Galeri

Bedah Novel Pipiet Senja, Bagaimana Aku Bertahan

Flayer bedah buku novel Pipiet Senja. (Foto: Dok Ruzka)
Flayer bedah buku novel Pipiet Senja. (Foto: Dok Ruzka)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Pipiet Senja adalah sebuah nama samaran dari seorang penulis yang bernama asli Etty Hadiwati.

Sastrawan kelahiran Sumedang pada 16 Mei tahun 1956 ini, telah menulis sekitar 12 novel pop, 51 buku cerita anak, 58 novel Islami, 48 cerpen bersama dan empat buku dalam Bahasa Sunda. Hingga kini Pipiet masih terus menulis.

Secara tersirat, para penggemar literasi pasti mengenal kalau Pipiet Senja, dia adalah perempuan Sunda pejuang dari dunia kepenulisan sejak sekitar tahun 70-an.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dia sudah malang-melintang menulis cerpen dan novel dengan berbagai genre di berbagai koran dan majalah.

Di tengah penyakit thalassemia bawaan yang seiring berjalannya waktu mengikutsertakan penyakit-penyakit lainnya seperti diabetes, ginjal, jantung dll serta mondar-mandir berobat juga diopname di sebuah ruma sakit di Kota Depok, Jawa Barat, dia berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan rasa sakit dari penyakitnya yang telah menjalar ke berbagai lini tersebut.

Baginya penyakit telah menjadi semacam teman sekaligus spirit hidup untuk terus bertahan dan seperti novelnya yang merupakan edisi revisi berjudul Bagaimana Aku Bertahan.

Di dalam karyanya itulah ia menggambarkan dengan detail tentang perjuangannya sebagai pembawa penyakit komorbit yaitu thalassemia.

Novel ini sekaligus merupakan memoar si penulis selama ia menjalani beragam penyakit bawaan itu yang ia derita sejak balita dan ragam derita kehidupan yang dialaminya.

Kegigihan seorang Pipiet Senja mungkin satu dari antara seratus penderita thalassemia yang ada di Indonesia; melalui dunia tulis-menulis atau literasi yang bisa dikatakan sebagai bakat tersembunyi yang mendekam kuat di dirinya, pada akhirnya bakat itu membentuk keberadaannya sebagai manusia yang mendiami bumi ini untuk tidak mengalah dan merenungi nasib dengan segala sakit-penyakit juga absurditas kehidupan yang dia alami.

Dunia absurd yang menurut filsuf Prancis Albert Camus adalah adanya ketidakpastian antara pikiran manusia dan realistas, di mana manusia selalu memikirkan konsep kehidupan tetapi konsep tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada, membuat Pipiet kian memahami akan absurditas kehidupannya itu sendiri.

Camus juga menuliskan bahwa perasaan absurd itu muncul karena manusia mencari pemahaman yang lengkap mengenai dunia yang tidak dapat dipahami.

Dia menggambarkan pandangan dunia yang menekankan manusia lebih memahami konsep tentang dasar-dasar pemikiran manusia itu sendiri.

Menurut Camus lagi, manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian dan ketidakbermaknaan, banyak usaha manusia bertujuan mencari makna kehidupan yang dianggap sia-sia. Sebab dunia itu sendiri tidak memberi jawaban yang sesuai dengan kehendak si manusia itu sendiri.

Novel Pipiet Senja yang berjudul Bagaimana Aku Bertahan tersebut barangkali berbeda dari sudut tema karya pemenang Nobel 2024 Han Kang asal Korea Selatan.

Novel pemenang Nobel yang berjudul The Vegetarian itu bercerita tentang keputusan dari seorang perempuan untuk melakukan sesuatu seperti menjadi seorang vegetarian karena dia melihat pembantaian terhadap binatang.

Sedangkan Pipiet mengangkat kekuatan seorang perempuan yang ia abstraksikan ke dalam dunia kata-kata. Pipiet dan Han Kang melihat ketidakadilan yang terjadi di dunia dari berbagai sisi namun sama-sama menuangkannya ke dalam rangkaian kata-kata dengan perpaduan diksi dan metafora.

Jika Han Kang menelusuri ketidakadilan itu dari sisi kerakusan manusia terhadap pemenuhan kehidupan mereka untuk tubuhnya, dalam hal ini makanan yang terpusat pada daging-dagingan serta penyakit mental lainnya, Pipiet menggambarkan kehidupan perjalanan penyakit kelainan darahnya di mana dia harus menambah darah akibat thalassemia setiap waktu.

Belum lagi kisah perjalanan hidupnya yang jauh dari kata ‘nyaman’ akibat KDRT dan perlakuan buruk dari sosok yang pernah dekat dengannya sebelum dia memutuskan bercerai.

Di tengah carut-marut kehidupan di dunia serta pilihan yang harus ia patuhi melalui norma-norma baik itu agama dan kepatuhan sebagai seorang istri, nasib perempuan digambarkan tidak setara dengan laki-laki, contohnya seperti kemerdekaan di dalam memilih alur kehidupan yang akan ditekuninya.

Penindasan, penghinaan, sakit-penyakit, kekerasan berupa pemukulan, yang mencerminkan ego laki-laki atas ketidakberdayaan seorang perempuan, menambah luka batin yang seolah tidak akan pernah berakhir.

Novel Bagaimana Aku Bertahan yang bisa disebut juga sebagai novel kemanusiaan ini, terlihat bagaimana gigihnya perjuangan seorang perempuan yang bernama pena Pipiet Senja di dalam menghadapi hari-harinya yang berkubang dengan absurditas itu sendiri.

Meski dua novel yang satu The Vegetarian karya Han Kang si pemenang Nobel 2024 dan satu lagi Bagaimana Aku bertahan karya Pipiet Senja ini memiliki nuansa yang berbeda, namun intinya dua penulis tersebut berusaha memaparkan kehidupan kemanusiaan di dalam mereka menghadapi kehidupan yang terkadang tak selalu ramah di mata mereka.

Pipiet Senja menuliskan novelnya dengan gaya Bahasa kekinian yang mudah dipahami pembaca, dan Han Kang penuh dengan diksi serta metafora, meski demikian keduanya bercerita tentang ketidakadilan yang terjadi di bumi, ketidakadilan akibat ulah manusia, bersama karakter, perilaku, dan sifat yang sulit untuk di[pahami oleh nalar manusia itu sendiri.

Selamat membaca novel perjuangan kehidupan Bagaimana Aku Bertahan karya Pipiet Senja, sosok yang selalu bernarasi, “Fanny, yuk kita nyari-nyari urusan!” maksudnya mencari proyek agar memperoleh dana dari dunia tulis-menulis, menjadi gambaran bahwa begitulah nasib sebagian penulis di Indonesia yang berjuang sendiri dan bertarung sendiri. Absurd memang. (***)

Penulis: Fanny J Poyk

Berita Terkait

Image

HUT Forum Taman Bacaan Masyarakat, Diharapkan Jadi Momen Tingkatkan Sinergisitas