Bincang Buku Kecamuk Perang di Negeri Takzir
ruzka.republika.co.id--Bertempat di Lt 4 Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, pada 23 November 2023 kembali diadakan peluncuran buku dari manuskrip yang merupakan alih aksara sekaligus pelestarian naskah-naskah kuno yang pernah ada di rumah-rumah baca yang ada di daerah Pecenongan Jakarta Pusat.
Salah satu dari naskah kuno itu berjudul Kecamuk Perang di Negeri Takzir. Buku ini merupakan Alih Aksara Naskah Nusantara yang diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.
Para pembicara dalam peluncuran buku tersebut terdiri dari Sihar Ramses Simatupang, seniman, novelis, jurnalis dan dosen, Dr.Mamlahatun Buduroh, M.Hum, serta Jimmy S. Johansyah sebagai moderator.
Baca Juga: Wantannas Ajak Pers Awasi Pemilu 2024 Berlangsung Lancar dan Jurdil
Buku ini adalah naskah kuno yang terdata sebagai salah satu bentuk buku warisan budaya tentang peristiwa yang pernah terjadi di abad ke-19.
Naskah yang berada di wilayah Pecenongan Jakarta ini, pernah berjaya mendiami taman-taman baca yang tumbuh subur pada masa itu.
Taman baca untuk naskah-naskah kuno itu juga terdapat di Krukut, Kwitang, Pasiwaran, Kampung Jawa, Kampung Bali, Kampung Ancol, Kampung Pulo, Mangga Besar, Sawah Besar, Jembatan Lima, dan Gang Terunci.
Baca Juga: Cinta Ditolak, Wanita di Kota Depok Diteror Orderan Fiktif
Mengilas balik tentang taman-taman baca yang ada di masa itu, kita bisa melihat betapa budaya membaca kala itu terpelihara dengan baik.
Dan menjadi anomali yang sangat tragis untuk masa kini, di mana taman-taman baca tersebut sudah tidak ada lagi.
Dahulu taman baca di Pecenongan dikelola oleh keluarga Fadli, hal ini diungkap oleh Chambert-Loir & Kramadibrata.
Baca Juga: Wali Kota Depok Lantik Duta Sekolah dan Dokter Kecil SDIT Miftahul Ulum Cinere
Para penyalin manuskrip tersebut terdiri dari Muhamad bin Safian bin Usman Fadli dan Ahmad Beramka bin Safirin bin Usman bin Fadli.
Catatan peneliti menggambarkan taman baca di Pecenongan menghasilkan lebih dari 50 manuskrip.
Kisah yang paling menarik perhatian dari taman baca masa itu adalah serial hikayat tentang petualangan ajaib keturunan Sultan Taburat mulai dari anak hingga cicitnya.
Baca Juga: Tingkat Pengangguran di Kota Depok Turun Jadi 6,97 Persen
Hikayat ini selain menjadi hiburan juga ditulis sebagai tamsil dan ibarat, agar dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari untuk pembacanya.
Kesembilan manuskrip hikayat itu ditulis dalam aksara Arab-Melayu (Aksara Jawi) serta menggunakan bahasa Melayu dialek Betawi.
Kisah yang ditujukan untuk anak muda, pada masa itu diharapkan agar mereka suka mendengar cerita yang menarik dan memberi motivasi supaya mereka suka membaca.
Baca Juga: Pelaku Usaha Hingga Perhotelan di Kota Depok Diminta Serius Terapkan KTR
Dua nara sumber menyampaikan pendapat mereka dengan perspektif yang berbeda. Sihar Ramses Simatupang membahas dari segi sastra, sedang Dr. Buduroh, M. Hum dari sudut filologinya.
Diharapkan, buku yang merupakan naskah kuno ini akan menjadi kisah yang epic sekaligus warisan sejarah untuk dijaga dengan baik keberadaannya.
Sangat disayangkan apabila di era abad 19, daerah Pecenongan banyak terdapat rumah-rumah baca yang sekarang jejaknya sudah lenyap tanpa jejak.
Reporter: Fanny J Poyk