Lingkungan

Konferensi SEAZA ke-33 Resmi Dibuka di Mandai Singapura: Soroti Kolaborasi Global untuk Perlindungan Satwa Liar

Konferensi ke-33 South East Asia Zoo and Aquarium Association (SEAZA). (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Konferensi ke-33 South East Asia Zoo and Aquarium Association (SEAZA). (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Konferensi ke-33 South East Asia Zoo and Aquarium Association (SEAZA) resmi dibuka hari ini di Cagar Alam Mandai, Singapura, menghadirkan para pemimpin utama dunia konservasi dan kebun binatang dari kawasan Asia Tenggara dan dunia.

Acara yang berlangsung pada 16–20 November 2025 ini diselenggarakan dengan dukungan World Association of Zoos and Aquariums (WAZA), dan mengangkat tema “Membangun Kapasitas untuk Masa Depan, Melindungi Satwa Liar Bersama.”

Pembukaan konferensi dihadiri tokoh-tokoh penting, termasuk Presiden WAZA, David Field, Presiden SEAZA (2019–2025) Dr. Cheng Wen-Haur, serta calon Presiden SEAZA (2025–2028), Rahmat Shah dari Indonesia, yang akan dikukuhkan pada konferensi tahun ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Turut hadir pula Prof. Leo Tan sebagai tamu kehormatan, Bunnet Neo selaku CEO Mandai Wildlife Group, dan Kevin Lazarus mewakili Asosiasi Kebun Binatang Malaysia. Kevin sebagai member of the board di SEAZA merupakan calon presiden SEAZA berikutnya setelah Rahmat Shah.

Presiden WAZA Soroti 27 Population Management Goal

David Field, Presiden WAZA, menekankan pentingnya 27 Population Management Goal, yang menurutnya merupakan “kunci bagi misi global konservasi kebun binatang modern".

Field menegaskan bahwa pengelolaan populasi spesies secara terencana dan berkelanjutan adalah fondasi keberhasilan konservasi, terutama di tengah meningkatnya ancaman terhadap keseimbangan alam di Asia dan dunia.

Baca juga: Kemenkeu Buka Lowongan untuk Lulusan SMA, Buruan Buat Lamaran!

Acara pembukaan juga menyoroti transisi kepemimpinan SEAZA. Dr. Cheng Wen-Haur, Presiden SEAZA yang menjabat sejak 2019 dan menjadi tokoh penting dalam perkembangan jejaring konservasi regional, menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh anggota yang telah bekerja memperkuat standar kesejahteraan hewan serta memperluas kolaborasi antarnegara.

Sementara itu, Rahmat Shah, tokoh konservasi dari Indonesia yang juga Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) akan resmi dikukuhkan sebagai Presiden SEAZA periode 2025–2028 pada rangkaian acara konferensi tahun ini. Hadir pula Sekjen PKBSI Tony Sumampau, serta Dewan Penasihat PKBSI Jansen Manansang.

Keikutsertaan perwakilan Indonesia disambut hangat oleh komunitas konservasi, mengingat rekam jejaknya dalam pengelolaan kebun binatang dan program perlindungan satwa liar di Indonesia.

Rahmat Shah adalah orang Indonesia pertama yang menerima African Big Five Grand Slam Award, salah satu penghargaan bergengsi di dunia perburuan.

Selain itu, ia mendirikan Rahmat International Wildlife Museum & Gallery di Medan untuk mengabadikan koleksi satwa dari kegiatan berburunya yang berlandaskan konsep konservasi.

Ia kerap menyampaikan pentingnya memperkuat standar kesejahteraan hewan di seluruh kebun binatang Asia Tenggara melalui sinergi lintas negara.

Pesan Kehormatan dan Pandangan Masa Depan

Prof. Leo Tan, salah satu figur paling dihormati dalam dunia pendidikan lingkungan dan konservasi, memberikan sambutan kehormatan yang menekankan urgensi kerja sama regional dalam menyelamatkan satwa liar Asia Tenggara yang terancam.

CEO Mandai Wildlife Group, Bunnet Neo, menyatakan rasa bangga Mandai menjadi tuan rumah konferensi ini, yang menurutnya menjadi “ruang temu penting bagi visi bersama dalam membangun masa depan konservasi yang lebih kuat.”

Platform Kolaborasi untuk Masa Depan Konservasi

Selama lima hari berlangsungnya kegiatan, para peserta akan mengikuti diskusi tematik, seminar teknis, serta sesi berbagi pengetahuan yang berfokus pada: penguatan kapasitas kebun binatang, peningkatan kesejahteraan satwa, strategi konservasi spesies yang efektif, serta pengembangan praktik inovatif dalam manajemen satwa liar.

Konferensi ini diharapkan mampu memupuk persatuan di antara para pengelola kebun binatang, profesional kesejahteraan hewan, dan ilmuwan konservasi, sekaligus memperluas kolaborasi lintas negara dalam melindungi satwa liar dan habitatnya.

Baca juga: Polri akan Gelar Operasi Zebra 2025, Gaungkan Perlindungan Terhadap Pejalan Kaki

Dengan berkumpulnya para pemimpin dan praktisi dari berbagai negara, Konferensi SEAZA 2025 diyakini akan menjadi momentum penting yang memperkuat langkah kolektif komunitas konservasi dalam menjaga masa depan keanekaragaman hayati Asia Tenggara. Hadir pula peserta dari Taiwan, Hongkong, Jepang, Tiongkok, Australia, Kazakstan, Uzbekistan, dan lain-lain. Termasuk pengelola kebun bintang dari Eropa dan Amerika Utara serta Amerika Latin. (***)

Penulis: Selamat Ginting/Kabid Humas PKBSI


Berita Terkait

Image

Analis Politik Unas, Petugas Partai Bertentangan dengan Konstitusi

Image

Analis Politik Unas, Sistem Proporsional Tertutup Ideal untuk Indonesia

Image

Pengamat Militer: Pembinaan Teritorial Tak akan Efektif Jika Intelijen Lemah

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

rusdynurdiansyah69@gmail.com