Tausiah Ramadhan Wakil Wali Kota Depok: Khataman Al Quran Jadi Tradisi Budaya Bangsa Indonesia
RUZKA REPUBLIKA -- Bulan Suci Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Untuk itu, bagi umat muslim, pada Ramadhan dimanfaatkan semaksimal mungkin mendapatkan keberkahan, salah satunya dengan khatam membaca Al Quran.
Bagi umat Islam Indonesia, salah satu tradisi yang hampir ada di setiap daerah adalah Khataman Al Quran di bulan Ramadhan.
Kesibukan dan hiruk pikuk dunia modern, budaya mengkhatamkan Al Quran tetap menjadi tradisi yang memperkaya rohani umat Islam, terutama di bulan Ramadhan.
Baca Juga: Depok Waspada Peningkatan Kasus DBD, Keluarkan SE Kesiapsiagaan
Tradisi ini masih terus dilestarikan oleh umat Islam di berbagai wilayah, hingga menjadi warisan budaya orang tua zaman dulu beserta kearifan lokal pengiringnya.
Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono mengatakan, Al Quran adalah kitabullah atau kitab Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril di bulan Ramadhan, karena itu Ramadhan sering disebut sebagai bulan Al Quran. Bahkan, banyak umat Islam kembali membaca kitab suci ini.
"Kita yang mungkin selama setahun jarang dibuka, Ramadhan kembali dibuka, tetapi ada juga yang terbiasa dengan interaksi dengan Al Quran di bulan suci ini semakin dekat dengannya. Ada yang bisa khatam berkali-kali dalam 1 bulan ini," ujar Imam dalam tausiah Ramadhan, Ahad (24/03/2024).
Baca Juga: Peran Hutan Kota UI dalam Bawa Keberlanjutan Lingkungan ke Tingkat Dunia
Umat Islam, berlomba-lomba membaca Al Quran di bulan suci Ramadhan karena akan diganjar pahala yang banyak.
Hal ini disebutkan dalam sabda Rasulullah dalam Hadis Riwayat Tirmidzi yang artinya, "barang siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ????? (Alif Lam Mim) satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf".
Imam menuturkan, salah satu daerah yang memiliki tradisi khatam Al Quran, yaitu di Desa Lebo Kabupaten Konawe Kepulauan. Khatam Al Quran dilakukan tiap tahun dengan acara iring-iringan santri yang disertai lantunan marhaba.
Baca Juga: Pakar Syariah: Perusahaan yang Jelas Dukung dan Sumbang Palestina Jangan Diboikot
"Tradisi ini menjadi wadah berkumpul atau bersilaturrahmi, menambah perekonomian bagi masyarakat, serta juga menarik perhatian masyarakat dalam penyiaran agama Islam dalam melalui budaya tersebut," jelasnya.
Fenomena khataman Al Quran yang terjadi di Desa Lebo telah berlangsung secara turun temurun. Salah satu hal yang paling menonjol atau ditunggu-tunggu masyarakat Lebo adalah ketika puncak dari acara khatam Al Quran, atau dalam bahasa lokal disebut hatamua. Yakni dengan mengadakan pesta yang dimeriahkan oleh seluruh warga Desa Lebo baik dari anak-anak maupun orang tua.
Selanjutnya, tradisi khataman Al Quran di Aceh puncaknya dirayakan dengan nama “kuwah beulangong”. Tradisi kuwah belangong merupakan kenduri yang juga dikenal dengan nama Tammat Daruh atau khatam Al Quran untuk memperingati Nuzulul Quran.
Baca Juga: UI Jadi Perguruan Tinggi dengan Jumlah Peserta IISMA Terbanyak
Pada kenduri ini disajikan aneka masakan dan berbagai jenis kue. Salah satu menu utama kenduri nuzulul quran di Aceh ini adalah kuwah beulangong. Kuwah beulangong adalah makanan yang terdiri dari daging sapi atau kambing yang dicampur dengan nangka muda serta bumbu yang khas.
"Menu ini dimasak di masjid dalam kuali besar atau belanga secara bergotong-royong dan di makan bersama-sama," ungkapnya.
Sedangkan masyarakat Sumatera Barat, tradisi khatam Al Quran yang biasa disebut Tamat Al Quran, adalah upacara penghargaan dan tanda pandainya seorang anak belajar mengaji. Dalam upacara ini pesertanya terdiri dari anak-anak yang telah bisa membaca dengan Alquran dengan tajwid atau mahraj.
Baca Juga: Film Dua Surga Dalam Cintaku, Angkat Tema Keikhlasan Cinta Berpoligami
"Ini upacara penghargaan kepada anak-anak yang bisa membaca Al Quran dengan aturan benar. Upacara ini berlangsung meriah dan diselenggarakan dengan rangkaian acara yang sifatnya tradisional," terang Imam.
Lalu juga ada, Tradisi Mandabiah Jawi (menyembelih sapi) Khatam Al Quran anak-anak yang merupakan bagian dari adat Suku Minangkabau. Kegiatan ini suatu keharusan sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan anak-anak belajar mengaji dan rasa kebersamaan dan kegembiraan dengan penyembelihan sapi.
"Bisa juga dengan membeli makanan bahan daging yang sudah jadi dimasak malah ada juga membeli nasi kotak atau nasi bungkus untuk hidangan acara upacara Khatam Al Quran," ungkap Imam.
Baca Juga: PWI Jabar Peduli Gelar Bakti Sosial Ramadhan, Santuni Anak Yatim dan Dhuafa
Lanjut Imam, di Kota Depok sudah banyak orang, lembaga sekolah atau pesantren yang melakukan kegiatan khataman Al Quran. Tetapi, belum terekspos atau dijadikan sebuah budaya yang dirayakan.
"Ini sebuah kegiatan kebaikan dan banyak manfaat yang akan kita dapat, baik semakin dekatnya umat Islam kepada Al Quran, menambah iman, pemberantasan baca tulis Al Quran, juga akan membangkit nilai ekonomi, sosial dan pariwisata baru bagi Kota Depok. Pastinya ayo warga Kota Depok kita baca, fahami, dan amalkan Al Quran," imbuhnya. (***)