Dampak El Nino, 27 Hektare Lahan Beras di Kabupaten Bogor Rusak
ruzka.republika.co.id --Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhorbun), Bupati Bogor Iwan Setiawan menyebut sebanyak 27 ribu hektare lahan pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dilaporkan rusak.
Hal itu berdasarkan data dan disampaikan Iwan pada peringatan Hari Pangan Sedunia di Taman Pemuda, Cibinong, Rabu (18/10/2023).
Mulanya, Iwan menyampaikan bahwa kondisi El Nino tahun ini cukup berdampak pada ketahanan pangan.
Baca Juga: PNJ Pamerkan Hasil Karya Inovasi Mahasiswa, Dukung Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka
"Hari ini El Nino ngeri-ngeri sedap, sampai awal Januari 2023 juga curah hujan belum tentu normal. Kan panjang, ini kemarin BMKG katanya Oktober 2023 mulai hujan, tapi sifatnya parsial tidak semua wilayah ada hujan. Tetap untuk pertanian juga masih belum bisa untuk bertanam karena curah hujannya belum stabil," kata Iwan.
Ia berharap masyarakat mulai mengubah pola pikir masyarakat tentang makan. Sebab, saat ini beras menjadi makanan yang produksinya berdampak akibat cuaca.
"Tadi disampaikan, cuaca di Indonesia dalam suasana tidak baik-baik saja. Manusia ini harus berinovasi dan menyesuaikan. Bagaimana menyesuaikannya berinovasi, tadi disampaikan B2SA (beragam, bergizi, seimbang, aman). Namanya manusia itu bisa berinovasi, bagaimana B2SA menghadapi situasi paceklik, kerawanan pangan, supaya tidak terjadi inflasi," tutur Iwan.
Baca Juga: Ini 5 Tips Merawat Kuku Agar Tetap Sehat, Apa Aja Sih?
Menurut Iwan, masyarakat Indonesia banyak yang 80 persen dari makanannya mengandung karbohidrat. Ia ingin agar pola makan tersebut diubah, termasuk mengurangi konsumsi beras.
"Jadi porsi makanan itu kalau di kita 80 persen nasi, sayurnya 10 persen, sambalnya 5 persen, dagingnya 5 persen. Jadi konsumsi berasnya itu banyak. Itu tadi disampaikan satu pertiga dari piring itu karbohidrat, mau jagung, tape, sagu, beras," jelasnya.
Baca Juga: Deretan Drama Korea yang akan Rilis November 2023
Lanjut Iwan, penting untuk menyesuaikan pola makan apabila stok beras sedang berkurang. Sebab menurutnya, kondisi cuaca saat ini tidak memungkinkan untuk produksi beras.
"Sayuran mah tidak terlalu terkena dampak daripada kekeringan hari ini. Tapi kalau beras, sangat terdampak. Kalau beras mah ngairinya bukan satu ember, satu kontainer air, satu truk. Kenapa kita harus memaksa beras, cuacanya sudah tidak memungkinkan kita produksi beras. Karena 27 ribu hektare di Kabupaten Bogor sekarang kusek (rusak). Itu laporan dari Distanhorbun," ungkapnya.
Data Distanhorbun Kabupaten Bogor, setidaknya ada sekitar 1,5 hektare sawah yang mengalami kekeringan berat. Kriteria berat, tanah sudah belah dan daunnya sudah menggelinting.
Sedangkan 39,3 hektare sawah mengalami kekeringan kriteria sedang. Untuk kriteria sedang ini ditandai dengan kondisi tanah pecah, sumber air tidak ada, serta pertumbuhan padi sudah terlihat tak bagus.
Adapun 87,5 hektare sawah dilaporkan mengalami kekeringan kriteria ringan, yang ditandai kondisi permukaan tanah pecah dan tidak ada sumber air. Tatang mengatakan, ada juga 388,15 hektare yang kondisinya terancam kekeringan.
Reporter: Luki Leonaldo