Warung Bersama: Tempat Nongkrong di Jatiwangi yang Menjelma Ruang Komunitas Baru

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Di tepi Jl. Raya Cicadas, Kecamatan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat (Jabar), sebuah warung sederhana bernama Warung Bersama tumbuh menjadi ruang pertemuan baru bagi anak muda, pekerja, hingga pemudik yang melintas.
Penampilannya tidak mencolok, namun aktivitas di dalamnya nyaris tak pernah sepi.
Warung ini bermula dari inisiatif kecil Usep, pensiunan anggota Polri yang juga pemilik rumah kos di area tersebut.
Semula ia hanya berniat menyediakan tempat belanja bagi penghuni kos. Area depan yang cukup lapang kemudian ia tata menjadi ruang duduk agar penghuni nyaman beristirahat atau berbincang.
Perkembangan warung itu justru melampaui tujuan awal. Dalam beberapa bulan, pengunjung dari luar lingkungan kos mulai berdatangan. Warung Bersama menjelma menjadi ruang kumpul yang bersifat lebih publik—tempat orang berhenti, berbagi cerita, dan sekadar menenangkan diri di tengah perjalanan.
“Awalnya hanya tempat kecil untuk anak kos. Lama-lama banyak orang luar yang singgah dan menjadikannya titik temu,” kata Usep.
Baca juga: Nangkring Food Drink, Kafe Unik di Kadipaten yang Kecil di Luar tapi Luas dan Estetik Banget!
Pada musim mudik, warung tersebut menjadi lebih padat. Pengendara yang melintasi jalur Jatiwangi kerap memanfaatkan lokasi itu untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.
Salah satu pengunjung, Irfan, karyawan pabrik di Jatiwangi, menyebut Warung Bersama memiliki suasana yang sederhana namun hangat. Menurut dia, keramahan pemilik dan harga jajanan yang terjangkau membuat tempat itu mudah disukai.
“Kami sering datang ke sini. Jajanannya murah, suasananya nyaman. Mungkin area tempat duduk perlu sedikit penataan agar lebih rapi,” ujar Irfan.
Warung Bersama kini menjadi ruang sosial bagi berbagai kelompok: anak muda, pekerja, hingga keluarga yang tengah menempuh perjalanan panjang. Menyadari meningkatnya minat pengunjung, Usep berencana menambah fasilitas untuk memperkuat kenyamanan.
“Ke depan ada beberapa fasilitas yang ingin saya tambahkan agar pengunjung betah,” katanya.
Kehadiran Warung Bersama menunjukkan bahwa ruang komunal tidak selalu lahir dari rancangan besar. Kadang, ia tumbuh dari inisiatif kecil yang kemudian menemukan komunitasnya sendiri. (***)
Jurnalis: Eko Widiantoro