Pengmas FIB UI di Sumba Barat Revitalisasi Legenda ke Sastra Digital
RUZKA REPUBLIKA -- Bertempat di Waikabubak, NTT, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), menyelenggarakan kegiatan Pengmas bertajuk “Revitalisasi Budaya dalam Komik Legenda Sumba: Pasola".
Kegiatan ini berlangsung sejak Juli 2024 lalu hingga Desember 2024, oleh para pengajar dan mahasiswa yaitu Hendra Kaprisma, Diah Kartini Lasman, Suma Riella Rusdiarti, Sadina Aimee Prasetya, Joanna Abigail, Cut Zahara, Naura Nevitha dan Najwa Sihombing.
“Tahun ini, kami akan berfokus pada digitalisasi sastra lisan yang ada di NTT, dengan menggunakan satu kisah yang akan dijadikan model untuk didigitalisasi," jelas Ketua Tim Pengmas, Dr Hendra Kaprisma dalam keterangan yang diterima, Senin (19/08/2024).
Kisah yang diambil adalah kisah Lingu Lango, legenda seorang wanita bangsawan dari Lamboya, yang dikenal karena keberanian.
Juga mengenai kecerdasannya dalam melawan 36 perampok yang mengancam kampungnya.
Kisah Lingu Lango akan dikembangkan menjadi komik dwi bahasa, sehingga bisa lebih mudah untuk dinikmati dan dipahami, terutama bagi generasi muda.
“Kami bekerja sama dengan Rumah Seni Wanno, program kerja sama lanjutan dengan Dinas Pariwisata Sumba Barat untuk membuat Festival Budaya Sumba bertajuk, Legenda, Sastra, dan Revitalisasi," terang Dr Suma Riella Rusdiarti.
Baca Juga: KLB, Zulmansyah Terpilih Ketua Umum PWI, Hendry Tegaskan Ilegal dan Tetap Ketua Umum yang Sah
Festival ini akan mengadakan pameran kain tenun, pagelaran budaya Sumba, dan pameran kampung adat Sumba dalam bentuk digital.
Penggunaan teknologi digital diharapkan dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan memastikan warisan budaya ini tidak hilang termakan zaman.
“Festival ini adalah langkah nyata memberdayakan masyarakat Sumba Barat, dalam meningkatkan kualitas produk lokal, serta memperkenalkan kekayaan budaya Sumba ke kancah internasional. diangkatnya kisah Lingu Lango dapat membawa pesan isu kesetaraan gender mengenai ketangguhan perempuan dalam menghadapi budaya patriarki," ungkap Diah Kartini Lasman. (***)