Nasional

Hadapi Perubahan Iklim, BMKG Tekankan Pentingnya Data Kelautan yang Akurat dan Handal

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjadi panelis di acara COP28: Water For Life yang diselenggarakan di Uni Emirat Arab.

ruzka.republika.co.id--Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menekankan pentingnya bahwa saat ini kondisi bumi kekinian mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi, sehingga pengamatan dan pelayanan wilayah pesisir dan laut secara terpadu guna mendukung ketahanan terhadap perubahan iklim dan bahaya laut lainnya.

Pengamatan dan layanan laut yang berkelanjutan sangat penting, mengurangi potensi permasalahan dan ancaman yang timbul akibat perubahan iklim maupun ancaman lainnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Ketersediaan data dan informasi kelautan yang akurat dan handal juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, pembangunan sektor kelautan dan perikanan, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta dapat memperkuat sistem peringatan dini bencana, khususnya tsunami,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam siaran pers yang diterima, Ahad (17/12/2023).

Baca Juga: Kemacetan di Jalan Raya Sawangan Depok Nggak Ada Ampun, Ini Titik Kemacetan Horornya

Dwikorita yang mengikuti rangkaian event COP28 : Water For Life yang diselenggarakan di Uni Emirat Arab didapuk sebagai panelis terkait tema Earth Information Day yang meliputi topik bahasan peran pengamatan dalam mendukung pelaporan nasional, apa saja kebutuhan informasi untuk Global Stocktake ke-2 (GST2), dan Kemitraan sektor publik-swasta dalam pengamatan gas rumah kaca (GRK).

"Interaksi darat-laut telah menjadi pendorong utama karakteristik cuaca-iklim. ENSO dan IOD telah menjadi faktor yang menonjol karena posisi geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik," jelasnya.

Dia menambahkan, selain itu, aktivitas Arus Lintas Indonesia (Indonesian Through Flow) juga turut mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim di Indonesia. Selama 3 tahun terakhir, Indonesia mengalami Triple-Dip La Nina yakni pada tahun 2020-2022.

Baca Juga: UI dan PT Petrosea Sukses Lakukan Konversi Bus Diesel Konvensional Jadi Bus Listrik, Uji Coba Selama 6.000 Jam di Kampus UI Depok

"Sementara, di tahun 2023 ini, Indonesia menghadapi kekeringan yang cukup parah yang disebabkan oleh El Nino yang kuat,” terang Dwikorita.

Indonesia memiliki wilayah pesisir dan laut yang strategis dan penting. Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia. Air mendominasi total wilayah Indonesia, bahkan panjang pantai Indonesia adalah 99.000 km, terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.

"Saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berkolaborasi melakukan pengamatan laut guna mengatasi tantangan perubahan iklim," tegas Dwikorita.

Baca Juga: Pertamina Bentuk Satgas Nataru, Jamin Ketersediaan Energi

Lanjut Dwikorita, mengingat Pemantauan laut dan pesisir membutuhkan biaya yang besar, sehingga membutuhkan kemitraan di luar sektor publik untuk pengamatan laut yang berkelanjutan. Ketersediaan data dan informasi yang akurat mengenai laut menjadi salah satu bentuk mitigasi dampak perubahan iklim.

"Dengan data tersebut, negara-negara di dunia dapat menjadikannya sebagai acuan dalam merumuskan berbagai kebijakan guna mengantisipasi dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari perubahan iklim itu sendiri,” ungkapnya.

Berita Terkait

Image

Prakiraan Cuaca di Depok Hari Ini Senin 3 Maret 2023 Siang Sampai Malam

Image

Prakiraan Cuaca Hari Ini Sabtu 1 April 2023 di Kota Depok

Image

Prakiraan Cuaca Hari Ini di Depok Jumat 31 Maret 2023