Bakul Budaya Kenalkan Tari Topeng Cirebon kepada Warga Depok

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Bakul Budaya, komunitas inklusif yang lahir di Kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Jawa Barat (Jabat).untuk kesekian kalinya hadir di Depok Open Space (DOS).
Kali ini, Minggu pagi, 16 November 2025, Bakul Budaya mengenalkan budaya Cirebon, Jawa Barat, kepada publik yang sedang menikmati Car Free Day (CFD) Depok di Jalan Margonda Raya.
Kegiatan bertajuk "Flashmob Tarian Nusantara" tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Bakul Budaya dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon; Reny Anggraini Daniel selaku pegiat pelestarian budaya Cirebon; dan Sanggar Gantari Nareswari, Cirebon; serta didukung oleh pemerintahan Kota Depok melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporyata) Kota Depok.
Agenda di Minggu yang ceria itu merupakan salah satu upaya berkelanjutan dari Bakul Budaya untuk mengejawantahkan dua dari empat misi mereka, yaitu melestarikan budaya dan merajut kebhinekaan.
Terkait kedua misi tersebut, budaya Cirebon, termasuk seninya, merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
Budaya Cirebon diperkenalkan juga kepada warga Depok karena merupakan bagian dari budaya Tatar Sunda yang diangkat sebagai kegiatan-kegiatan Bakul Budaya sepanjang 2025.
Baca juga: Perempuan Ini Melindungi Mereka yang Tak Pernah Dicatat Negara
Di tengah keramaian orang yang lalu-lalang, acara dibuka dengan menyanyikan bersama Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya" tiga stanza dan berdoa. Setelah itu, Ketua Umum Bakul Budaya, Dewi Fajar Marhaeni, dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Mangnguluang Mansur, memberikan sambutan.
Dewi Fajar Marhaeni dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemkot Depok sekarang sudah mulai menerima keberagaman yang ada pada masyarakatnya. Dewi juga berterima kasih kepada Pemkot Depok yang telah mendukung beberapa kegiatan Bakul Budaya di Kota Depok.
"Keran (toleransi) terhadap keberagaman agama, suku-bangsa, budaya, segalanya, sudah dibuka oleh Pemkot Depok," ujarnya.
"Terima kasih kepada Bapak Wali Kota, Bapak Wakil Wali Kota, dan Kepala Disporyata Kota Depok, yang selama ini selalu memberi kesempatan kepada kita untuk berbagi cinta terhadap bangsa kita melalui kegiatan kebudayaan," ujarnya pula.
Dewi berterima kasih pula kepada pihak Disbudpar Kota Cirebon,.Reny Anggraini Daniel, dan Sanggar Gantari Nareswari, yang sudah bekerjasama dengan Bakul Budaya.
Baca juga: Wali Kota Depok Supian Suri Dukung Kolaborasi Pelestarian Seni dan Budaya di Rumah Budaya Depok
Sementara itu, Wali Kota Depok, Supian Suri, yang tidak bisa hadir, menyampaikan sambutannya melalui Sekda Kota Depok, Mangnguluang Mansur.
"Depok adalah kota yang tumbuh dari keberagaman. Bukan hanya keberagaman suku dan agama, tetapi juga keberagaman warisan budaya, kreativitas, dan ekspresi seni yang hidup dalam keseharian masyarakatnya," ucap Mangnguluang.
Wali Kota Depok, juga melalui Mangnguluang, menekankan bahwa melestarikan budaya merupakan tanggung jawab bersama dan berharap kegiatan Bakul Budaya bisa membangun kesadaran kaum muda akan pentingnya menjaga akar budaya, selain memajukan teknologi.
Menyanyi dan Menari Bareng
Svara Bakul Budaya, paduan suaranya Bakul Budaya, menjadi penampil pertama. Dipimpin oleh Iskandar Zulkarnain Mathondang, mereka menyuguhkan tiga lagu, yaitu "Tanah Airku" karya Ibu Sud (Saridjah Niung), 1927;
"Warung Pojok" ciptaan H. Abdul Adjib, 1970-an; dan "Kumpul Bocah" karya Dodo Zakaria, 1985. "Warung Pojok" dipilih karena memang lagu daerah Cirebon.
Sesudah itu, dua tarian Cirebon disuguhkan oleh para peserta workshop yang telah dilangsungkan pada Jumat-Sabtu, 14-15 November 2025, di FIB UI. Pertama, tari tradisional Topeng Klana gaya Slangit. Kedua, Tari Sintren kreasi yang merupakan tari pergaulan, bukan Tari Sintren tradisi yang memerlukan ritual khusus.
Baca juga: Presiden Prabowo Resmi Luncurkan Smartboard di SMPN 4 Bekasi, untuk Proses Belajar di Sekolah
Tiga pengajar tari dari Cirebon memimpin di pentas DOS. Mereka adalah Tomi Uli, seniman tari topeng Cirebon yang mumpuni; pengajar tari Linda Aprilia dari Sanggar Gantari Nareswari; dan Wawan Dinawan dari Disbudpar Kota Cirebon. Mereka ditemani oleh dua pelatih tari Bakul Budaya, Emma Wuryandari dan Sufiania Nayasubrata, yang juga ikut workshop, plus dua peserta workshop.
