Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar di Kalangan Pelajar
Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar di Kalangan Pelajar
Oleh Fanny J. Poyk*
ruzka.republika.co.id--Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar di kalangan pelajar mulai mengalami kemunduran di dalam mempraktekkannya. Selain pengaruh logat daerah atau 'slang', menggunakan bahasa dengan logat Jakarta nampaknya memberikan nuansa yang berbeda dari pemikiran si pemakai, dia akan dianggap modern, top, milenial dan ke kota-kota-an.
Ketika Bahasa Indonesia diucapkan dengan bahasa slang yang jorok dan kotor, seperti memasukan kata persetubuhan di tiap percakapan yang notabene diucapkan oleh anak-anak sekolah dalam hal ini anak SMA, maka telinga para orang tua yang mendengar terasa sangat sakit dan malu sendiri.
Baca Juga: Musim Kemarau, Dinsos Depok Distribusikan 1.050 Dus Air Minum untuk Warga Terdampak Kekeringan
Baca Juga: Damkar Kota Depok Catat Selama Juli Hingga September Terjadi 97 Peristiwa Kebakaran
Perasaan miris bercampur prihatin menimbulkan tanya, apakah Bahasa Indonesia yang diajarkan sebegitu parahnya hingga di dalam bahasa pergaulan kata-kata orang yang bersenggama menjadi preposisi yang kian menegaskan bahwa ucapan kotor dan jorok itu menjadi bahasa sehari-hari tanpa rasa malu-malu lagi.
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa dari ucapan akan tersirat kualitas isi kepala dan intelektualitas seseorang.
Dan, ada semacam tanda permisif dari orang-orang di sekitar ketika mereka mendengar para anak sekolah yang 'nongkrong' di gang-gang sempit dekat sekolah mereka bercakap-cakap dengan teman-temannya memasukkan kata-kata sensitif seperti alat kelamin, persenggamaan, seksualitas, dan nama-nama binatang tanpa beban.
Baca Juga: Satpol PP Kota Depok Gelar Operasi Rokok Ilegal, Ribuan Rokok Disita
Baca Juga: Bansos Rp 46 Miliar Segera Dibagikan untuk Warga Kota Depok, Ini Syarat Penerima dan Jumlahnya
Kemana bahasa Indonesia yang baik dan benar yang mereka pelajari di sekolah sejak SD hingga SMA.
Memakai bahasa slang/logat daerah atau Jakarta di dalam percakapan se-hari-hari boleh-boleh saja.
Hanya secara tata-krama atau manners, sangat tak mengenakkan telinga apabila kata-kata jorok, kotor yang menyangkut hubungan libido manusia menjadi ungkapan tanpa beban yang diucapkan dengan ringan sambil tertawa terbahak-bahak.
Atribut penyerta akan mengikuti, yang sekarang marak berkaitan pembullyan di sekolah, ancaman pada guru, merokok dengan bebas untuk usia belum dewasa, dan tindak kriminal lainnya.
Cerminan dari hasil pembelajaran di sekolah, tidak hanya dilihat dari prestasi akademik mereka, namun bisa dilihat juga dengan attitude yang mereka tampilkan.
Sebab tak jarang, pendidikan agama dan budi pekerti (dulu pernah ada) yang dijejalkan dan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan itu sendiri, menjadi anomali berbanding terbalik setelah mereka berada jauh dari lingkungan sekolah.
Sepertinya harus ada spionase pendidikan yang mengamati polah dan tingkah laku para murid di luar jalur sekolah. Meski hal itu menjadi tanggungjawab orang tua, namun bila para ortu itu bekerja di luar rumah, mereka melepas pendidikan norma-norma kehidupan kepada alam.
Baca Juga: Tim Peneliti UI Olah Produk Teh dan Kopi Kesehatan Lacryma
Baca Juga: Persiapan MotoGp Mandalika 2023, Sejumlah Rider Pilih Berlibur di Bali
Dan, jangan heran apabila para siswa itu disuruh membuat sebuah karya tulis dengan bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar sesuai Ejaan Yang Disempurnakan, susunan subyek, predikat, obyek, keterangan, masih banyak yang salah.
Ke depannya, saat para siswa itu menjadi sarjana, lalu bersaing mencari dunia kerja yang semakin kompetitif, mereka akan tahu bahwa hidup dan kehidupan itu berat, hidup itu tidak hanya berada di ruang masa remaja yang dilakoni secara bebas berkata dengan ucapan kotor belaka sambil tertawa cekikikan tanpa beban.
*Penulis merupakan wartawan senior, penulis cerpen, penulis puisi dan novelis.