Perum Bulog, Menjawab Tantangan Stabilisasi Pangan yang Relevan dengan Perkembangan Zaman
RUZKA REPUBLIKA -- Tantangan di era modern digital, dihadapi oleh semua industri, tidak terkecuali oleh industri pangan.
Perum Bulog yang memiliki perubahan fungsi dari pengatur kebijakan dan operator distribusi pangan pemerintah pada masa sebelum reformasi, saat ini menjalankan tugasnya hanya sebagai operator pelaksana kebijakan distribusi pangan yang diregulasi oleh pemerintah.
Pergeseran fungsi ini, tentunya mengalami tantangan tersendiri di era yang menuntut banyak percepatan dalam prosesnya.
Baca Juga: Norad dan World Bank Pelajari Implementasi Layanan Kependudukan Digital di Depok
Relevansi peran Perum Bulog ini, juga mendapat perhatian khusus dari berbagai pemegang kebijakan termasuk para akademisi yang tergabung dalam Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi).
“Apakah stabilisasi pangan diperlukan bagi negara sebesar Indonesia? Tantangan yang dihadapi semakin besar dan nyata, yaitu tantangan krisis iklim, ketidakpastian geopolitik global, juga tantangan rantai pasok yang tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di dunia. Tantangan ini yang harus dijawab bersama,” ujar Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, pada pidato pembukaannya di acara peluncuran buku dan diskusi publik bertajuk "Pentingnya Stabilitas Pangan di Indonesia" yang digawangi oleh Perhepi pada Jumat, 31 Mei 2024 lalu.
Menurut Bayu, stabilitas pangan menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan bersama-sama, sehingga masyarakat Indonesia dapat mencapai suatu negara dengan kondisi ekonomi sesuai tujuan bersama, termasuk di antaranya terhindar dari ekonomi middle income trap melalui solusi yang ditawarkan, termasuk penguatan peran Perum Bulog diversifikasi sumber pangan, dan pemanfaatan teknologi.
Baca Juga: TNI Launching Penanaman Bibit Bawang Merah di Area Urban Farming di Depok, AHY Ikut Nimbrung
“Memang di Indonesia, stabilisasi kebutuhan pokok, termasuk beras sebagai pangan, sangatlah penting. Karena setiap orang pasti membutuhkan makan. Terutama ketersediaannya dengan harga yang terjangkau bagi konsumen dan juga menguntungkan petani,” jelas mantan Wapres Jusuf Kalla, saat hadir dalam peluncuran buku tersebut.
Ketua Umum Perhepi, Bustanul Arifin mengatakan, buku ini memberikan analisis yang mendalam dan komprehensif tentang stabilitas pangan di Indonesia, serta menawarkan solusi yang konkret dan aplikatif.
"Sehingga buku ini penting untuk dibaca oleh semua pihak yang ingin memahami dan berkontribusi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional," terangnya.
Kondisi stabilitas pangan di Indonesia yang masih belum ideal termasuk harga pangan yang masih fluktuatif, serta ketergantungan pada impor bahan pangan, menyisakan banyak pekerjaan rumah dalam hal stabilitas pangan.
Hal-hal tersebut juga dibahas oleh para narasumber pada saat diskusi panel, antara lain oleh Prof. Dr. Mohammad Ikhsan-Ekonom UI dan Staf Khusus Menteri BUMN, Prof. Dr. Hermanto Siregar-Rektor Perbanas Institute, Dr. Netti Tinaprila-Dosen Agribisnis Universitas IPB, Epi Sulandari-Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog dan Muhammad Kurniawan-Wartawan Harian.
Buku yang ditulis dan disunting oleh para akademisi, praktisi dan ekonom pangan yang berjumlah 11 orang ini, diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan dan memberikan solusi terkait stabilitas pangan di Indonesia.
"Buku ini diharapkan dapat memicu diskusi konstruktif dan implementasi kebijakan yang efektif untuk mencapai stabilitas pangan berkelanjutan di Indonesia," harap Bayu.
Buku Stabilitas Pangan: Menjawab Tantangan dan Solusi Dalam Ketahanan Pangan Nasional dapat diperoleh di toko buku daring dan luring terkemuka di seluruh Indonesia. (***)