Novel Memoar Menyisir Luka Hati Karya Jeeta dan Risty, Kisah KDRT Dalam Kemasan Psikopat
RUZKA REPUBLIKA -- Novel yang berjudul Menyisir Luka Hati dengan plot twists alur mundur dan maju yang ditulis oleh Jeeta dan Risty serta disunting oleh novelis Pipiet Senja.
Novel ini menggambarkan kisah yang berjalan dengan pembukaan pengenalan penulis lalu berlanjut ke kisah kehidupan keluarga.
Kemudian, perjodohan hingga pernikahan sang putri dengan sosok pria yang pada awalnya terlihat santun juga agamais namun pada akhirnya berujung ke sebuah peristiwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang mencengkam sekaligus menyeramkan.
Novel yang dibedah oleh Fanny J Poyk dengan penekanan dari sisi psikologis pada 14 September 2024 lalu di Dinas Kearsipan Lantai 1 Aula Perpustakaan Umum Kota Depok, berbicara banyak tentang perilaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang lebih menjurus ke gejala psikopat dengan analisa secara kejiwaan pada karakter pribadi pecah.
Baca Juga: Raimuna Daerah Jawa Barat XIV 2024, 5 Siswa SMAIT Insan Mandiri Cibubur Wakili Kota Bekasi
Acara bedah buku dibuka oleh Utang Wardaya, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan. Dalam sambutannya Kadis menekankan pentingnya budaya membaca karya sastra atau literasi secara simultan kepada generasi millennial/masa kini.
Alur cerita dan penokohan pada novel dibuka dengan sudut pandang aku, namun penyusunan di dalam penokohan itu secara berkesinambungan terlihat membingungkan antara ‘aku’ sebagai ibu atau ‘aku’ sebagai anak. Secara keseluruhan kisah menarik untuk dibaca dan narasi ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana, mudah dipahami dengan pendekatan bergaya pop kekinian.
Plot cerita melalui pendekatan sisi psikologis yang diduga si tokoh utama yaitu sang suami menderita penyakit mental atau psikopat pada bab-bab terakhir, menjadi plot yang menuntun pembaca untuk mengikuti kisahnya hingga akhir.
Baca Juga: Selain Tingkatkan Kesehatan, Kendaraan Listrik Berperan dalam Efisiensi Sektor Medis
Psikopat sendiri menggambarkan seseorang yang memiliki mental disorder dengan perilaku sangat manipulatif, tidak berperasaan dan memiliki pribadi pecah yang rusak secara moral.
Sisi psikopat digambarkan secara gamblang di dalam novel dengan penjelasan bercampur fiksi bahwa penyakit itu merupakan gangguan kepribadian antisosial atau Antisocial Personality Disorder (ASPD).
Para komorbit psikopat tidak mengenal rasa takut, tidak memiliki empati serta tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Di dalam kehidupan berumahtangga, memiliki suami yang psikopat, bisa berakibat pada kematian. Para psikopat pandai bermain drama, mereka biasanya cerdas, berpendidikan tinggi, pandai bermain drama dan bermuka dua.
Psikopat cenderung lebih baik dalam merencakan kejahatan daripada sosiopat karena para pendrita psikopat tidak mengenal rasa takut, tidak memiliki empati, serta tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sedangkan sosiopat cenderung masih memiliki sisi baik, hanya saja mereka seringkali mengabaikan hal-hal itu.
Baca Juga: KIT Global Gencarkan Solusi Marketing Berbasis AI dan Data, Percepat Pertumbuhan Bisnis
Banyak yang mengatakan bahwa psikopat merupakan bentuk yang lebih parah dari sosiopat. Akan tetapi hal itu tidak sepenuhnya benar.
Baik psikopat dan sosiopat adalah istilah atau cara lain untuk menggambarkan ASPD dan perilaku keduanya termasuk dalam gejala pada kategori ASPD.
Dr Prakash Masand, seorang psikiater dan pendiri Centers of Psychiatric Excellence, menyebutkan bahwa kebanyakan orang menganggap ASPD adalah kondisi seseorang yang pendiam dan penyendiri.
Baca Juga: Wali Kota Depok Isi Kajian Kitab Usai Subuh Berjamaah, Bedah Kitab Tenang Asal Muasal Maulid Nabi
Akan tetapi, ASPD sebenarnya adalah seseorang yang memiliki sisi bertentangan dengan masyarakat, aturan, dan perilaku umum lainnya.
Tanda-tanda seorang psikopat dapat muncul dari masa kanak-kanak dan tumbuh memburuk dari masa ke masa.
Gangguan tersebut seringkali berasal dari masalah yang berkaitan dengan keluarga, genetik, perampasan emosional, penolakan orang tua, dan kurangnya kasih sayang yang dianggap meningkatkan risiko seorang anak menjadi psikopat.
Baca Juga: Aktor Adipati Dolken dan Tanta Ginting Raih Gelar Juara di Celebrity Pro AM Golf 2024
Terdapat beberapa tanda-tanda yang merujuk pada ASPD menurut Masand, yakni sebagai berikut:
• Perilaku yang tidak bertanggungjawab secara sosial
• Mengabaikan atau melanggar hak orang lain
• Ketidakmampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah
• Kesulitan menunjukkan penyesalan atau empati
• Cenderung sering berbohong
• Memanipulasi dan menyakiti orang lain
• Berulang-ulang bermasalah dengan hukum
• Mengabaikan keselamatan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Perilaku lain yang juga merujuk pada ASPD adalah kecenderungan untuk mengambil risiko, berperilaku sembrono, sering berbohong, tidak memiliki empati, tidak mudah tertarik pada sesuatu, agresif, bahkan terkadang menjadi sangat marah.
Selain itu, orang dengan ASPD tidak peduli jika mereka telah menyakiti orang lain, impulsif dan kasar, dan tidak memiliki penyesalan. Dalam kasus ini kasar tidak selalu berarti kekerasan.
Selain berbagai perilaku di atas, Masand juga mengatakan ciri-ciri lainnya terkait dengan ASPD berikut ini:
• Lebih banyak pria daripada wanita yang memiliki diagnosis ini.
• Seseorang harus berusia 18 tahun untuk menerima diagnosis ini. Tetapi beberapa orang akan menunjukkan tanda-tanda gangguan perilaku, yang mungkin merupakan indikator awal ASPD, sejak usia 11 tahun.
• Keadaan ini adalah kondisi kronis yang tampaknya membaik seiring bertambahnya usia.
• Tingkat kematian lebih tinggi.
Baca Juga: Efektif dan Ramah Lingkungan, Manfaat E-Labelling pada Produk Farmasi serta Kesehatan
Novel Menyisir Luka Hati, pada akhirnya membuka cakrawala perempuan bahwa di dalam memilih pasangan tidak bisa hanya melihat dari pendidikan, dia ahli agama atau berkata santun dan tampak baik hati atau istilah sekarang ‘bucin’ (budak cinta).
Harus ada penelitian secara sistematik tentang calon pasangan tersebut. Terlebih lagi apabila menikah dengan cara dijodohkan, sebab tak jarang orang yang kita duga baik, ternyata dia sosok yang impulsif, yang mampu melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibatnya.
Maka waspadalah di dalam memilih pasangan, agar jangan sampai dia ternyata seorang psikopat yang suka melakukan KDRT atau mengabuse, pasangannya. (***)
Penulis : Fanny J Poyk