Rayakan Hari Anak Nasional 2024 dengan Gerak Anak di Komunitas Bakul Budaya
RUZKA REPUBLIKA -- Sambut Hari Anak Nasional (HAN) ke-40, 23 Juli 2024, komunitas Bakul Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mengadakan kegiatan yang mengedepankan anak, dengan menempatkan anak sebagai subyek, bukan obyek.
Kegiatan peringati HAN ini dilangsungkan di pelataran Kampus FIB UI, Kota Depok, pada Sabtu, 20 Juli 2024.
Dengan mengangkat tema "Gerak Anak di Bakul Budaya,” Bakul Budaya bertujuan memberi kesempatan kepada anak untuk bergerak.
Lalu, berekspresi, mengenal permainan lokal/tradisional, dan menumbuhkan kecintaan anak terhadap kebudayaan nasional.
Baca Juga: Bisnis Beyond kWh Makin Melesat, PLN Icon Plus Catat Kenaikan Pendapatan 33%
"Menurut kami, anak sebagai aset kemajuan Bangsa Indonesia berhak untuk bergerak dalam konteks positif dan kreatif, bahkan di dalam alam pikiran dan perasaan, baik personal maupun sosial. Mereka berhak mengungkapkan dan mewujudkannya melalui ucapan, gerak raga, sikap, dan tindakan. Untuk itu, anak harus mendapatkan kesempatan, termasuk dalam kesejahteraan dan perlindungan," ujar Ketua Umum Komunitas Bakul Budaya FIB UI, Dewi Fajar Marhaeni.
Siapa yang disebut anak? Dalam UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, seseorang disebut anak sejak ia berada dalam kandungan hingga belum berusia 18 tahun dan belum menikah.
Tercatat lebih dari 75 anak berusia 4-17 tahun hadir dalam kegiatan "Gerak Anak di Bakul Budaya.” Mereka terlibat sebagai subyek dalam pementasan seni dan berbagai permainan tradisional.
Rasia Kayla Kalyani (16) dan Indonesiana Ayuningtyas (13) menjadi pembawa acara sejak pembukaan sampai acara selesai dengan ceria, ditemani oleh Iskandar Mathondang,, mantan anggota Lenong Bocah pada era 1990-an.
Rangkaian kegiatan ini,, sebagaimana kegiatan lain di Bakul Budaya, dibuka dengan berdoa dan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, ciptaan W.R. Soepratman, versi tiga stanza.
Setelah itu, semua yang hadir menarikan Tari Kaluhuran Nuswantara. Lagu tari dari Omah Cangkem Yogyakarta, itu dicipta oleh Pardiman Djoyonegoro dan koreografinya merupakan karya dari Anter Admorotedjo. Tari tersebut juga biasa dibawakan oleh Bakul Budaya di berbagai kesempatan.
Baca Juga: ASN di Pemkot Depok yang Terima Gratifikasi akan Dilaporkan ke GOL KPK
Liirik lagu untuk gerak tari mirip gerakan para tokoh punakawan yang jenaka itu mengandung pesan mencintai Indonesia nan kaya akan keindahan alam dan keragaman suku, agama, dan budaya,, namun tetap satu nusa dan satu bangsa. Hal itu tergambar dan diperkuat dengan aneka pakaian berwarna cerah yang dipadu dengan balutan kain batik juga tenun dari semua peserta.
Tampil Yuk!
Acara berlanjut pada pementasan seni dan dibuka dengan penampilan Tari Pendet oleh Ganis dan teman-temannya. Tari tradisional Bali tersebut memang biasa jadi tari penyambut tamu dan pembuka acara.
Di hadapan puluhan anak, orangtua, dan anggota Bakul Budaya, sejumlah anak lagi, secara perorangan maupun berkelompok, menyuguhkan berbagai tarian daerah Nusantara. Ada Cinde dkk yang membawakan Tari Ragam Dasar dari Betawi,, Nesia membawakan Tarian Sunda Bajidor Kahot, Tari Kembang Botoh dari Betawi, Tari Ngaronjeng dari Betawi karya seniman tari Wiwiek Widyastuti, dan Tari Wonderland Indonesia, yang medley lagunya diciptakan oleh Affly Rev.
