Drama Komunikasi Politik Sang Kandidat Jakarta
RUZKA REPUBLIKA -- Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan sejumlah partai politik lainnya (PKS, Nasdem, dan PKB) telah resmi mendeklarasikan dukungannya terhadap Ridwan Kamil-Suswono dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta mendatang.
Deklarasi KIM Plus tersebut dilakukan secara terbuka dan penuh kemeriahan pada 19 Agustus 2024, di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta.
Sementara itu jalan keras Keputusan MK pada 20 Agustus 2024 melalui putusan MK 60/PUU-XXII/2024 menuai harapan baru partai politik ataupun gabungan partai politik yang besaran suara sahnya mencapai 10 persen, 8,5 persen, 7,5 persen dan 6,5 persen, sesuai dengan besaran DPT di daerah terkait.
Baca Juga: Paslon Wali Kota-Wakil Wali Kota Depok Imam-Ririn Targetkan raih 80 Persen Suara dalam Pilkada 2024
Salahsatu kandidat kuat, Anies Baswedan pun mulai membangun komunikasi politik dengan partai politik (parpol) peminat. PDIP dan Partai Buruh menjadi beberapa diantaranya yang semangat merajut harapan baru tersebut dengan menyusun Kembali nama-nama kandidat yang dapat bersaing.
Uniknya, PDI-P yang awalnya dikabarkan bakal mengumumkan kandidat Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jakarta siang hari (26 Agustus 2024), ternyata batal mengumumkannya.
Alih-alih mendeklarasikan Anies Baswedan untuk berpasangan dengan kadernya, Rano “Si Doel” Karno, PDIP justru meminta publik bersabar sambil memunculkan beberapa nama baru dari kadernya.
Baca Juga: Komunitas Bakul Budaya, Diskusi Tenun di Selasa Pagi
Drama kontestasi politik bukan saja menarik di level nasional seperti pemilihan presiden beberapa waktu yang lalu. Di level kepala daerah, keriuhannya tak kurang mendapatkan perhatian publik. Setiap kubu punya strategi komunikasi politiknya masing-masing dalam mengusung kandidatnya.
Terlepas dari kabar deklarasi kandidat parpol-parpol tersebut dalam mengusung kandidatnya, terlihat menarik memperhatikan strategi komunikasi politik yang dibangun pihak-pihak tersebut.
Ada yang sejak awal cukup percaya diri membangun komunikasi politiknya secara terbuka, ada pula yang cenderung hati-hati dalam "memainkan” opini publik secara lebih panjang.
Baca Juga: Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Ganti ke Laptop Acer, Harga terjangkau dan Performa Terdepan
Ibarat bermain papan catur, pihak yang sejak awal bermain terbuka membuka permainannya dengan gerakan yang kuat dan jelas, memindahkan bidak ke tengah papan. Mereka seakan sedang menunjukkan kepada lawan tentang kesiapannya bermain sejak awal.
Mengumumkan kandidat lebih awal seperti membuka permainan dengan langkah-langkah penuh keyakinan, seperti membuka permainan catur dengan langkah-langkah pembukaan yang kuat dan terencana, seperti “Pembukaan Ruy Lopez” atau “Pembukaan Italia”.
Dalam strategi ini, pemain catur (partai) menunjukkan niat dan rencana mereka sejak awal permainan, misalnya dengan mengembangkan kuda dan gajah, serta menguasai pusat papan. Tujuannya adalah membangun posisi yang solid, memperkuat kontrol, dan mempersiapkan serangan di tahap tengah permainan.
Baca Juga: Menparekraf Sandiaga Uno Dukung Pariwisata Ramah Muslim di Bali
Di pihak lain, bersikap sabar dengan menyembunyikan kandidat hingga saat terakhir seperti layaknya memainkan bidak catur dengan menyimpan manuver yang sebenarnya. Mereka lebih memilih bergerak dengan langkah-langkah kecil yang tidak langsung menunjukkan rencananya.
Sepintas pergerakan terlihat defensif, namun sesungguhnya selalu ada gerakan kejutan yang berpotensi menarik dalam permainan. Seperti pergerakan Gambit Raja yang tampak lemah di awal, namun bertujuan menarik lawan ke dalam posisi yang kurang menguntungkan.
