Krisis Guru Agama Islam di Depok, Sejumlah SD Gandeng Jebolan Pesantren
ruzka.republika.co.id—Saat ini dikabarkan bahwa Kota Depok sedang krisis guru agama Islam. Kementerian Agama (Kemenag) Kota Depok sendiri telah memberikan informasi bahwa kekurangan in terjadi pada tingkatan Sekolah Dasar Negeri (SDN).
Menurut Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Agama Islam (Pakis) Kemenag Kota Depok, Fauzan, karena jumlah guru yang mengajar Pendidikan agama Islam tidak sebanding dengan jumlah SD di beberapa wilayah, maka terjadilah ketidakseimbangan jasa pengajar.
"Jumlah guru Pendidikan agama Islam yang ada tidak sebanding dengan jumlah SDN di Kota Depok yang mencapai dua kali lipatnya," ujar Fauzan, Selasa (07/11/2023).
"Karena beberapa sekolah sudah merger, saat ini sekiranya ada 250 Sekolah Dasar di Kota Depok. Namun, walaupun jumlah guru agama Islam di Kota Depok ada 120 pengajar tetap saja belum cukup untuk semua Sekolah Dasar yang ada,” jelas Fauzan.
Ia menambahkan, setidaknya Kota Depok memiliki 600 pengajar agama Islam. Hal ini karena melihat rasio dari guru dan murid yang ada di SDN sekitar Kota Depok.
"Jika dibandingkan rasio guru dan murid, maka SDN di Kota Depok membutuhkan sekira 600 guru agama Islam. Ini jauh dari jumlah guru agama Islam yang ada saat ini," jelasnya.
Baca Juga: Satgas Dinas PUPR Depok Tangani Sejumlah Longsor
Baca Juga: Cegah Stunting dan Depresi untuk Capai Remaja Sehat Hakiki
Lanjut Fauzan, bahwa seharusnya satu guru Pendidikan agama Islam hanya menangani 12 kelas belajar. Hal ini dibutuhkan agar terbuktinya efektifitas dari pelajaran yang diberikan guru kepada para murid.
"Atau maksimal 360 anak di satu sekolah," ucapnya.
Untuk saat ini, diketahui bahwa jumlah murid SDN di Kota Depok sebanyak 200.000 orang. Jumlah ini sangatlah tidak sebanding dengan jumlah pengajar yang tersedia.
Baca Juga: KPU Umumkan DCT, Ada 21 Pesohor yang Bertarung untuk Meraih 7 Kursi di Dapil II DKI Jakarta
Akibat dari kekurangan jasa pengajar ini membuat banyak Sekolah Dasar menarik jebolan pesantren untuk mengajar Pendidikan agama Islam. Sehingga, hal ini dinilai tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
"Banyak SDN memberi mata pelajaran agama Islam ke guru kelas, mentang-mentang latar belakangnya dari pesantren," ungkap Fauzan.
Reporter: Desda Lia Erika