Masjid Al-Serkal Terbesar di Negeri Mayoritas Beragama Budha
ruzka.republika.co.id - Masyarakat Kamboja mayoritas beragama Budha. Hampir 97 persen. Sisanya, beragam penganut kepercayaan. Termasuk Islam, sekitar 2 persen.
Meski Muslim di Kamboja minoritas, tapi mereka hidup rukun satu sama lain. Bahkan, di Phnom Penh Ibu Kota Kamboja, berdiri Masjid Agung Al-Serkal.
Masjid ini hadiah dari Keluarga Al Serkal, Uni Emirat Arab dan dibuka pada tahun 1968. Terletak di utara kota, dekat danau Boeung Kak, yang sekarang sudah kering.
Masjid megah ini bergaya Turki Usmani. Dibangun pada 1968. Secara resmi dibuka Perdana Menteri Hun Sen dalam sebuah upacara yang dihadiri lebih dari seribu orang.
Masjid Al-Serkal didanai Eisa Bin Nasser Bin Abdullatif Alserkal, seorang pengusaha Emirat. Masjid ini dibangun kembali pada 2012 dan menghabiskan anggaran dua juta dolar AS.
Karena itu, bukan hanya jemaah berkewarganegaraan Indonesia saja yang beribadah di sana. Tampak juga orang Pakistan, Bangladesh, dan warga muslim asing lainnya.
Masjid Al-Serkal berlokasi di 1 St 86, Phnom Penh 12201, Kamboja. Masjid ini juga menjadi salah satu masjid terbaru dan terbesar di negara mayoritas beragama Buddha. Tempat ibadah yang mengesankan ini telah dirayakan secara luas oleh populasi muslim minoritas Kamboja.
Jauh sebelumnya di tempat ini sudah ada bangunan masjid yang sudah berdiri sejak tahun 1968 dengan nama Masjid Nurul Ikhsan, di tepian danau Boeng Kak yang begitu melegenda.
Masjid tersebut sempat di perbaiki dan dibangun ulang tahun 1990 dengan dana dari Ke-Emiran Dubai – Uni Emirat Arab, sehingga lebih dikenal sebagai Masjid Internasional Dubai Phnom Pehn.
Berdasarkan mosqpedia.org, Masjid Al-Serkal memiliki gaya bangunan Ottoman yang berlantai dua. Dinding di dalam masjid ini dilapisi dengan ubin mawar dan pirus yang berasal dari keramik pengrajin Aljazair.
Sementara itu, langit-langit masjid dihiasi dengan mozaik dan lampu gantung digantung di kubah bagian tengah. Lalu, untuk menjaga agar udara di dalam ruangan tetap sejuk sehingga ibadahnya pun berjalan khusyuk, masjid ini menggunakan AC (air conditioner).
Bagi 350.000 atau lebih muslim Kamboja (sekitar 2 persen dari populasi masyarakat Kamboja), terutama di ibu kota, pembangunan Masjid Al-Serkal menjadi pencapaian yang luar biasa.
Adapun, mayoritas penduduk muslim Kamboja berasal dari etnis Cham. Sekitar 70.000 muslim Cham Kamboja tersebut meninggal di bawah Khmer Merah dan sepanjang 1980-an mereka diberi kebebasan beragama secara terbatas. Namun, tidak lama setelah peresmian Masjid Al-Serkal, keretakan mulai terbentuk di komunitas Muslim tempat masjid dibangun.
Selama SEA Games 2023 Kamboja, masjid ini dbanjiri para atlet, pelatih dan ofisial dari seluruh peserta. Mereka beribadah dan berdoa untuk menjadi yang terbaik. Termasuk kontingen Indonesia.
Pelatih Timnas U-22 Indonesia Indra Sjafri mengaku selalu salat di masjid tersebut. Kebetulan Hotel Phnom Penh tempat skuat Merah Putih menginap hanya berjarak 100 meter dari Masjid Al-Serkal.
Indra Sjafri tidak sendiri. Tapi, juga ada beberapa pemain maupun ofisial timnas U-22 yang juga menjalankan ibadah lima waktu di masjid terbesar Kamboja itu.
Sebut saja Bima Sakti, Yeyen Tumena, Kurniawan Dwi Julianto dan beberapa pemain Timnas U-22 seperti Pratama Arhan, Ernando Ari, dan Muhammad Adisatryo, dan Fajar Fathur Rahman.
"Selama di sini, kami selalu sholat di masjid ini. Termasuk subuh. Tapi, anak-anak salat subuh di hotel," kata Indra Safri kepada penulis.
Indra Sjafri bersyukur Timnas U-22 selama mengikuti SEA Games 2023 di Kamboja menginap di Phnom Penh Hotel. Hanya sekitar 100 meter dari Masjid Al-Serkal. Jadi cukup jalan kaki.
"Kami tahu Thailand bukan lawan mudah. Tapi, bukan berarti tak bisa dikalahkan.
Mudah-mudahan kami dapat mempersembahkan medali emas. Mohon dukungan dan doanya dari masyarakat Indonesia," tutur Indra Sjafri.
Fajar Fathur Rahman juga melontarkan nada sama. Menurut pemain gelandang itu salat berjamaah di masjid bersama teman-teman dan pelatih terasa nikmat.
"Kami tidak hanya berlatih keras, tapi juga wajib menjalankan ibadah. Kebetulan masjidnya dekat dengan hotel kami meninap. Kecuali ada program dari pelatih saya baru salat di kamar," ujar Fajar Fathur Rahman.
Dia pun merasa senang karena bisa jumpa dengan banyak warga Indonesia yang berada di Kamboja. Apalagi bila salat Jumat.
"Sehabis salat, kami bisa langsung makan siang. Kemudian istirahat dan sorennya latihan," timpal asisten pelatih Bima Sakti.*