Batu Reok: Hamparan Asa di Muara Cipancong Rancabuaya Garut

RUZKA INDONESIA – Sekilas tanpa makna, hamparan batu beragam bentuk di tepian pantai berpadu muara sungai, dianggap hal biasa dan lumrah dijumpai di setiap pantai.
Namun, lain halnya dengan hamparan batu, dikenal dengan sebutan Batu Reok di muara Sungai Cipancong, Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar).
Muara tersebut dialiri air sungai Cipancong tumpah ke Samudra Hindia, posisinya diapit dua objek wisata populer di Garut Selatan, yakni Pantai Puncak Guha dan Pantai Rancabuaya.
Sungai Cipancong sendiri selain memiliki peran penting bagi pengairan pertanian, di muara sungai dengan Batu Reok-nya itu banyak pihak menggantungkan harapan, mendapatkan cuan.
Sebutan Batu Reok, menurut Isa yang rumahnya tidak jauh dari lokasi, merujuk pada suara batu batu beradu tersapu ombak. “Suaranya bergemuruh, bahasa Sunda-nya Reok,” terangnya.
Batu Reok di tempat itu kerap diburu kolektor batu akik. Pasalnya, menurut Isa (47), Selasa (02/11/2025), diantara hamparan batu biasa itu terdapat serpihan bahan batu akik berkualitas.
Para pemburu yang datang dari berbagai tempat, ujar Isa, kerap berbondong bondong mencarinya, terlebih disaat air laut surut, sehingga bentuk dan jenis batu nampak jelas terlihat.
“Pada saat seperti itu para pemburu dengan teliti dan konsentrasi penuh berjalan menelusuri tepian pantai sambil memilih bahan batu akik diantara batu biasa yang berserakan,” tutur Isa.
Asalkan bersabar dan teliti mencarinya, lanjut Isa, bagi yang beruntung tidak lama mencari justru sering mendapatkan bahan batu akik jenis Hijau Ohen, Hijau Caringin atau Pancawarna.
Beragam bentuk dan besarnya batu berkualitas akik, papar Isa, tergantung hasil temuan para pemburu itu dihargai pembeli yang kerap stand by, mulai ratusan ribu sampai jutaan rupiah.
Meskipun belum mendapat hasil jutaan, Isa mengaku, aktivitas perburuan di lokasi Batu Reok kerap konsisten dilakukan bersama warga lainnya, terlebih disaat usaha lain sedang sepi.
Keseharian Isa sendiri bersama warga pesisir lainnya demi menutupi kebutuhan, berbagai peran kerap dimainkan, mulai dari mencari rumput laut, bertani dan berdagang di lokasi wisata.
“Berhubung cuaca jelek, disaat ombak besar dengan intensitas pasang surut tidak menentu, pengambilan rumput laut di sekitar terumbu karang pun terpaksa dihentikan,” ujarnya, getir.
Demi kelangsungan hidup, sambil menunggu musim panen jagung dan padi tiba, selain mencari bahan batu akik, Isa pun sesekali menjadi koki bakar ikan di objek wisata Rancabuaya.
Menurut analisa warga Sukarame, Agus di lokasi, banyaknya batu berharga di tempat tersebut bersumber dari galian batu akik dilakukan dulu di sekitar hulu sungai terbawa hanyut aliran air.
Wisatawan asal Karangpawitan Garut, Salmun mengapresiasi kiprah warga pesisir yang kreatif menyiasati kondisi. “Disaat musim paceklik di daratan, mereka turun ke laut,” pungkasnya. (***)
Jurnalis: Ridwan