Konser Coldplay, MRT Jakarta Perpanjang Jadwal Operasional
ruzka.republika.co.id--PT MRT Jakarta (Perseroda) menetapkan jadwal operasional khusus saat konser Coldplay yang akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) malam ini, Rabu (15/11/2023).
Group band musik asal Inggris ini, menggelar konser perdananya bertajuk ‘MUSIC of the SPHERES’ di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko memberi himbauan kepada masyarakat yang akan menuju lokasi konser Coldplay untuk memanfaatkan transportasi umum.
Baca Juga: Tinggi Kolagen, 5 Makanan ini Dapat Bantu Terlihat Awet Muda
Alasannya, karena, tidak ada kantong parkir yang disediakan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat.
“Polda Metro Jaya menghimbau untuk para penonton konser Coldplay agar menggunakan sarana transportasi umum,” ujar Trunoyudo lewat keterangannya, Rabu (15/11/2023).
Sebanyak 3.906 personil gabungan akan digerakkaan untuk mengamankan dan mengarahkan saat konser Coldplay berlangsung malam ini.
Baca Juga: PLN Icon Plus Sabet 3 Penghargaan di Ajang IDIA Awards 2023
Kepada publik, polisi juga memberi himbauan untuk menghindari area sekitar Senayan dan GBK yang akan menjadi sasaran kepadatan lalu lintas karena adanya konser Coldplay malam ini.
Dengan demikian, khusus hari ini MRT Jakarta akan beroperasi mulai dari 05.00 WIB hingga 01.30 WIB dini hari (16 November 2023). Terjadinya penambahan jadwal dibandingkan jadwal operasional yang biasanya, yaitu 05.00 WIB hingga 00.00 WIB.
Sementara, pola operasional untuk hari selanjutnya akan kembali menggunakan jadwal normal, yaitu Senin hingga Jumat mulai pukul 05.00 WIB hingga 00.00 WIB.
Baca Juga: Gaduh Soal PMT Status Stunting, Begini Penjelasan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok
Perubahan jam operasional MRT Jakarta tersebut, merupakan tidak lanjut Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Nomor e-0158 Tahun 2023 tentang Penugasan Kepada PT MRT Jakarta (Perseroda) untuk Penyediaan Layanan Perkeretaapian Pendukung Konser Coldplay.
“PT MRT Jakarta (Perseroda) memberi himbauan kepada seluruh pengguna jasa untuk menjaga ketertiban dan mengikuti arahan pertugas di stasiun,” terang Ahmad selaku Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta.
Berdasarkan pantauan, Jalan Gerbang Pemuda menuju Jalan Asia Afrika ditutup menggunakan barier berwarna oranye. Sementara Jalan Asia Afrika menuju Gedung TVRI macet total. Begitu pula dengan Jalan Lapangan Tembak menuju Kemenpora.
Tak hanya dipadati masyarakat yang hendak menyaksikan konser tersebut, massa yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Geranati LGBT turut menggelar aksi demo untuk membatalkan penampilan Coldplay di GBK.
Coldplay adalah grup musik rock Inggris yang dibentuk tahun 1997. Saat ini beranggotakan Chris Martin sebagai vokalis, Jonny Buckland sebagai gitaris, Guy Berryman sebagai bassis, Will Champion sebagai drumer dan perkusionis, dan Phil Harvey sebagai pengarah kreatif.
Mereka bertemu saat menjalani kuliah di University College London (UCL) dan mulai bermusik sejak 1997 hingga 1998, awalnya bernama Starfish.
Setelah merilis EP pertamanya, Safety (1998), Coldplay mulai menandatangani kontrak dengan Parlophone tahun 1999. Album debutnya, Parachutes (2000), memuat singel perdananya "Yellow" meraih Penghargaan Brit untuk Album Britania Raya Tahun Ini, Penghargaan Grammy untuk Album Alternatif Terbaik, dan nominasi Mercury Prize.
Album keduanya, A Rush of Blood to the Head (2002), memenangkan prestasi yang sama, berisi singel "Clocks" yang berhasil memenangkan Penghargaan Grammy untuk Rekaman Terbaik Tahun Ini.
Album ketiganya, X&Y (2005), yang melengkapi "trilogi" mereka, serta album keempat, Viva la Vida or Death and All His Friends (2008), kedua-duanya dinominasikan di Penghargaan Grammy untuk Album Rock Terbaik.
Terakhir menang; keduanya menjadi album dengan penjualan terbaik pada masing-masing tahun, memuncaki tangga album di 30 negara.
Viva la Vida juga dinominasikan sebagai Album Terbaik Tahun Ini, dan trek judulnya menjadi singel pertama bagi grup musik Britania Raya yang secara simultan menduduki posisi pertama di Britania Raya dan Amerika Serikat sepanjang abad ke-21.
Coldplay kemudian mendiversifikasi suaranya selama 5 album studio berikutnya, yang terbaru adalah Music of the Spheres (2021).
Setiap album memuat tema yang khas dan menambah gaya-gaya baru ke dalam repertoar aslinya, seperti electronica, ambien, pop, R&B, klasik, dan rock progresif.
Mereka dikenal karena penampilan panggungnya yang "euforis"[3] dan "menghanyutkan", yang dianggap NME sebagai "sangat hidup dan paling masuk akal".
Pada 2018, sebuah film dokumenter yang disutradarai Mat Whitecross dirilis di bioskop untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-20.
Dengan 100 juta album terjual, Coldplay menjadi artis musik terlaris.Menurut Fuse, mereka menjadi grup musik keenam yang banyak diberi penghargaan sepanjang sejarah, termasuk yang terbanyak dinominasikan dan menang pada Penghargaan Brit.
Mereka juga menjadi band ketujuh yang sukses menyelenggarakan tur konser dengan pendapatan kotor terbesar, ketiga pada 50 album dengan penjualan terbaik di Britania Raya, album pertama di negara tersebut.
Artis yang mendapatkan posisi pertama dengan semua album studionya dan menjadi grup Inggris pertama yang debut di posisi pertama pada Billboard Hot 100.
Coldplay menjadi band paling berpengaruh pada abad ke-21, dan Forbes menyebutnya sebagai acuan skena alternatif. Rock and Roll Hall of Fame memasukkan album A Rush of Blood to the Head sebagai "200 Album Definitif" dan singel "Yellow" sebagai "Lagu Pembentuk Rock and Roll", sehingga menjadi salah satu rekaman tersukses dan penting dalam sejarah industri musik.
Terlepas dari popularitas dan pengaruhnya, Coldplay telah mendapatkan reputasi sebagai ikon musik yang terpolarisasi.
Reporter: Syifa Alvernia Naufal