Bersepeda akan Sebabkan Disfungsi Ereksi, Mitos atau Fakta?
ruzka.republika.co.id--Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan yang dapat dicegah dan mendorong deteksi dini dan pengobatan penyakit.
Seminar kali ini membahas penyakit yang ditakuti kaum pria bertajuk “Diabetes dan Bersepeda Sebabkan Disfungsi Ereksi, Mitos atau Fakta?”.
Disfungsi ereksi (DE) merupakan gangguan seksual berupa kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. DE merupakan gangguan seksual yang paling umum pada pria. Namun, DE sering dianggap remeh dan dianggap tabu untuk dibicarakan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DE pada penderita diabetes melitus lebih tinggi. Mengapa hal ini bisa berhubungan?
Selain diabetes melitus, kegiatan bersepeda juga banyak dikaitkan dengan terjadinya disfungsi ereksi. Beberapa orang beranggapan bahwa tekanan pada area sekitar alat kelamin laki-laki saat bersepeda bisa merusak saraf dan pembuluh darah dan dapat memicu terjadinya disfungsi ereksi.
Apakah hal tersebut benar atau hanya sekedar mitos?
Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Dr. Masfuri, S.Kp., M.N yang merupakan Manajer Keperawatan RSUI.
Narasumber seminar ini yaitu dr Widi Atmoko, Sp.U(K)-FICS yakni seorang dokter Spesialis Urologi Konsultan Andrologi Urologi di RSUI. Dokter Widi membawakan materi berjudul “Bersepeda dan Disfungsi Ereksi, Apakah Berkaitan?”.
Dokter Widi mengawali materi dengan menjelaskan kelebihan olahraga bersepeda dibanding olahraga lain. Bersepeda termasuk dalam jenis olahraga yang low impact sehingga tidak menyebabkan tekanan berlebih pada sendi atau jaringan otot, mudah untuk dilakukan karena tidak memerlukan keahlian khusus, serta intensitas dan durasinya bisa disesuaikan dengan kemampuan tiap orang.
Banyak manfaat dari segi kesehatan yang bisa didapatkan dengan rutin bersepeda diantaranya dapat meningkatkan kekuatan otot dan fleksibilitas, meningkatkan kesehatan jantung dan kapasitas paru, mengurangi rasa cemas dan depresi, serta membantu untuk menurunkan kadar lemak tubuh.
Kemudian dokter Widi menjelaskan bagaimana bersepeda dapat memengaruhi organ seksual pria karena banyak sekali info yang beredar bahwa bersepeda dapat berdampak negatif terhadap hal tersebut. Saat bersepeda, terjadi penekanan area perineum oleh saddle sepeda, dan diperberat dengan getaran saat bersepeda.
Hal ini membuat arteri dan saraf pudendus terhimpit menyebabkan penurunan oksigen sementara, alhasil terjadilah mati rasa/kebas di area perineum dan ini sering dihubungkan dengan risiko impotensi yang meningkat sebesar 1,4 kali.
Kemudian dokter Widi menyampaikan sebuah penelitian yang menunjukkan prevalensi disfungsi ereksi pada pesepeda dan non-pesepeda. Ternyata didapatkan hasil bahwa kejadian DE pada pesepeda (n=2774) yaitu 56,4 persen dan kejadian pada non-pesepeda (pelari dan perenang) (n=1158) yaitu 65,2 persen.
Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa bersepeda tidak berhubungan dengan peningkatan insidensi impotensi dan terdapat temuan lain adanya kejadian struktur uretra yang lebih tinggi pada pesepeda (risiko trauma).
Dokter Widi juga memaparkan hasil penelitian lain yaitu penelitian terhadap 5282 pesepeda pria di Inggris. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bersepeda dengan disfungsi ereksi maupun infertilitas pria.
Prediktor terkuat terjadinya DE justru adalah hipertensi (meningkat 1,94 kali), merokok (meningkat 2,34 kali), dan usia yang lebih dari 60 tahun (meningkat 8,7 kali). Selain itu, penelitian dari MMAS Study (Massachusetts Male Aging Study) menunjukkan bahwa risiko DE tertinggi terjadi pada pasien yang memiliki gaya hidup sedenter (duduk selama ≥9 jam per hari).
Dokter Widi lalu menjelaskan beberapa langkah untuk meminimalisir risiko DE pada saat bersepeda, diantaranya (1) menyesuaikan sepeda dengan tubuh (bike fitting), (2) memilih saddle yang lebar dan no-nose, (3) menggunakan padding (pada sepeda atau padded short), (4) beristirahat secara berkala untuk mengurangi risiko baal. Bersepeda sangat baik untuk kesehatan secara umum, dapat mencegah risiko kematian akibat masalah kardiovaskular (yang juga merupakan risiko DE derajat berat).
Potensi DE akibat bersepeda dapat diminimalisir atau dicegah, selain itu sebagian besar rasa baal akibat bersepeda hanya bersifat sementara.
Dokter Widi menegaskan agar masyarakat jangan khawatir untuk bersepeda. Bersepeda aman dilakukan dengan keuntungan yang lebih banyak untuk kesehatan.
Faktor risiko kardiovaskular lebih erat kaitannya dengan disfungsi ereksi dibanding bersepeda.
Di akhir, dokter Widi berpesan jika ada masyarakat yang mengalami DE, maka sebaiknya segera lakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan ada tidaknya masalah kardiovaskular yang belum terdiagnosis sebelumnya.
Penatalaksanaan DE sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah atau memperbaiki kondisi jantung pembuluh darah, begitu pula sebaliknya (skrining DE untuk penderita penyakit kardiovaskular).
Saat ini tersedia banyak pilihan terapi disfungsi ereksi yang dapat disesuaikan dengan kondisi tiap pasien.
Antusiasme peserta seminar sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 150 orang, dan juga berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini, diantaranya pertanyaan, apakah penggunaan celana ketat saat bersepeda dapat menyebabkan disfungsi ereksi?
Dokter Widi mengatakan tidak terlalu berhubungan, yang penting daerah perineum yang mesti dilindungi karena banyak saraf-saraf di bawah perineum sehingga direkomendasikan untuk menggunakan padding. (Rusdy Nurdiansyah)