Podcast Depok, Hadir Jadi Ruang Alternatif Kekinian, Semacam Oase di Padang Gersang
ruzka.republika.co.id--Apa kira-kira program bagus untuk anak-anak muda Kota Depok? Sebuah pertanyaan diajukan oleh perwakilan dari sebuah dinas di Balai Kota Depok. “Buat Podcast Depok”. Itu jawaban ringkas saya.
Maka, mulailah kami perbincangkan seluk beluknya. Singkat kata, program tertulis disertai RAB (Rencana Anggaran Biaya) kita ajukan.
Sayang, sekian lama menunggu kepastian, jawaban terakhir hadir. “Dana tidak ada”. Menyerah? Tidak.
Ide “Podcast Depok” sebenarnya sebuah kegelisahan pribadi sejak lama. Sebuah alasan mendasarinya.
Baca Juga: Dandim Depok Bersilahturahmi ke PWI, Siap Garap Lahan Tidur Dukung Program Ketahanan Pangan
Satu pertanyaan, apa yang kamu bayangkan tentang Kota Depok? Jawaban agak menyedihkan. “Macet”, “Begal”, “Tawuran”, Babi Ngepet”.
Itu jawaban yang ke luar. Ada yang rada-rada positif “Ayu Tingting”.
Tak salah, apa boleh buat, itulah citra Kota Depok yang spontan ke luat dari beragam mulut warga Kota Depok yang saya tanya.
Padahal, ya tentu kagak begitu juga sih. Banyak hal positif yang bisa kita gali dari Kota Depok.
Memang, ada beragam media dalam bentuk website media online atau akun-akun informasi seputar Depok dan sekitarnya.
Baca Juga: Peningkatan Kasus Kanker, Mulai Kenali, Cegah, dan Tangani Kanker Sedari Dini!
Tapi, apa isinya? Lebih banyak seputar masalah-masalah yang muncul. Sangat kurang informasi, perspektif, ide-ide yang “serius” untuk memajukan Kota Depok.
Nah, Podcast Depok rasa-rasanya menjadi ruang alternatif kekinian yang menarik. Semacam oase di padang gersang. Halah.
Maka, mulailah saya menjual ide “Podcast Depok” ini ke berbagai kalangan. Mulai kawan dekat sampai orang-orang yang saya pandang bisa menjadi sponsor atau inves ke ide ini.
Sayangnya, belum ada yang tertarik juga.
Menyerah? Tidak, saya terus menjajakan ide ini. Sampai menemukan kabar baiknya.
Baca Juga: Ramadhan, Wali Kota Depok Ajak ASN Tingkatkan Disiplin dan Takwa
Justru, tak disangka-sangka, sambutan datang dari “Lingkar Kajian Pekanan”. Kawan ngaji punya kakak yang punya studio foto, bisa dipakai untuk podcast.
Alhamdulillah, setelah 2-3 kali ngobrol, jadilah Podcast Depok “Mengudara” seminggu sekali secara rutin sejak Januari 2024. Tentu, setelah beberapa kali percobaan.
Seorang pemikir Ilmu Komunikasi, Harold D. Laswell pernah menyatakan bahwa langkah terbaik untuk menjelaskan aktivitas komunikasi adalah dengan dimulai dari pertanyaan “Who Says What Which Channel To Whom With What Effect?”.
Baca Juga: Partisipasi Pemilih Pemilu 2024 Tertinggi, 2 RW di Depok Dihadiahi Kambing
Di dalam Podcast Depok, saya juga memulai menjelaskan itu, terutama kepada partner (produser) sehingga perjalanan awal menemukan bentuk dan kesepahaman bersama (mutual understanding).
Who (Siapa Komunikatornya). Dalam hal ini, saya memulai Podcast sebagai host yang sebenarnya bukan siapa-siapa.
Justru, yang menjadi “Hero” dan pencerah sebenarnya adalah narasumber-narasumber terbaik yang diundang ke Podcast Depok.
Sejauh ini, sebagai penulis saya tentu lebih banyak membangun “Theater of Mind” lewat teks (tulisan).
Baca Juga: Warga Depok Diajak Olah Sampah Melalui Metode Maggot
Nah, dalam podcast tentu komunikasi audio visual (video) yang lebih berperan. Maka, suara dan gambar harus jelas dan bagus agar diterima baik oleh penonton.
Says what (Apa yang dibahas?). Tentu seputar Depok dengan segala problema dan solusi terbaiknya.
Satu dua episode melenceng, tapi diusahakan masih relevan untuk warga Depok.
In Which Channel? (Media apa yang digunakan?).
Seperti pada umumnya, kami cukup menggunakan fasilitas Youtube sebagai media tampilkan siaran Podcast Depok.
Baca Juga: Libatkan SMK dan Pengurus BKK, Depok Gelar Sosialisasi Bursa Kerja Khusus
To Whom? (Untuk siapa?) Ya tentu saja, Podcast Depok sepenuhnya kami persembahkan untuk warga Depok dan sekitarnya.
With What Effect? (Efek apa yang diharapkan?) Ini yang sebenarnya bikin kami gelisah. Apakah Podcast Depok bisa berikan dampak bagi kemajuan Kota Depok?
Sementara ini, kami hanya berharap begitu. Punya dampak. Semacam apa? Setidaknya macam kata penyair “Seperti Sungai yang Mengalir”. Berikan penyegaran bagi tumbuh kembangnya pohon-pohon kemajuan. Bismillah. (***)
Oleh: Yons Achmad
(Penulis, tinggal di Kota Depok)