Pertemuan Sastrawan, Pelukis dan Pelaku Seni di Kafe Cornelis Depok
RUZKA REPUBLIKA -- Beberapa sastrawan sekaligus pelukis dan pemerhati seni berkumpul di Kafe Cornelis, Kota Depok, Rabu (27/03/2024).
Pertemuan ini untuk membahas rencana pameran lukisan hasil karya para penulis buku sastra, sejarah yang sekaligus juga pelukis.
Rencana awal, lukisan akan bertema heritage yaitu menggambarkan tentang sejarah dan peninggalan bangunan tua daerah Depok Lama yang dulu dibangun oleh sang penemu Depok, Cornelis Chastelein.
Baca Juga: UPZ Sekolah di Depok Diharapkan Melatih Para Siswa Berzakat
Pameran lukisan ini bukan bermaksud untuk mengenang kembali masa-masa kelam tentang penjajahan Belanda dahulu, namun justru untuk mengingatkan generasi masa kini bahwa Indonesia pun pernah memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan peninggalan masa lalu.
Hal itu juga berkaitan erat dengan keberadaan dari bangunan-bangunan yang bernilai seni, artistik dan dapat memberikan pengetahuan bagi generasi muda tersebut tentang cerita dari sosok arsitektur masa lalu itu sendiri.
Kisah penemuan Depok.oleh pria keturunan Prancis berkebangsaan Belanda yang datang ke Batavia pada 24 Januari 1674 lalu membeli beberapa tanah di daerah Sringsing (Lenteng Agung) hingga ke Depok, dan mengambil para budak dari Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Timor.
Baca Juga: AMDK Aman Dikonsumsi, Ini Deretan Syarat Dari Pemerintah
Juga menjadi data otentik dari lukisan-lukisan tematik tentang sejarah Depok yang rencananya akan dipamerkan di sebuah kafe di Jalan Pemuda, Depok Lama, beberapa bulan mendatang.
Cornelis Chastelein sebelum wafat pada 28 Juni 1714, membebaskan para budaknya dan membagi harta warisan kepada para pekerjanya yang dibagi menjadi 12 marga yaitu Isakh, Jacob, Joseph, Bacas, Leander, Loen, Soedira, Tholense, Jonathans, Samuel, Laurens, dan Zadokh.
Marga terakhir Zadokh telah lenyap. Kisah tentang keberadaan mereka bisa juga menjadi penyerta di kala sang pelukis menggambarkan keberadaan dari sejarah berdirinya Kota Depok yang tidak diketahui para pendatang baru yang melakukan eksodus besar-besaran ke kota itu.
Baca Juga: Ramadhan, Satpol PP Depok Sweeping Penjual Miras
Peninggalan lain yang masuk dalam tema lukisan heritage adalah Jembatan Panus yang di bawahnya ada aliran Sungai Ciliwung dari Bogor, Depok hingga Jakarta, Jembatan ini dibangun oleh seorang insinyur Indonesia bernama Andre Laurens pada 1917.
Selain jembatan Panus, ada juga gedung Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein dengan bangunan kunonya yang sampai sekarang masih bertahan.
Lukisan yang bertema tentang sisa-sisa peninggalan kolonial yang masih tersisa, tak ada salahnya tetap dipertahankan sebagai peninggalan sejarah.
Baca Juga: Pendaftaran UTBK SNBT 2024 Dibuka, Cek Link dan Syaratnya
Sebab banyak negara menjaga dan memugar peninggalan sejarah masa lalu di negara mereka untuk tujuan wisata, contohnya seperti di Melaka, Malaysia.
Di sana keberadaan peninggalan zaman penjajahan kolonial masih dirawat dengan baik dan menjadi pemasukan untuk sektor pariwisata sehingga memberi nilai tambah secara ekonomi untuk negara mereka.
Tak dapat dipungkiri peran dari Cornelis Chastelein seorang tuan tanah asal Belanda yang juga mantan petinggi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), sebuah kongsi dagang Hindia Timur Belanda pada era 1602-1799, hingga sekarang masih meninggalkan jejak kenangan tentang masa itu.
Baca Juga: UI Umumkan 2.105 Calon Mahasiswa Baru yang Lolos Seleksi SNBP 2024, Segera Daftar Ulang
Bangunan dengan gaya arsitektur Belanda, di mana rumah-rumah bergaya tropis berjendela besar dan beratap agak curam, mencerminkan bahwa pada masa itu, kenyamanan dan sirkulasi dari sebuah hunian berupa rumah sangat diperhatikan.
Para seniman dan sastrawan itu merasa perlu untuk mengenang kembali kota lama Depok yang masih bertahan dengan beberapa bangunan tua yang masih tersisa.
Jembatan Panus yang sepi pengunjung, seharusnya menjadi daerah wisata dengan pemandangan yang sejuk dari sebuah sungai yang melegenda yaitu Ciliwung.
Baca Juga: Syiar Ramadhan Kampus UI 2024, Gerak Semar, Gareng, Petruk dan Bagong
Belum lagi gedung tua Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat yang bernama Gereja Immanuel yang dibangun pada 1713, ketika dituangkan ke dalam lukisan, gereja ini menjadi sebuah contoh bangunan elok dengan nilai sejarah dengan arsitektur yang menawan di masanya.
Begitulah rencana dari para pelaku seni, sastra dan budaya Depok untuk menghidupkan kembali sebuah daerah dari kisah masa lalu dengan sajian elok melalui gambar dan garis dengan komposisi warna yang menawan ke dalam sebuah kanvas.
Diharapkan pameran lukisan ini kelak menjadi sebuah gebrakan yang siginifikan dari sebuah kota bernama Depok yang terkenal dengan keberadaan Universitas Indonesianya (UI).
Baca Juga: Ratusan Kader Posyandu di Depok Diwisuda, Usai Jalani Pelatihan 25 Ketrampilan Dasar
Jadi, bukan hanya UI saja yang menjadi magnet dari kota yang berdekatan dengan Jakarta ini, namun euphoria kehidupan berkesenian juga terlihat di Depok. Kota yang pernah didiami oleh para sastrawan terkenal Indonesia seperti Gerson Poyk, Rendra, juga Hamsad Rangkuti.
Ketika para petinggi sibuk dengan urusan politik, maka pelaku seni menukik ke dalam ruang batin manusia tentang kehidupan masa lalu yang memberi rasa estetika dengan etis moral yang tidak hanya berlaku normatif, namun mampu memberikan pemasukan secara profesional untuk kepentingan rakyat banyak.
Hadir dalam pertemuan ini, Fanny J Poyk, Putra Gara, Binton Nadapdap, Ardi Simpala, Eki Thadan, Fuad dan beberapa pemerhati seni lainnya.
Penulis: Fanny J Poyk