Tak Pernah Ajukan Penawaran Ikut Lelang Beras Impor, Tanpa Fakta, Perum Bulog Jadi Korban Laporan ke KPK
RUZKA REPUBLIKA -- Polemik seputar laporan ke Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) terhadap Perum Bulog berlanjut.
Pakar hukum dan politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN), Shanti Dewi Mulyaraharjani menanggapi, bila laporan tersebut tidak berdasarkan bukti dan merupakan suatu kebohongan publik, maka proses hukum tidak dapat dilanjutkan.
"Apalagi, selama belum inkrah, maka harus dikedepankan asas praduga tak bersalah dan tidak boleh terjadi pembentukan opini yang dapat menyesatkan serta mempengaruhi publik," terangnya.
Baca Juga: PWI Jaya Sambut 2 Anggotanya yang Sukses Daki Gunung Kerinci
Terkait isu penggelembungan harga beras impor, Perum Bulog menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar sama sekali.
“Perusahaan Tan Long Vietnam yang diberitakan memberikan penawaran beras, sebenarnya tidak pernah mengajukan penawaran sejak bidding tahun 2024 dibuka. Jadi tidak memiliki keterikatan kontrak impor dengan kami pada tahun ini,” ujar Mokhamad Suyamto, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog dalam keterangan yang diterima, Sabtu (06/07/2024).
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso mengatakan, analogikan saja hari ini pasaran harga beras misalnya Rp 12 ribu/Kg. Yang tak pernah ikut proses lelang mendadak mengaku bisa menjual beras dengan harga Rp 5.000/Kg, tapi tak pernah berniat menjual dan mengirimkan barang tersebut sehingga membatalkan keikutsertaanya pada lelang terbuka.
"Jika saja tetap mengikuti lelang terbuka dan menawarkan harga tersebut tetapi gagal dalam menyerahkan barang, maka mereka pasti akan kami kenai denda berupa prosentase dari nilai kontrak," jelasnya.
"Sangatlah mudah untuk mengeklaim telah menawarkan harga murah, bila barangnya tidak nyata dan tidak pernah diserahkan," tambah Widiarso.
Akibat laporan yang berusaha membentuk opini buruk di masyarakat tanpa berbasis fakta maka tentunya hal ini telah membuat Perum Bulog menjadi korban serta akan merugikan reputasi perusahaan yang telah dibina, terutama ketika saat ini perusahaan sedang giat berbenah diri melalui transformasi di semua lini bisnis yang dilakukan.
Baca Juga: Mengurai Perbedaan Bantuan Pangan Nasional dan Bantuan Sosial Lainnya serta Peranan Perum Bulog
“Kami terus menjaga komitmen untuk tetap menjadi pemimpin rantai pasok pangan yang tepercaya sehingga bisa berkontribusi lebih bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan hal ini tentunya sesuai dengan ke-4 visi transformasi kami yaitu kepemimpinan, kepercayaan, pelayanan terbaik dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Sonya Mamoriska, Direktur Transformasi & Hubungan Antar Lembaga Perum Bulog.
Saat ini, Perum Bulog mendapatkan penugasan untuk mengimpor beras dari Kementerian Perdagangan, sebesar 3,6 juta ton pada tahun 2024. Pada periode Januari-Mei 2024, jumlah impor sudah mencapai 2,2 juta ton.
Impor dilakukan oleh Perum Bulog secara berkala dengan melihat neraca perberasan nasional dan mengutamakan penyerapan beras dan gabah dalam negeri.
Baca Juga: Cara Terbaik Tangani Kanker Nasofaring Melalui Identifikasi Ekspresi Gen pada Metastasis Tulang
Sampai akhir Juni, Perum Bulog telah menyerap 800 ribu ton beras dalam negeri dan optimis bisa menyerap 1 juta ton beras, melebihi dari target pemerintah. (***)