Islam, Pancasila, dan Kehidupan Bernegara
Islam, Pancasila, dan Kehidupan Bernegara
Oleh: Amsori*
ruzka.repubkika.co.id--Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia, dengan lebih dari 200 juta umat Islam atau sekitar 80% dari jumlah seluruh penduduk. Hal ini tentunya membuat nilai-nilai Islam tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Terlepas dari status Islam sebagai agama mayoritas, Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi negara yang mengayomi kebhinnekaan masyarakat Indonesia dalam hal suku, agama, ras, dan etnis.
Dalam memahami persamaan nilai-nilai Islam dan Pancasila penting dipahami guna menumbuhkan rasa cinta, baik Agama Islam sebagai Rahmatan lil 'alamin maupun Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara.
Baca Juga: Kabinet Angrahatana Serahkan Tanda Cinta untuk IAILM Ponpes Suryalaya
Pancasila adalah perwujudan dari darul ahdi wa syahadah (Negara Konsensus dan Kesaksian) atau mu’ahadah wathaniyah (Kesepakatan Kebangsaan). Artinya Pancasila dirancang sebagai ideologi pemersatu sehingga substansinya harus mampu mengakomodasi seluruh rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras etnis, dan lain-lain.
Hal ini bukan berarti menyejajarkan Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi atau antara ayat suci dan ayat konstitusi.
Di titik inilah mengapa para ulama perlu menjelaskan hubungan Islam dengan Pancasila agar tidak dipahami secara simbolik, tetapi substantif bahwa Pancasila merupakan wujud dari nilai-nilai Islam. Karena di dalamnya terkandung tauhid, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial.
Baca Juga: Puisi Doa untuk Kesembuhan Penyair Joko Pinurbo
Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi semesta alam, Islam sangat relevan dan fleksibel dalam segala bidang kehidupan. Islam mengatur pemeluknya dalam segala hal, baik itu kehidupan individu maupun sosial kemasyarakatan (habblum minallah wa habblum minannas).
Nilai filosofis Pancasila yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai ajaran Islam hendaknya memperkuat posisi kita sebagai negara Indonesia yang beragama.
Beragama yang berkeadaban dalam keragaman dengan menghormati semua pemeluk agama yang ada, sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa (Ir. Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo) di sidang BPUPKI dan PPKI.
Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh dalam perumusan dasar negara KH. Abdul Wahid Hasyim, KH. Kahar Muzakir, Ki Hajar Dewantara, Sutan Hamid Alkadrie, M. Natsir, Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo, dan lain-lain.
Baca Juga: Histeria, HUT ke 47 SMAN 1 Kota Depok Tampilkan Andra and The Backbone
Nilai-nilai Islam apakah yang terkandung dalam Pancasila, antara lain:
Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam Alquran ada kalimat yang disebut dengan kalimatun sawa (titik temu), menunjukkan sebuah kedewasaan umat Islam dalam rangka membangun kebersamaan, mengingat Indonesia adalah bangsa yang majemuk, berbeda agama dan dipersatukan dengan Pancasila.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Ajaran Islam sangat menjunjung tinggi keadilan dan kemanusiaan. Saling menghargai, menghormati orang tua, mengajarkan adab, dan kesopanan. Teladan Nabi Muhammad SAW menjadi role model dalam berkehidupan sosial.
"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan". (Al-Maidah:8)
Baca Juga: Brasil Tumbangkan Ekuador, Ini Reaksi Pelatih Samba Muda
Sila Persatuan Indonesia.
Ajaran Islam juga mengajarkan persatuan, adanya ukhuwah Islamiyah (saudara seiman), ukhwah watoniyah (saudara sebangsa), ukhwah basariah/insaniyah (saudara dalam kemanusiaan) yang dilandasi dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, "Allah telah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling kenal mengenal".
Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Ajaran Islam dalam Surat Asy- Syura, memberikan panduan bagi umat Islam tentang bagaimana mereka harus berinteraksi dengan orang lain dan mengambil keputusan, dan mengajarkan umat Islam untuk menjalankan musyawarah sebagai bagian dari kehidupan mereka, baik dalam masalah keagamaan maupun sosial.
Baca Juga: Kantor Kemenag Kota Depok Pastikan 2 Madrasah Negeri akan Dibangun pada 2025
Sila kelima Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Konsep keadilan sangat di Sila kelima Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Konsep keadilan sangat dijunjung tinggi. Banyak ayat maupun hadits yang menyerukan agar saling berbuat baik kepada orang lain.
Wata'awanu alal birri wattaqwa wala taawanu alalismi wal udwan, tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan (Al Maidah: 2).
Oleh karena itu, nilai nilai Pancasila dapat diilhami dan implementasikan, tidak hanya menjadi jargon belaka. Hari Lahir Pancasila ini dapat menjadi momentum untuk mengingat perjuangan leluhur bangsa untuk mempersatukan Indonesia.
Baca Juga: Siswa SMAIT Insan Mandiri Cibubur Ikuti di PERANSAKA 2023
Setiap 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Namun saat ini, Pancasila sebagai dasar negara sedang menghadapi ancaman dari kelompok yang ingin menggantinya dengan ideologi lain. Karena itu warga masyarakat diajak memperkuat persatuan bangsa.
Upaya mengganti Pancasila dapat dilihat dari pemahaman generasi muda masa kini (generasi milenial dan Generasi Z), yang menganggap Pancasila sudah tidak relevan dan perlu diganti dengan ideologi atau dasar negara yang lain.
Meski pendidikan formal penting (Penataran P4), tapi pendidikan di dalam keluarga jauh lebih penting. Karena, orang tua adalah guru pertama yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan Pancasila kepada anak-anak sejak usia dini.
Baca Juga: Dinas PUPR Kota Depok Lakukan Penataan Sempadan Irigasi Kali Cabang Tengah
PR kita hari ini adalah bagaimana peran penting tokoh agama dan tokoh masyarakat harus dimainkan untuk membumikan Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa dalam mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang merefleksikan sila ketiga dan menjadi kunci penting menjaga kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan jargon singkat Hubbul Wathan Minal Iman yang berarti nasionalisme bagian dari iman.
Jika ajaran Islam dan ideologi Pancasila itu dihayati dan dilakukan dalam keseharian kita sebagai pribadi dan juga ke dalam hidup berbangsa dan bernegara, rasanya ideologi lain yang akan berusaha masuk ke negara Indonesia, juga akan mengalami kesulitan atau hambatan.
Baca Juga: DLHK Kota Depok Imbau Warga Antisipasi Bencana Alam di Musim Penghujan
Semoga di tahun 2024 setelah terpilih Presiden dan Wakil Presiden, Indonesia menjadi negeri yang dicita-citakan:
1. Baldatun Toyibatun warabbun Ghofur (sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya).
2. Gemah Ripah Loh Jinawi bermakna kondisi masyarakat dan wilayah yang subur makmur.
3. Toto Tentrem Kerto Raharjo menggambarkan keadaan suatu wilayah yang tertib, tentram, sejahtera, serta berkecukupan segala sesuatunya. (***)
Penulis : Dosen dan Pemerhati Hukum dan Politik