Nasional

Surabaya Mengetuk Pintu dari Gang ke Gang: Mencari Pekerja yang Belum Dilindungi

Kerja sama BPJS Ketenagakerjaan dengan Pemkot Surabaya terkait perlindungan pekerja. (Foto: Dok Pemkot Surabaya)
Kerja sama BPJS Ketenagakerjaan dengan Pemkot Surabaya terkait perlindungan pekerja. (Foto: Dok Pemkot Surabaya)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Jumat pagi di Surabaya, kota masih basah oleh embun, tapi kepadatan hidup sudah bergerak di lorong-lorong kampung. Pedagang sayur menata dagangan, ojek daring menghidupkan motor, buruh pabrik bersiap berangkat kerja.

Cahaya matahari pun menyelinap pelan ke sela-sela pepohonan di Balai Pemuda Surabaya, tempat pemerintah kota meluncurkan sebuah gerakan baru.

Tempat ini biasanya jadi pusat kegiatan seni dan budaya serta kreativitas masyarakat. Tapi hari itu, ia berubah wajah menjadi panggung keseriusan negara terhadap rakyat kecil.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di tengah hiruk pikuk tadi, pemerintah kota membawa satu misi: melindungi mereka yang selama ini bekerja tanpa jaminan, tanpa payung ketika nasib buruk datang tiba-tiba.

Baca juga: Gelar Green Democracy Fun Walk, DPD RI Edukasi Masyarakat Soal Demokrasi Parisipatif dan Ramah Lingkungan

Bertempat di Balai Pemuda, Jumat, 7 November 2025, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker), meresmikan Program Perisai (Penggerak Jaminan Sosial Indonesia) Peduli Jaminan Sosial bagi Pekerja Informal. Peluncuran program ini menggandeng BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Jawa Timur.

Tak ada gegap gempita. Tapi di udara terasa bahwa ini lebih dari seremoni. Ini tentang pekerja-pekerja yang hidup tanpa perlindungan: pedagang asongan, ojek daring, buruh harian, penjaga parkir, satpam, petugas kebersihan, hingga ibu rumah tangga yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

“Ini merupakan tugas pemerintah untuk memastikan pekerja terlindungi,” ujar Kepala Disperinaker Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro, membuka sambutannya.

"Sedangkan untuk pekerja di sektor informal bukan penerima upah, bisa mendaftar secara mandiri. Nah, untuk yang bukan penerima upah itu perlu ditumbuhkan kesadarannya akan pentingnya jaminan sosial.”

Baca juga: Tidar Tolak Budi Arie Gabung ke Gerindra, Diduga Cari Aman Menuju Pilpres 2029

Agus Hebi tahu, realitas di lapangan tidak selalu seindah data di atas kertas. Banyak pekerja di Surabaya yang jatuh sakit atau tertimpa kecelakaan kerja tanpa perlindungan.

"Banyak kasus kecelakaan hingga kematian pekerja tidak terlindungi jaminan sosial dan tidak ditanggung oleh perusahaan pemberi upah. Karena kami tidak ingin ada angka kemiskinan baru, maka akan kita alihkan ke BPJS Ketenagakerjaan,” tegasnya.

Pemkot Surabaya bersama BPJS Ketenagakerjaan kini membentuk agen Perisai di setiap RW. Program Perisai hadir untuk menjangkau mereka yang tak pernah tercatat Mereka adalah orang-orang biasa, tokoh masyarakat, ketua RT, kader PKK, anak-anak muda yang paham seluk-beluk kampung.

“Penerima upah itu seperti perusahaan yang (mempekerjakan) buruh, pekerja di mal, itu juga wajib mendapat BPJS Ketenagakerjaan,” jelas Hebi.

Baca juga: Penampilan Group Band Bagindas Jadi Penutup Depok Literacy Fest 2025

“Artinya pekerja seperti penjual bakso, ojek daring, satpam, petugas pengambil sampah, lalu ibu rumah tangga, petani, nelayan, pedagang pasar itu juga harus dan wajib ikut serta dalam BPJS Ketenagakerjaan.”

Ia lalu memberi gambaran sederhana tentang manfaatnya. “Misal jika terjadi kecelakaan kerja, kemudian pekerja tersebut mengalami patah tulang sehingga tidak dapat bekerja.

Maka, keluarga pekerja tersebut akan di-cover pendapatannya oleh BPJS Ketenagakerjaan. Diobati di RS menggunakan fasilitas kelas satu.

Dan kalau pekerja itu meninggal, anaknya akan disekolahkan sampai kuliah. Jadi manfaatnya banyak, dan tidak menimbulkan kemiskinan baru,” ungkapnya.

