RSUI Lakukan Penyuluhan, Dukungan Bagi Pasien Tuberkulosis Resisten Obat
RUZKA REPUBLIKA -- Pada 24 Maret 2024 lalu kita memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia dengan tema “Yes! We can End TB!”.
Merujuk pada tema global tersebut, Kementerian Kesehatan juga menentukan tema pada tingkat nasional yakni “GIAT: Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis”.
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular kronis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Global TB Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India.
Baca Juga: Ramadhan Iftar 2024, Mahasiswa Asing di UI Nikmati Tradisi Berpuasa Hingga War Takjil
Dalam rangka mendukung program nasional ini, RSUI melakukan serangkaian edukasi kepada para pasien untuk meningkatkan pemahaman terkait penyakit TBC.
Pada 25 Maret 2024 lalu, telah diselenggarakan edukasi terkait penyakit TBC yang dilaksanakan di area poli rawat jalan RSUI. Ns. Nur Akbar, S.Kep, M.Kep.Kom yang juga Wakil Ketua Tim Percepatan Penurunan Angka TB RSUI.
Ia memaparkan beberapa tanda dan gejala penyakit TBC yang perlu kita waspadai, diantaranya batuk terus-menerus lebih dari 2 minggu, dahak batuk kadang bercampur darah, demam berkepanjangan, nafsu makan berkurang, kadang disertasi sesak napas dan nyeri dada, berat badan menurun, dan berkeringat di malam hari padahal sedang tidak beraktivitas.
“Jika mengalami gejala-gejala ini, masyarakat sebaiknya segera berkonsultasi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penyakit TBC ini bukanlah penyakit kutukan atau guna-guna sebagaimana yang sering beredar di masyarakat kita. TBC dapat disembuhkan asal dapat terdeteksi lebih dini dan pasien menjalani pengobatan sampai sembuh sesuai dengan petunjuk dari dokter” jelasnya.
Rangkaian edukasi kedua dilaksanakan pada Rabu 3 April 2024 yang berlokasi di Klinik Eucalyptus RSUI. Klinik ini dikhususkan bagi pasien tuberkulosis resisten obat (TB RO).
Edukasi ini dipaparkan oleh dr Wahyu Ika Wardhani, M.Biomed, M.Gizi, Sp.GK(K), dalam paparannya menyampaikan diet gizi seimbang kaya protein dapat membantu penderita tuberkulosis.
Protein dapat mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan akibat infeksi, termasuk di dalamnya infeksi akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC.
"Protein dapat kita peroleh dari bahan makanan seperti ayam, ikan, telur, daging, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Pasien TBC memerlukan asupan protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak. Tidak hanya protein, asupan dari karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral pun tetap harus dipenuhi” paparnya.
Pola gizi seimbang penting untuk pasien TB, gizi seimbang adalah susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Baca Juga: Pengamanan Lebaran 2024, Polrestro Depok Terjunkan 575 Aparat Gabungan
Pemenuhan asupan gizi ini juga harus memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan sehat, serta mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
“Masalah gizi yang biasanya dialami oleh pasien TB adalah berat badan kurang (underweight). Asupan yang adekuat serta status gizi yang normal dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit TBC” ungkapnya.
Dalam bulan Ramadhan ini, kegiatan edukasi juga diikuti dengan pemberian bantuan sembako untuk pasien, yang diselenggarakan bersama antara RSUI, komunitas Terjang (Terus Berjuang) Jawa Barat dan komunitas Kompak Medika (Komet) FKUI.
Baca Juga: Apel Siaga Lebaran 2024, PLN Icon Plus Pastikan Kelancaran Akses dan Jaringan Telekomunikasi
Tim Ahli Klinis TB RSUI, Dr dr Diah Handayani, SpP(K) juga turut menuturkan bahwa terapi TB RO amat sulit dan membutuhkan motivasi dari pasien, dan dukungan dari semua pihak, salah satu dukungan adalah perhatian dan empati.
Sedikit bingkisan dan edukasi ini ditujukan memberi dukungan nyata bagi pasien yang sedang berjuang untuk sembuh. Pasien TB RO adalah bagian dari pejuang eliminasi TB karena ketika dia minum obat, kemudian dia sembuh, sehingga dapat mencegah orang lain tertular TB.
Peserta sangat antusias mendengarkan penjelasan dari narasumber. Kegiatan edukasi ini diharapkan dapat memberikan awareness dan pemahaman kepada masyarakat terutama para pasien agar dapat mencegah penularan dan menuntaskan penyakit TBC. (***)