Merefleksikan Pertanyaan dalam Sulingjar: Membangun Sekolah Aman dan Nyaman
RUZKA REPUBLIKA -- Assesmen Nasional Berbasis Kompetensi (ANBK) merupakan upaya pemerintah untuk mengevaluasi mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu komponen penting dalam ANBK adalah Sulingjar atau Survei Lingkungan Belajar.
Sulingjar berisi kurang lebih 131 pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai lingkungan belajar di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan ini menggugah kesadaran kita tentang pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi orang tua, guru, dan semua stakeholder sekolah.
Namun, di balik pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada refleksi mendalam yang perlu kita lakukan mengenai praktik-praktik pendidikan yang masih berlangsung di sekolah.
Baca Juga: FK UI Ciptakan Inovasi Teknologi Mikrokapiler Digital untuk Deteksi Dini Stroke
Pentingnya Lingkungan Sekolah yang Aman
Adapun lingkungan sekolah yang aman dan nyaman adalah prasyarat untuk menciptakan proses belajar yang efektif.
Pertanyaan-pertanyaan dalam Sulingjar mendorong kita untuk mengevaluasi berbagai aspek, mulai dari kebijakan disiplin hingga perlakuan terhadap siswa.
Namun, dalam realitasnya, masih ada banyak isu yang perlu dicermati. Misalnya, apakah sekolah masih menerapkan hukuman fisik atau bentuk hukuman yang tidak relevan bagi siswa?
Baca Juga: Ini Capaian Program Unggulan Disnaker Depok, Dukung Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja
Hukuman Fisik dan Praktik Bully
Berita-berita yang sering kita dengar mengenai siswa yang meninggal akibat hukuman guru menunjukkan bahwa masih ada praktik-praktik yang tidak layak dalam dunia pendidikan.
Hukuman fisik, seperti pemukulan atau lari berulang kali, bukanlah solusi untuk mendisiplinkan siswa.
Selain itu, tindakan bully oleh guru yang merendahkan harga diri siswa, seperti mengatakan “bodoh”, menciptakan dampak negatif yang berkepanjangan terhadap mental dan perkembangan siswa.
Baca Juga: Capacity Building TPID Depok, Sinergi Jaga Inflasi
Penting bagi kita untuk mempertanyakan: Apakah sekolah kita sudah cukup memberikan perhatian terhadap kesehatan mental siswa? Apakah para guru dilatih untuk menangani masalah disiplin dengan pendekatan yang lebih konstruktif dan empatik?
Ketidakadilan Gender di Lingkungan Sekolah
Salah satu isu lain yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan dalam Sulingjar adalah ketidakadilan gender.
Beberapa studi menunjukkan bahwa ada perbedaan beban kerja antara guru lelaki dan perempuan, yang sering kali tidak seimbang.
Baca Juga: Program ASEAN Tour SMA IT Insan Mandiri Cibubur ke Singapura dan Malaysia
Hal ini bisa menimbulkan rasa ketidakadilan dan mempengaruhi iklim sekolah. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan sejauh mana kebijakan sekolah mengakomodasi kesetaraan gender dalam semua aspek.
Refleksi Pasca Sulingjar
Setelah mengisi Sulingjar, penting untuk tidak hanya melihatnya sebagai sekadar pengisian untuk meningkatkan rapor pendidikan sekolah.
Proses refleksi harus dilakukan, baik oleh pihak sekolah maupun stakeholder lainnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seharusnya menjadi bahan evaluasi mendalam untuk memperbaiki berbagai aspek dalam lingkungan sekolah.
Baca Juga: Kelurahan Jatijajar Depok Bersiap Jadi Kampung Wisata, Potensi Wisata Air dsn Religi
Sekolah perlu melakukan diskusi terbuka mengenai hasil Sulingjar. Menggali pendapat siswa, orang tua, dan guru tentang lingkungan belajar yang mereka alami bisa memberikan wawasan berharga. Dari sini, sekolah dapat merumuskan langkah-langkah perbaikan yang konkret.
Membangun Budaya Sekolah yang Positif
Budaya sekolah yang positif harus diciptakan melalui kebijakan yang jelas, pelatihan bagi guru, dan keterlibatan orang tua.
Sekolah harus berkomitmen untuk menghapuskan semua bentuk kekerasan, baik fisik maupun verbal. Selain itu, implementasi program-program yang mendukung kesejahteraan mental siswa, seperti konseling dan pelatihan keterampilan sosial, juga sangat penting.
Baca Juga: UI Luncurkan Inovasi Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut bagi Anak Tunarungu Melalui Kartu Ka GI Ni
Sulingjar bukan hanya sekadar survei; ini adalah alat untuk refleksi dan perubahan. Dengan mengevaluasi dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang ada, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman, nyaman, dan adil bagi semua pihak.
Marilah kita bersama-sama berkomitmen untuk mewujudkan sekolah yang tidak hanya mendidik, tetapi juga melindungi dan memberdayakan siswa. Mengubah cara kita melihat pendidikan adalah langkah pertama menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis : Epong Utami (Kepala SMP School Of Human dan Certified Trainer Of ROOTS)