Baca juga: Jakarta Muslim Fashion Week 2026 Cukup Sedot Perhatian Penikmat Fesyen

Surabaya bukan hanya bicara, tapi bergerak. Data terakhir dari BPJS Ketenagakerjaan Jawa Timur mengungkapkan bahwa baru 613.000 pekerja, atau 42 persen dari total pekerja di Surabaya yang terlindungi BPJS Ketenagakerjaan. Targetnya 58 persen. Masih banyak yang kosong. Masih banyak nama yang belum tercatat.

"BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu program pemerintah yang bisa mengentaskan kemiskinan,” ujar Hadi Purnomo, Kepala Kantor Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Jawa Timur.

Menurutnya, upaya Pemkot Surabaya sudah lebih dari layak diapresiasi. “Angka ini belum mencapai target keseluruhan yakni 58 persen. Namun upaya yang dilakukan Wali Kota Eri Cahyadi bersama jajaran Perangkat Daerah (PD) di lingkungan Pemkot Surabaya sudah sangat luar biasa.”

Hadi mengingatkan, tanggung jawab negara bukan hanya mendata, tetapi memastikan perlindungan itu terasa langsung.

"Bukan malah membantu pemerintah, malah menjadi masalah baru. Ini Pemkot Surabaya sudah luar biasa. Sudah menghadirkan jaminan sosial ketenagakerjaan untuk warga pelayan masyarakatnya sebanyak sekitar 22.000 orang, dan KSH 28.000, pekerja non-ASN juga sudah terlindungi,” ucapnya.

Baca juga: Meutya Hafid Sebut Perempuan Pelaku UMKM Pahlawan Perekonomian Bangsa

Yang menarik, program ini tidak hanya menarget pekerja formal. Ia lebih menyentuh mereka yang tak punya kartu identitas pekerjaan.

Para agen Perisai bertugas masuk ke lorong-lorong gang sempit, mengetuk pintu-pintu rumah, ke pasar tradisional, ke warung kopi tempat sopir angkot berkumpul. Mereka bukan menjual produk, tapi menawarkan perlindungan dari rasa takut masa depan.

Hadi menyebut, di sinilah tantangan utama agen Perisai. “Tugas Perisai ini bagaimana memastikan usaha-usaha kecil yang memang tidak mampu. Dipastikan bisa mendapatkan haknya dengan harapan kalau terjadi risiko, kecelakaan kerja, yang membutuhkan biaya perawatan pengobatan berapapun nilainya tidak keluar biaya lagi,” ujarnya.

Bayangkan seorang tukang parkir di Pasar Pabean yang tiba-tiba terpeleset dan patah kaki. Tanpa jaminan, ia kehilangan pendapatan, sementara anak-anaknya tetap butuh makan.

Baca juga: Pajero Masa Depan! Mitsubishi Elevance, Berotot dan Tangguh

Tapi dengan BPJS Ketenagakerjaan, ia bisa berobat di rumah sakit kelas satu, sementara keluarganya tetap mendapat penghasilan pengganti. Jika ia meninggal, anak-anaknya tidak menjadi yatim yang kehilangan masa depan, mereka tetap bisa bersekolah, sampai perguruan tinggi.

Di sinilah wajah baru Kota Pahlawan terlihat. Surabaya belajar bahwa hari ini, pahlawan tidak selalu datang dengan bambu runcing. Terkadang, mereka datang dengan formulir pendaftaran, kartu BPJS, dan keberanian mengetuk pintu rumah warga sambil berkata: “Pak, Bu, kalau besok sakit, jangan sampai jatuh miskin.”

Surabaya sedang menulis bab baru dalam sejarahnya bukan tentang perang, tetapi tentang melindungi. Bukan soal siapa paling kuat, tapi siapa paling peduli.

Dari Balai Pemuda hingga meja warung kopi di kampung, dari kantor Wali Kota hingga gang sempit yang tak pernah masuk peta wisata, Perisai kini dibentangkan. Untuk menjaga mereka yang bekerja dalam senyap, agar tetap punya harapan saat badai datang. (***)

Penulis: Djoni Satria/Wartawan Senior

Berita Terkait

Image

Karyawan Terkena PHK, Ini Jaminan dari BPJS Ketenagakerjaan

Image

Tanpa Calo, Ini Cara Mudah Klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan

Image

Kolaborasi Authenticity dengan Multiverse Live, Tampilkan Secondhand Serenade

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

rusdynurdiansyah69@gmail.com