Di satu sisi terlihat seperti bertahan atau bergerak tanpa arah yang jelas, namun sesungguhnya momentum lah yang sedang ditunggu untuk “menyerang” secara tiba-tiba.
Baca Juga: Hotel Santika Depok Gelar Donor Darah, Targetkan 75 Kantong Darah
Seperti kata Carl von Clausewitz, Jenderal Prusia dan teoritikus militer yang terkenal lewat karyanya, “On War”, "War is the realm of uncertainty; three quarters of the factors on which action is based are wrapped in a fog of greater or lesser uncertainty".
Politik, seperti perang, penuh dengan ketidakpastian. Dengan menyembunyikan kandidat, partai memanfaatkan "kabut ketidakpastian" untuk membuat pesaing tidak siap dan tidak mampu merespons secara efektif.
Deklarasi kandidat pemimpin memang selalu menarik dan penuh drama. Dalam teori dramaturgi yang dikembangkan oleh Erving Goffman lewat bukunya berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life" yang diterbitkan pada tahun 1956, teori ini memandang kehidupan sosial sebagai panggung teater di mana individu memainkan peran tertentu.
Baca Juga: Transformasi Privasi Data: ForU.AI Perkenalkan Teknologi Terintegrasi Blockchain dan AI
Dalam konteks ini, individu berusaha mengontrol kesan yang mereka ciptakan di hadapan orang lain. Relevansi dengan deklarasi kandidat kepala daerah, peristiwa tersebut dipandang sebagai sebuah "pertunjukan" di mana calon memainkan peran tertentu untuk menciptakan kesan tertentu di hadapan pemilih. Semua elemen, mulai dari bahasa tubuh hingga cara berbicara, dipilih untuk menciptakan kesan yang diinginkan.
Layaknya sebuah drama, publik akan melihat secara langsung penampilan parpol dan kandidatnya selama berinteraksi di depan publik, mulai dari cara berbicara, cara berpakaian, cara bertindak. Bahkan flashback cerita masa lalu juga dapat menjadi bumbu pertunjukkan yang menarik untuk disimak publik.
Dimanapun Lokasi yang dikunjungi kandidat akan menjadi panggung strategis yang mendapat penilaian langsung dari publik dalam usahanya mengembangkan citra. Begitu pula dengan panggung di belakangnya yang lebih casual menghadirkan kehidupan pribadinya secara alami dan jujur dalam kesehariannya.
Baca Juga: Pemerintah akan Terapkan Truk Bersertifikasi Halal, Pengusaha Belum Siap
Dan jangan lupa, dalam setiap pertunjukkan drama terdapat elemen fisik dari tempat di mana penampilan berlangsung (setting). Elemen tersebut mempengaruhi konteks dari penampilan sang kandidat sehingga penting sekali untuk memahami bagaimana individu harus bertindak di panggung depan. Sang kandidat harus pandai mengambil peran merujuk pada serangkaian perilaku yang diharapkan publik.
Kesan yang dikelola adalah upaya individu untuk mengontrol bagaimana mereka dipersepsikan oleh publik. Ini melibatkan tentang memilih perilaku, kata-kata, dan tindakan yang sesuai untuk menciptakan citra yang diinginkan.
Dalam sebuah kontestasi politik, tim kampanye juga harus mampu bekerja sama menampilkan citra yang solid dan meyakinkan dari calon yang mereka dukung kepada potensi pemilih.
Layaknya teori dramaturgi dalam kontestasi politik saat ini, seorang kandidat kepala daerah akan sangat berhati-hati dalam menampilkan diri di hadapan publik, memilih kata-kata, bahasa tubuh, dan bahkan pakaian yang mencerminkan citra yang ingin mereka bangun.
Mereka juga akan memanfaatkan "panggung belakang" untuk merencanakan strategi dan menyiapkan diri sebelum tampil di depan umum.
Dari perspektif teori komunikasi politik, strategi menyembunyikan kandida merupakan taktik yang dirancang untuk mengontrol informasi, membingkai persepsi publik, dan memanipulasi respons emosional dan kognitif pemilih.
