Edukasi

Konselor Laktasi di Perusahaan Efektif Bantu Pekerja Menyusui

Ray Wagiu Basrowi (kiri) dan I Gusti Ayu Nyoman Partiwi (kiri) sedang membahas konselor laktasi di tempat kerja tidak harus tenaga kesehatan, tetapi bisa paham model motivator menyusui.

RUZKA REPUBLIKA -- Menyikapi disahkannya Undang-Undang Kesehatan Ibu Anak, pakar kedokteran Kerja dan peneliti kedokteran komunitas Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menegaskan bahwa dengan atau tanpa UU IKA pun sebenarnya perusahaan memiliki kewajiban moral dan otoritas untuk mendukung pekerja Perempuan yang sedan masa menyusui dengan memberikan pendampingan lewat program dan konselor laktasi.

Menurut Ray, konselor laktasi di tempat kerja tidak harus tenaga kesehatan, tetapi bisa paham model motivator menyusui dengan memberikan pelatihan kepada tenaga sumber daya manusia atau bahkan sesama karyawan

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Karena penelitian suda banyak membuktikan bahwa peran pendampingan dan motivator laktasi di tempat kerja sangat efektif meningkatkan perilaku laktasi pekerja,” ungkap Ray yang merupakan pendiri Health Colalborative Center (HCC) ini, Senin (12/08/2024).

Baca Juga: Gowes Kebangsaan Bike to Work dari Balai Kota Depok ke Museum Kepresidenan Bogor Berlangsung Sukses

Ray menambahkan bahwa yang terpenting saat ini adalah penerapan model promosi laktasi yang berbasis waktu kerja fleksibel.

Lalu, dukungan konselor laktasi, dan fasilitas pendukung, karena penelitian kami membuktikan bahwa elemen pendukung ini berdampak 2 hingga 3 kali lipat meningkatkan kesuksesan menyusui dan produktivitas ibu pekerja.

"Bahkan penilaian dan observasi kilnis dari menegaskan dukungan keluarga dalam bentuk berbagi peran terbukti dapat meningkatkan kesuksesan menyusui dan kualitas pengasuhan,” ungkap Ray yang profil nya data di akses di laman wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Ray_Wagiu_Basrowi

Sementara itu, pakar Kesehatan Anak Dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA atau Dr Tiwi menegaskan, ibu yang bekerja sekarang juga menjadi bagian dari roda ekonomi keluarga, sehingga ketika harus kembali bekerja karena tetap mau membantu nafkah keluarga.

Baca Juga: Stok Darah Terus Menurun, PMI Depok Sebar Ribuan Kupon Donasi

"Maka ini harus didukung dengan kebijakan perusahaan seperti menyiapkan fasilitas menyusui, dukungan konselor atau motivator laktasi, dan terpenting adalah berikan kebebasan untuk menyusui atau memerah ASI diantara jam kerja, “ ungkap Dr Tiwi yang merupakan penulis buku Sang Anak ini.

Menurutnya, dukungan ditempat kerja harus proporsional, karena ibu pekerja benar-benar harus diberi kebebasan memompa ASI karena secara klinis ASI harus secara rutin di perah atau dikosongkan paling tidak 2 jam sekali.

"Jadi jangan menunggu waktu makan siang saja,” tegas Dr Tiwi yang aktif sebagai anggota Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.

Baca Juga: Perbaikan Bansos RTLH di Depok Bantu Naikan Kesejahteraan Warga

Saat ini sangat penting bagi sejumlah pakar sepakat bahwa implementasi cuti 6 bulan ini tetap harus bisa memberi banyak celah untuk penerapan di tempat kerja di Indonesia, terutama pada pekerja pabrik.

UU KIA adalah tonggak penting dalam perlindungan kesehatan dan kesejahteraan ibu pekerja sehingga harus didukung oleh semua pihak.

Health Collaborative Center (HCC) adalah wadah promosi dan advokasi kesehatan nirlaba di Indonesia bergerak dalam bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas.

Baca Juga: Airlangga Mundur, Jamiluddin Ritonga: Bagus, Untuk Kebaikan Golkar

Didirikan sejak Juli 2019 oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH yang juga sebagai Ketua HCC fokus pada kajian ilmiah, riset dan edukasi/promosi kesehatan masyarakat termasuk dibidang nutrisi dan kedokteran komunitas, kesehatan kerja hingga kesehatan mental.

Untuk menjangkau populasi yang lebih luas, HCC menggunakan platform digital melalui Instagram HCC (@healthcollaborative.center), dan saluran Youtube HCC @HealthCollaborativeCenter dengan identitas hashtag #SEHATINDONESIA

Dr Ray Wagiu Basrowi adalah peneliti dan doktor bidang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Kerja serta Fellow dari The Royal Society for Public Health (FRSPH).

Baca Juga: Ini 4 Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan

Ia merupakan Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC), pengajar di Program Kedokteran Kerja & Kedokteran Komunitas FKUI, Chief Editor dari The Indonesian Journal of Community and Occupational Medicine (IJCOM), Inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa (Kaukus Keswa), dan Pengurus Pusat Kemitraan Indonesai Sehat (YKIS).

Ray mempublikasikan lebih dari 100 artikel ilmiah bidang kedokteran dan life-science di jurnal internasional dan reviewer di BMC, MDPI, PlosOne dan Bentham Publishing. (***)