Baca Juga: Warga Bisa Gunakan Aplikasi MitraDarat untuk Cek Posisi BISKITA Trans Depok
Selain deretan tari tersebut, ada juga dongeng yang dibawakan oleh gadis kecil bernama Namiyah Salsabillah Fajrin (9) dari Depok.
Dongeng berjudul "Mola, Kelinci Putih bermata coklat" yang merupakan karya Muhammad Rifa'i, ayah Nawiyah, bercerita tentang seekor kelinci yang mampu menghadapi perundungan hanya karena mempunyai warna bulu yang berbeda.
Kisah ini sangat menginspirasi anak-anak agar berani bersuara dan terbebas dari perundungan.
Acara kemudian dilanjutkan dengan peragaan wastra Nusantara oleh 10 anak dari komunitas Garasi Belajar, Bekasi.
Baca Juga: MAC UI Ajak Warga Menjadi Agen Pemajuan Seni dan Budaya Nusantara
Aksi ini diiringi lagu "Gembira Berkumpul" karya A.T. Mahmud. Ekspresi dan keberanian untuk tampil di muka umum tergambar dari anak-anak yang sudah datang jauh-jauh dari Bekasi.
Bagian pementasan seni ditutup dengan lantunan lagu “Indonesia Pusaka” karya Ismail Marzuki dan “Laskar Pelangi” karya Giring Ganesh yang dibawakan oleh Kayla dan Nesia. Akhirnya, mereka mengajak semua yang hadir mendendangkan Iagu "Terhebat".
Pada bagian permainan lokal yang pernah digandrungi anak-anak tempo dulu, semua anak yang hadir boleh ikut dengan bimbingan dari sejumlah personel Bakul.Budaya. Setiap anak juga boleh memilih permainan yang diikutinya, sesuai usia dan minatnya.
Baca Juga: UI Tanggapi Beredarnya Informasi Kebocoran Data
Wak Wak Gung membuka bagian permainan lokal. Wak Wak Gung, yang diperagakan oleh Namiyah dan sembilan temannya, mirip Ular Naga.
Cuma lagunya yang berbeda. Wak Wak Gung disambung dengan Ular Naga dengan melibatkan siapa pun.
Selanjutnya, ada Gobak Sodor, yang juga dikenal dengan Galah Asin atau Galasin; Engklek; Lompat Karet; dan Pancasila 5 Dasar.
Baca Juga: Dinkes Depok Lakukan Pendampingan Penerapan KTR di 13 Lokus
Gobak Sodor dan Pancasila 5 Dasar adalah permainan yang dilombakan dan berhadiah. Permainan-permainan itu, selain mengasah kemampuan fisik, juga mengasah daya pikir anak.
Seru dan menyenangkan. Kegembiraan terpancar saat para pemenang dihadiahi buku-buku cerita rakyat Nusantara.
Semua permainan tersebut memiliki nilai dan fungsi yang positif bagi anak-anak. Contohnya: Gobak Sodor dari Betawi mengajarkan semangat kerjasama serta perjuangan menembus rintangan untuk mencapai tujuan.
Baca Juga: Lintasarta Komit Kembangan Talenta Digital Nasional
Sebagai komunitas dengan misi merawat Bumi, di samping melestarikan budaya dan merajut kebhinnekaan, Komunitas Bakul Budaya juga meminta semua yang hadir membawa tumbler untuk wadah isi ulang air minum. Tumbler, wadah makan, dan tas dari kain perca sisa produksi pakaian pun menjadi tandamata yang mereka bawa pulang.
"Komunitas Bakul Budaya kan punya misi 'Melestarikan Budaya, Merawat Bumi, dan Merajut Kebhinnekaan'. Sebagai bagian dari misi merawat Bumi, kami secara berkelanjutan melakukan aksi 'Ramah dari Rumah'. Salah satunya dengan mengurangi timbulan sampah dari kemasan sekali pakai. Dan di Hari Anak Nasional ini, kami mengajak anak-anak untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidup. Dimulai dengan rajin menggunakan tumbler dan wadah makan sendiri," jelas Dewi Fajar Marhaeni. (***)