakarta. Namun tiga partai ini secara administrasi tidak cukup untuk mengusung pasangan cagub dan cawagub Jakarta," jelas Jamil.
Kalau skenario itu terwujud, maka Ridwan Kamil tidak punya lawan. Sebab, calon independen juga berpeluang maju relatif kecil karena tidak cukup syarat dukungan.
"Bahkan kalau pun calon independen bisa maju, namun peluangnya untuk menang melawan Ridwan Kamil sangat kecil. Sebab, hingga saat ini elektabilitas calon independen belum ada atau muncul," tandas penganat yang juga mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini
Baca Juga: Lalamove Semarakkan Hari Anak Nasional Melalui Driving Dreams Drawing Competition
Masalahnya, lanjutnya, apakah KIM bisa menarik Nasdem, PKB, dan PKS? Untuk PKB tampaknya berpeluang untuk menerima ajakan KIM. Sebab, PKB partai yang cenderung pragmatis. Selama itu menguntungkan, PKB bisa saja mengalihkan dukungannya ke Ridwan Kamil.
"Namun PKS tampaknya masih bertahan untuk mendukung Anies. Sebab, PKS masih partai yang ideologis sehingga tidak mudah meninggalkan Anies," ungkap Jamil.
Kalau Nasdem, tampaknya juga relatif pragmatis. Karena itu, ada kemungkinan tergoda untuk bergabung bersama KIM. Namun begitu peluang Nasdem tetap mengusung Anies juga masih terbuka karena Anies punya historis dengan Nasdem. Setidaknya Anies punya jasa dalam pendirian Nasdem saat menjadi ormas.
Kalau pun Nasdem tetap bergabung ke KIM, ada kemungkinan PKS dan PDIP akan membentuk poros untuk mengusung Anies. Hal itu mereka lakukan untuk mencegah Ridwan Kamil melawan kotak kosong.
"Jadi, peluang Ridwan Kamil melawan kotak kosong tampaknya tidak akan terjadi. Ridwan Kamil akan berhadapan dengan Anies. Kalau ini terwujud, siapa pun pemenangnya hanya selisih tipis. Bahkan peluang Anies menang lebih besar daripada Riswan Kamil. Hal inilah yang tidak dikehendaki KIM sehingga berupaya menggagalkan pencalonan Anies dengan keinginan membentuk KIM PLUS," papar Jamil. (***)
Penulis: S Dwiyantho Putra