Nasional

Fenomena Ibu Ida Dayak, Pengobatan Alternatif dari Sudut Pandang Kedokteran

Ritual pengobatan alternatif Ibu Ida Dayak. Foto tanggapan layar YouTube.

ruzka.republika.co.id--Pengobatan tradisional Ibu Ida Dayak dedianya dilakukan di area gelanggang olahraga (GOR) Markas Divisi Infanteri (Divif) 1 Kartika, Kostrad Cilodong, Depok, Senin (03/04/2023), terpaksa dibatalkan.

Sungguh fenomenal banyaknya warga yang berkumpul memenuhi area tersebut mendapatkan pengobatan tradisional atau alternatif.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, melihat kerumunan ini disebabkan oleh dua hal, yaitu mudahnya informasi untuk di viralkan, serta tingginya kebutuhan warga untuk sembuh dari penyakitnya yang di deritanya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Penyebaran informasi saat ini begitu cepat, sehingga segala informasi mudah diviralkan. Dulu informasi tersebar dari mulut ke mulut, seperti saat Ponari dikenal masyarakat. Dengan batu yang dimasukkan dalam air, orang merasa lebih nyaman dan sehat ketika mengonsumsi air tersebut. Informasi itu tersebar dari mulut ke mulut dan tidak semasif sekarang. Sementara, untuk fenomena Ibu Ida Dayak, informasinya tersebar secara viral, sehingga masyarakat berbondong-bondong datang ke sana,” ujar Prof Ari, Jumat (07/04/2023).

Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan tingginya upaya masyarakat untuk sembuh dari penyakitnya melalui segala cara, termasuk menjalani pengobatan alternatif. Masyarakat masih percaya bahwa terapi-terapi tradisional bisa mengatasi kondisi sakitnya.

"Saya rasa wajar saja keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan di situ, tetapi tentu akhirnya masyarakat sendiri yang menilai apakah ia benar-benar mendapatkan manfaat yang dibutuhkan atau hanya manfaat plasebo atau semu saja. Jadi, itu dikembalikan lagi kepada masyarakat,” jelas Prof Ari.

Dari video-video pengobatan alternatif Ibu Ida Dayak yang beredar di media sosial, Prof Ari melihat adanya proses pengurutan dengan menggunakan minyak sebagaimana yang biasa dilakukan dalam pengobatan alternatif.

"Metode ini sering dilakukan oleh para pengobat tradisional atau terapi alternatif untuk merelaksasi otot, misalnya pada penderita keseleo dan salah urat, pada bayi setelah selesai dimandikan, serta pada ibu hamil untuk melancarkan persalinannya," jelasnya.

Menurut Prof Ari, dalam sejarah perkembangan ilmu kedokteran, dahulu, pendekatan diagnosis dan terapi dilakukan dengan menggunakan kedokteran intuitif. Ini dilakukan oleh para dukun, para pengobat atau tabib, di mana mereka mencoba menggunakan cara tertentu, kemudian dilihat pengalamannya saat dibagikan kepada orang lain.

"Kemampuan ini kemudian dipertahankan secara turun-temurun dari orang tua atau dari nenek-moyangnya," terangnya.

Terkait metode pengobatan ini, Prof Ari mengatakan bahwa pengobatan alternatif dapat ditemui di belahan bumi mana pun.

"Di Amerika sekalipun, ada saja pengobat-pengobat tradisional, misalnya yang dilakukan oleh suku-suku di Amerika Latin. Bagaimanapun, ada orang yang merasa lebih nyaman berobat kepada pengobat tradisional dibandingkan dokter. Atau pasien yang bolak-balik merasa tidak sembuh, mereka berusaha mencari terapi alternatif. Mudah-mudahan ketika dia merasa bahwa terapi yang ditawarkan ini sesuai yang diharapkan, sakitnya bisa disembuhkan,” paparnya. (Rusdy Nurdiansyah)

Berita Terkait

Image

Temuan UI, Ada 52 Balita Wasting dan 93 Balita Stunting di Kelurahan Jatijajar Kota Depok