UI Cegah Stunting dengan Tingkatkan Pengetahuan Orang Tua dan Kesadaran Masyarakat di Kelurahan Pegangsaan, Jakarta
RUZKA REPUBLIKA -- Pengetahuan orang tua dan kesadaran masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Untuk itu, berbagai kegiatan yang bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan stunting harus terus dilakukan.
Seperti yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKM) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), yaitu kegiatan bakti sosial berupa seminar, pelatihan, dan skrining kesehatan kepada warga Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat.
Kegiatan yang bertajuk “Cegah Stunting: Mencetak Generasi Emas Penerus Bangsa” tersebut berlangsung pada 31 Agustus dan 7 September 2024 di SDN 01 Pegangsaan.
Baca Juga: Strategic Policy Forum CSPS UI: ESG Sebagai Driver Pertumbuhan Bisnis Pegadaian
Kegiatan ini bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Puskesmas Menteng.
Ketua BEM IKM FKUI, Ilham Qurrota A’yun, mengatakan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan ini penting, karena selain untuk mencegah stunting yang masih menjadi permasalah kesehatan bangsa, materi yang diberikan kepada warga juga merupakan suatu upaya memperhatikan siklus awal kehidupan anak yang akan berpengaruh terhadap tujuan Indonesia Emas 2045.
“Generasi Emas yang digaungkan berpatok pada tahun-tahun awal kehidupan manusia, intervensi yang tepat pada tahun awal kehidupan akan memberikan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal untuk menciptakan bonus demografi yang berkualitas untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” kata Ilham dalam keterangan yang diterima, Jumat (20/09/2024).
Baca Juga: Pemkot Depok Komitmen Perbanyak RTH, untuk Warisan Generasi Muda
Ia menjelaskan, hari pertama kegiatan diisi dengan seminar tentang “Nutrisi Optimal untuk Si Kecil” yang menghadirkan Dokter Spesialis Anak dr Ronald Rompie, SpA sebagai pembicara.
Dalam paparannya, dr Ronald menjelaskan mengenai pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat sebagai strategi pencegahan stunting.
Ia memaparkan, jenis dan takaran yang tepat untuk dikonsumsi anak-anak sesuai usianya agar dapat tumbuh secara optimal.
Di hari yang sama, dilakukan juga pelatihan MPASI dengan narasumber Pakar Nutrisi Anak, Dr dr Klara Yuliarti, SpA(K).
Baca Juga: KPU Depok Tetap DPT Pilakda, Ada 1.427.674 Orang Pemilih
Ia menjelaskan bahwa masih terdapat beberapa orang tua yang menganggap bahwa makanan yang dikonsumsi anaknya sudah cukup, padahal belum. Ini tercermin dalam peningkatan berat dan tinggi badannya.
Oleh karena itu, dr. Klara menjelaskan lebih rinci mengenai resep mudah yang dapat dibuat di rumah sesuai dengan usia dan porsi ideal anak. Selain itu, dilakukan juga demonstrasi pembuatan salah satu resep MPASI nutrisi seimbang dengan metode yang tepat.
Pada hari kedua, dilakukan kegiatan pelatihan pemeriksaan antropometri atau pengukuran dimensi tubuh manusia, berupa pegukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, dan lingkar kepala.
Pelatihan ini diberikan kepada pada ibu dan kader setempat dengan harapan para ibu dan kader dapat mengetahui cara menginterpretasi dan mendeteksi stunting, berat badan yang kurang, tinggi tubuh yang kurang, hingga anak dengan obesitas.
Salah seorang narasumber dr. Maria Galuh Kamenyangan Sari, Sp.A, M.Kes, dalam paparannya, memberikan edukasi mengenai cara pengukuran antropometri anak yang tepat kepada para ibu kader yang aktif membantu dalam posyandu serta peserta lainnya yang hadir.
Dokter Maria juga mengajarkan mengenai cara membaca grafik pertumbuhan anak secara tepat untuk mendeteksi jika terdapat kelainan.
Baca Juga: CSPS UI: Program Makan Bergizi Gratis Bangkitkan Ekosistem Ekonomi Lokal
Lebih lanjut, kegiatan hari kedua ini dilanjutkan dengan skrining antropometri pada anak yang mencakup pemeriksaan berat badan, tinggi badan atau panjang badan, indeks massa tubuh, dan lingkar kepala.
Pelaksana Harian (Plh.) Dekan FKUI, Prof Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH., mengatakan, “Kegiatan pengmas atau bakti sosial ini tentu saja sangat baik bagi mahasiswa kedokteran. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat mengasah kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengetahui situasi terkini dari tantangan kesehatan yang sedang dihadapi oleh bangsa. Semoga kegiatan ini dapat mendatangkan banyak manfaat dan dampak baik bagi masyarakat,"
Sementara itu, Kepala Puskesmas Pembantu Pegangsaan, dr Yanda Nur Estuningputri yang hadir mewakili Kepala Puskesmas Menteng dalam sambutannya mengatakan bahwa di wilayah pegangsaan masih ada anak yang terindikasi mengalami stunting.
Baca Juga: Tantangan Terbesar Kampus di Indonesia adalah Bisa Berinovasi dan Bersaing Global
"Sampai Juli 2024, ada 16 anak yang terindikasi stunting. Empat di antaranya sudah dirujuk ke Rumah Sakit Tanah Abang, sementara dua lainnya masih dalam proses rujukan,” kata dr Yanda.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa diperlukan langkah-langkah, tidak hanya penanganan kasus, tetapi jauh sebelum itu harus diupayakan pencegahan terhadap stunting.
"Melalui kegiatan ini, diharapkan materi-materi yang disampaikan dari para narasumber yang ahli di bidangnya dapat menambah wawasan kita semua khususnya untuk orang tua balita agar ilmu yang didapat terkait gizi dapat diterapkan kepada anak-anaknya,” terang dr Yanda. (***)