Sekolah

Diskusi Proses Penulisan Kreatif di SMAN 97 Jaksel, Wajib Membaca dan Menulis

Wartawan senior yang juga penulis sedang memberikan materi Proses Penulisan Kreatif ke para siswa SMAN 97 Jaksel, Senin (30/10/2023).

ruzka.republika.co.id--Apresiasi pada Bulan Bahasa dan Hari Sumpah Pemuda kembali dipersembahkan oleh para siswa dari SMAN 97 Jakarta Selatan (Jaksel), berlangsung pada Senin (30/10/2023).

Bentuknya berupa dialog interaktif tentang proses kreatif menulis beragam tema dan topik. Contohnya tentang penulisan puisi, cerita pendek, artikel, esai, penulisan jurnalistik hingga novel dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Gabungan pemaparan materi yang maraton diterima dengan penuh antusiasme dari para siswa. Beberapa dari mereka bahkan ada yang sudah membuat novel dan akan diterbitkan oleh sebuah penerbit mayor (besar).

Baca Juga: Tim PPM UI Edukasi Pelestarian Lingkungan, Hemat Air Wudu di Ponpes Al-Hamidiyah Kota Depok

Perhatian yang begitu besar terhadap dunia literasi dari generasi muda milenial ini mencerminkan bahwa dunia membaca tampaknya semakin menggeliat dan digemari.

Menurut wartawan senior yang juga penulis, Fanny J. Poyk selaku pemberi materi, dengan adanya kegiatan penulisan kreatif ini para penulis dan peserta memperoleh hikmah yang positif juga memberi angin segar bagi dunia kepenulisan di Indonesia.

"Karena rata-rata dari para penulis yang berada di garis akar rumput, mereka menulis, mengedit, mencetak dan menjual sendiri karya mereka untuk dibaca para generasi muda, adalah sebuah kerja independen yang memberi rasa bahagia di jiwa," ujarnya.

Baca Juga: Puluhan Wirausaha Baru DKUM Kota Depok Gelar Pameran di Alun-alun

Sedangkan Pak Ujang S.pd, Penanggungjawab Bidang Kesiswaan SMAN 97 mengatakan, membaca dan menulis merupakan proses pengembangan intelektual para siswa untuk menemukan jati diri mereka yang sesungguhnya.

"Kegiatan menulis bagi para siswa menjadikan mereka lebih berempati pada sesama dan mampu memaknai hidup ini dengan bijak serta bagus untuk masa depan mereka kelak," terangnya.

Lanjut Pak Ujang, sebab membaca dan menulis adalah bentuk kerja intelektual yang mencerdaskan bangsa. "Dan sudah sepatutnya melalui dana abadi yang didengung-dengungkan pemerintah, bisa disalurkan kepada mereka yang melakukan kerja kreatif yaitu menulis," jelasnya.

Laporan: Fanny J. Poyk