Kecirebonan terasa sekali pagi itu karena baik penampil dari Svara Bakul Budaya, para penari Tari Topeng Klana gaya Slangit dan Tari Sintren, maupun panitia kegiatan tersebut mengenakan kain batik warna-warni khas Cirebon dengan motif mega mendung dan/atau wadasan.
Di penghujung, digulirkanlah flashmob tiga tarian Nusantara, yaitu Goyang Maju Mundur dari Nusa Tenggara Timur, Tamang Pung Kisah dari Pulau Saparua, Maluku Tengah; dan Senam Keluhuran Nuswantara dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Asyik sendirikah para penampil dan anggota lain Bakul Budaya? Tentu tidak! Sejak nyanyian Svara Bakul Budaya, Tari Topeng Klana gaya Slangit, Tari Sintren, sampai Flashmob Tarian Nusantara, mereka yang merapat ke DOS tampak menikmati. Ada yang ikut menyanyikan "Tanah Airku".
Ada yang turut menari. Usia, jenis kelamin, dan asal daerah tak membatasi. Seorang anak kecil, yang tinggal di Garut, Jawa Barat, dan didampingi orangtuanya, dan seorang petugas kebersihan terlihat bergoyang seru. "Pecah" !
Workshop Dua Tarian Cirebon
Sebelum kegiatan di DOS itu, Bakul Budaya mengadakan workshop Tari Topeng Klana gaya Slangit dan Tari Sintren versi tari kreasi pergaulan, di FIB UI pada Jumat dan Sabtu, 14 dan 15 November 2025.
Kegiatan workshop tarian nusantara memang menjadi salah satu program kerja Divisi Kelas Budaya Bakul Budaya dengan menghadirkan maestro atau pelaku budaya yang mumpuni di bidangnya.
Dalam penyelenggaraan workshop kali ini, Bakul Budaya bekerjasama dengan Disbudpar Kota Cirebon dan Sanggar Gantari Nareswari di Kabupaten Cirebon. Tomi Uli, Linda Aprilia dari Sanggar Gantari Nareswari, dan Wawan Dinawan memberikan pelatihan yang diikuti oleh 24 peserta.
Pada Jumat, 14 November 2025, Tomi memulai workshop dari sore hingga malam itu dengan memberi panduan cara mengenakan kain batik untuk bagian bawah kostum Tari Topeng Klana gaya Slangit. Setelah itu, ia menjelaskan tentang sejarah, makna filosofis, dan fungsi Tari Topeng Klana gaya Slangit.
Baca juga: UI, DJP. dan Pertamina Wujudkan Tata Kelola Pajak yang Transparan dan Berkeadilan
Tari Topeng Cirebon, tutur Tomi, lahir kira-kira pada abad ke-10 atau ke-11.
"Tari Topeng Cirebon itu untuk tuntunan dan tontonan. Sebagai tuntunan, untuk pembelajaran, untuk syiar agama Islam, zaman Sunan Gunungjati (abad ke-15)," tutur Tomi mengacu ke zaman penyebaran agama Islam di Pulau Jawa oleh Wali Songo (Sembilan Wali).
Tomi menuturkan pula bahwa karakter yang digambarkan oleh topeng, kostum, dan gerak Tari Topeng Cirebon menggambarkan lima tahap kehidupan manusia, yaitu bayi (Topeng Panji, warna putih); anak (Topeng Samba, putih gading); remaja (Topeng Rumyang, pink); dewasa (Topeng Tumenggung, merah bata); dan angkara murka (Topeng Klana, merah darah).
"Tari Topeng Klana juga dikenal menggambarkan Rahwana (Raja Alengka). Tapi, sebenarnya, Rahwana bukan seperti yang kebanyakan orang tahu selama ini, dianggap jahat. Walaupun menculik Shinta, Rahwana, dengan kekuasaannya, tidak menodai kesucian Shinta," ujar Tomi.
Selain itu, lanjut Tomi, ada lima gaya Tari Topeng Cirebon yang berbeda berdasarkan daerah asalnya: Losari, Palimanan, Ciliwung, Gegesik, dan Slangit. Tari Topeng Klana gaya Slangit berasal dari Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Cirebon.
Pada Sabtu, 15 November 2025, sesudah pengajaran Tari Topeng Klana gaya Slangit selesai, para peserta workshop masuk ke sesi Tari Sintren.
"Ini bukan Tari Sintren yang sakral, yang harus pakai ritual dulu sebelum menarikannya. Ini versi kreasi tari pergaulan," kata Tomi.
Dalam dua hari itu, peserta memang diberikan materi yang begitu padat. Meski begitu, antusiasme peserta terlihat jelas pada saat mereka tampil asyik di Depok Open Space. (***)