Belajar dari Kota Cerdas: Saat Penajam Mengetuk Pintu Depok

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Pagi itu, langit Depok berwarna biru pucat. Udara masih lembap, meninggalkan aroma tanah basah selepas hujan tadi malam.
Di halaman Balai Kota Depok, deretan mobil dinas berjejer rapi. Para tamu dari jauh baru saja tiba, rombongan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, datang dengan satu tujuan: belajar dari Depok.
Ruangan Bougenville, Balai Kota Depok, Senin (10/11/2025) telah disiapkan. Kursi-kursi disusun melingkar, seolah ingin menciptakan suasana akrab. Diah Sadiah, Staf Ahli Wali Kota Depok Bidang Sumber Daya Manusia dan Kemasyarakatan, menyambut hangat.
Di sebelahnya, Manto, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Depok, menyiapkan tayangan yang menampilkan wajah kota Depok: jalan-jalan tertata, pelayanan publik berbasis digital, dan sistem informasi yang menghubungkan warga dengan pemerintah tanpa sekat.
Baca juga: Depok Jadi Tuan Rumah Peningkatan Kapasitas Pembentukan Model Posyandu Istimewa
Ketika presentasi dimulai, suasana berubah hening. Semua mata tertuju pada layar.
Di situ tergambar bagaimana Smart City bukan hanya istilah gagah, melainkan cara hidup baru bagi warga Depok.
Dari layanan administrasi online hingga sistem pengaduan terpadu, semuanya dirancang agar urusan publik bisa diselesaikan cepat dan transparan.
Bagi Abdul Waris Muin, Wakil Bupati Penajam Paser Utara, ini bukan sekadar kunjungan kerja ini perjalanan untuk meniru apa yang telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.
“Kami datang ke Depok untuk belajar banyak hal,” ujarnya pelan, tapi penuh makna. “Terutama tentang Smart City dan pelayanan publik. Depok sudah berjalan sangat baik dan mendapatkan berbagai predikat dari pemerintah pusat. Kami ingin tahu bagaimana bisa seperti itu.”
Di wajahnya tergambar kekaguman sekaligus tekad. Ia tahu, jarak antara Depok dan Penajam Paser Utara bukan hanya dipisahkan laut dan daratan, tetapi juga oleh perbedaan tahap pembangunan. Namun hari itu, jarak itu serasa menipis, disatukan oleh semangat untuk maju.
Depok, yang dulu dikenal sebagai salah satu kota penyangga Jakarta, kini telah tumbuh menjadi rujukan bagi banyak daerah.
Di balik keramaian dan macetnya, kota ini diam-diam membangun sistem digital yang membuat pelayanan publiknya lebih mudah diakses. Warga bisa mengurus dokumen tanpa antre panjang, menyampaikan keluhan lewat aplikasi, bahkan memantau pembangunan di lingkungan mereka secara daring.
Sementara itu, di Penajam Paser Utara, sebagian pelayanan publik masih dilakukan secara manual. Kantor-kantor pemerintahan belum sepenuhnya terhubung dalam satu sistem digital. Namun itulah yang ingin diubah.
Baca juga: Catatan Cak AT: Memori Kelam Rumoh Geudong
“Tahun depan, kami akan mulai mengembangkan sistem pelayanan publik yang lebih modern,” kata Abdul Waris. “Kami ingin meniru Depok, agar daerah kami juga bisa berkembang sejalan dengan kemajuan daerah lain.”
Bagi rombongan Penajam Paser Utara, kunjungan ini ibarat membuka jendela masa depan. Mereka melihat bagaimana teknologi bisa menjembatani jarak antara pemerintah dan rakyat.
Mereka mendengar bagaimana Depok membangun kolaborasi lintas dinas, membentuk ekosistem digital yang hidup dan berkelanjutan.
Tak ada kesan kaku dalam pertemuan itu. Diah Sadiah dan Manto bercerita dengan gaya santai tentang tantangan di awal penerapan sistem, tentang perlunya sinergi antara aparatur dan masyarakat, dan tentang keberanian mengambil keputusan meski hasilnya belum selalu sempurna.
Diah sempat berkata, “Smart City itu bukan soal banyaknya aplikasi, tapi bagaimana teknologi bisa membuat hidup warga lebih mudah.” Kalimat itu disambut anggukan oleh para tamu.
Baca juga: Pradi Awasi Pembangunan di Depok, Termasuk Kinerja Wali Kota dan OPD
Menjelang siang, pertemuan diakhiri dengan foto bersama. Senyum mengembang di wajah semua yang hadir. Tapi yang tersisa bukan sekadar dokumentasi melainkan rasa saling menghargai.
Sebelum meninggalkan Balai Kota, Abdul Waris sempat melontarkan kalimat yang membuat suasana cair, “Kalau Pemkot Depok ingin berkunjung ke Penajam Paser Utara, kami siap menerima. Siapa tahu ada potensi kerja sama atau investasi yang bisa dikembangkan bersama.” Sontak ruangan kembali hangat oleh tawa dan tepuk tangan kecil.
Namun di balik canda itu, tersimpan keseriusan: semangat kolaborasi antardaerah. Karena di era digital, kemajuan bukan lagi perlombaan, tapi perjalanan bersama.
Depok dan Penajam Paser Utara mungkin berbeda jarak dan wajah, tapi keduanya dipersatukan oleh satu cita-cita: menciptakan pelayanan publik yang lebih manusiawi, transparan, dan dekat dengan warganya.
Di sore hari, ketika rombongan meninggalkan Balai Kota, cahaya matahari menembus pepohonan, menimbulkan bayangan panjang di halaman. Barangkali, di situlah simbolnya bahwa setiap daerah yang mau belajar, tak pernah benar-benar tertinggal. (***)
Penulis: Djoni Satria/Wartawan Senior