Baca Juga: Bunda Forum Anak Kota Depok Soroti Gaya Hidup Gen Z, Anak Cerdas Harus Sehat
Jika berhasil, strategi ini dapat menempatkan partai dan kandidat dalam posisi yang menguntungkan, dengan dampak signifikan pada opini publik dan dinamika persaingan politik.
Strategi komunikasi politik yang melibatkan penyembunyian kandidat hingga saat-saat terakhir pendaftaran memiliki kelebihan dan kekurangan yang signifikan.
Dari sisi kelebihannya strategi tersebut dapat mengontrol narasi yang muncul di media dengan mengatur momentum pengumuman kandidat, sehingga memanfaatkan waktu yang paling tepat untuk mendapatkan perhatian maksimal.
Selain itu, meningkatkan efek kejutan di momentum yang tepat dapat meningkatkan eksposur bagi partai dan kandidat bila pilihannya dinilai publik cukup strategis.
Sementara itu, strategi terbuka sejak awal menunjukkan motif komunikasinya dalam membiarkan publik serta lawan mengetahui siapa yang akan diusung. Pengkondisian seperti ini tentu membuat kubu kandidat yang lebih terbuka memiliki waktu lebih panjang dalam membangun dukungan dan memperkuat posisi kandidat di mata publik.
Strategi komunikasi terbuka membiarkan publik mengenal lebih jauh kandidat pasangan yang diusung. Kubu yang terbuka cenderung akan mendorong kandidat untuk fokus memperkuat posisi kandidat sejak awal secara konsisten.
Baca Juga: Hasil Penelitian ITB, Aman Kemasan Galon Air Minum Berbahan Polikarbonat di Provinsi Jabar
Mereka akan mencoba membuat lawan bereaksi terhadap gerakan yang sudah direncanakannya. Jika rencana berjalan lancar, ini memberikan dominasi atas lawan dan memastikan kontrol jangka panjang atas permainan.
Kedua strategi ini bisa efektif tergantung pada situasi dan eksekusinya. Dalam catur maupun politik, yang penting adalah bagaimana Anda memanfaatkan kekuatan Anda dan merespons gerakan lawan dengan bijak.
Strategi Terbuka, menunjukkan konsep kepercayaan diri yang kuat dan terencana. Partai yang mengumumkan kandidat lebih awal menempatkan dirinya dalam posisi yang kokoh dan berusaha mengendalikan jalannya permainan politik dari awal. Ini memberikan stabilitas dan kejelasan, tetapi juga tentunya mereka memiliki senjata-senjata rahasia yang tak mudah ditebak kandidat pesaing.
Baca Juga: Bikin Layangan Penghasil Listrik, Mahasiswa UPER Sabet Penghargaan
Strategi Tertutup mencerminkan pendekatan di mana partai menyembunyikan kandidat, dan hanya akan mengungkapkan langkahnya ketika situasi sudah siap. Strategi Ini bisa memberikan efek kejutan, namun tentunya memiliki risiko ketika langkah tersebut terbaca atau tidak berhasil.
Dalam catur dan politik, strategi terbaik tergantung pada kemampuan pemain (atau partai) untuk membaca lawan, memanfaatkan momen yang tepat, dan menyesuaikan langkah mereka berdasarkan dinamika permainan. Keduanya membutuhkan keseimbangan antara perencanaan matang dan fleksibilitas dalam eksekusi.
Tidak ada strategi yang secara inheren lebih baik daripada yang lain. Semua bergantung pada konteks spesifik dan eksekusi. Strategi terbuka bisa lebih efektif dalam membangun dukungan yang konsisten dan kuat dari waktu ke waktu, sedangkan strategi tertutup bisa memberikan keunggulan dalam mengejutkan lawan dan mengontrol narasi politik pada momen kritis.
Baca Juga: Depok Canangkan Desa Cantik Tingkatkan Literasi Statistik
Partai harus mempertimbangkan situasi politik, kekuatan kandidat, dan dinamika pemilih sebelum memutuskan strategi mana yang akan digunakan. Selamat menentukan yang terbaik untuk Jakarta. (***)
Penulis Oleh: Nugroho Agung Prasetyo, S.Sos, MSi (Praktisi Komunikasi ISKI Pusat)