Info Kampus

Pengmas Vokasi UI Beri Pelatihan Penerapan Teknologi Biopori ke Masyarakat Pulau Panggang

Pengmas Vokasi UI beri pelatihan penerapan teknologi biopori ke masyarakat di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

ruzka.republika.co.id--Tim pengabdian masyarakat (Pengmas) Program Pendidikan Vokasi Universitas Universitas (UI) memberi pelatihan penerapan teknologi biopori untuk kurangi sampah organik ke penduduk di Pulau Panggang Kepulauan Seribu.

Pelatihan untuk membuat pengolahan sampah rumah tangga dengan menggunakan lubang biopori.Pelaksanaan kegiatan Pengmas Vokasi UI ini diketuai dosen program studi Administrasi Rumah Sakit, Ari Nurfikri, S.K.M., M.M.R.

Sebanyak 35 warga Pulau Panggang mengikuti kegiatan pelatihan yang di dukung dosen Vokasi UI lainya yakni Supriadi, S.K.M., M.A.R.S, Nia Murniati, S.K.M., M.K.M, Badra Al Aufa, SKM., MKM serta mahasiswa Vokasi UI.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Tim Pengmas Vokasi UI berupaya mengedukasi masyarakat Pulau Panggang agar mengolah dan memanfaatkan kembali sampah rumah tangga menjadi kompos menggunakan lubang biopori," ujar Ketua Tim Pengmas Vokasi UI, Ari Nurfikri, S.K.M., M.M.R dalam siaran pers yang diterima, Selasa (05/09/2023).

Menurut Ari, penggunaan lubang biopori dalam mengurangi volume sampah organik dapat digunakan karena biopori merupakan lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme biota tanah seperti cacing tanah, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya.

Sebelumnya, lubang biopori hanya digunakan sebagai lubang penampung air. Namun saat ini, lubang biopori dapat digunakan sebagai alternatif pengolah sampah, terutama organik. Sampah organik tersebut dimasukkan ke dalam lubang biopori, lalu dibiarkan hingga menjadi kompos.

"Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Lubang ini menjadi metode alternatif untuk meresapkan air hujan dan mengolah sampah organik. Kemudian, sampah yang dimasukkan ke dalam lubang akan memancing organisme di dalam tanah untuk membuat terowongan kecil sehingga air cepat meresap,” jelasnya.

Tidak hanya itu, lanjut Ari, pihaknya juga memberikan contoh penggunaan peralatan bor biopori untuk membuat lubang berdiameter 10 cm, memasukkan pipa paralon yang sudah dimodifikasi, hingga sampah organik tersebut dimasukkan ke dalam lubang biopori.

"Keterlibatan masyarakat diperlukan agar program ini berkelanjutan. Terutama dalam pengelolaan, perawatan, dan pengembangan lubang resapan biopori akan memberikan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan program tersebut," ungkapnya.

Ia menambahkan adaptasi teknologi sederhana dalam mengelola sampah bagi masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, dalam rangka mengurangi jumlah limbah rumah tangga, seperti sampah sisa dapur, akan memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomi.

“Program ini berfokus pada pembuatan kompos dan biopori. Hal tersebut disebabkan karena dua program ini sangat sederhana dan mudah diadaptasi oleh ibu rumah tangga. Sehingga, diharapkan mereka mampu melakukannya di sela pekerjaan rumah tangga. Pengaplikasian hasil kompos dan biopori difokuskan pada tanaman agar lebih efektif dan memiliki nilai guna yang tinggi," papar Ari.

Sedangkan Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D sangat mendukung kegiatan pelatihan pengelolaan sampah dengan teknologi biopori ke warga di Pulau Panggang.

"Masalah sampah ini memang menjadi masalah nasional di Indonesia yang perlu untuk dipecahkan bersama. Pengolahan sampah, khususnya organik, melalui teknologi biopori ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang memberi dampak nyata di masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi upaya kami menyukseskan konservasi air dan tanah sesuai dengan program UI GreenMetric,” ungkapnya.

Ketua Kesejahteraan Rakyat Pulau Panggang, Sofiyah, menuturkan di Pulau Panggang banyak menghasilkan sampah rumah tangga. Data Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, menyebutkan, sampah di daerah tersebut didominasi oleh kayu ranting serta sisa makanan yang mencapai 31,59% dan 25,50%, secara berurutan.

Lebih lagi, Pulau Panggang merupakan salah satu pulau terpadat di Kepulauan Seribu sehingga jumlah produksi sampahnya pun tergolong banyak. Hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah maupun masyarakat setempat dikarenakan Kepulauan Seribu tidak hanya menjadi lokasi pemukiman, melainkan juga merupakan satu dari sepuluh destinasi pariwisata prioritas nasional.

"Dengan ada pelatihan membuat pengolahan sampah rumah tangga dengan menggunakan lubang biopori ini dapat bermanfaat menjawab permasalahan sampah organik di Pulau Panggang. Tentunya kami berharap agar program tersebut dapat terus berkelanjutan dan dikelola dengan baik oleh masyarakat," tuturnya. (Rusdy Nurdiansyah)