Cegah Stunting dan Depresi untuk Capai Remaja Sehat Hakiki
ruzka.republika.co.id--RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan.
Seminar awam kali ini dilaksanakan spesial Hari Kesehatan Mental Sedunia (10 Oktober 2023) dan dikolaborasikan dengan gerakan AKSI Bergizi. Seminar ini bertajuk “Aksi Bergizi x Bicara Sehat Spesial Hari Kesehatan Jiwa: Cegah Stunting dan Depresi untuk Capai Remaja Sehat Hakiki”.
Selain itu, untuk seminar kali ini RSUI juga bekerjasama dengan UPTD Puskesmas Tanah Baru Kota Depok dimana UPTD Puskesmas Tanah Baru memiliki program yang sama untuk mencegah stunting dengan memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat.
Baca Juga: Belum Sempat Nonton Film Insidious: The Red Door? Tenang, Film Akan Tayang di Netflix, ini Urutannya
Berkaitan dengan stunting, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 21,6% dan angka tersebut masih jauh dari target Indonesia dalam tujuan penurunan stunting, yaitu di bawah 14%.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan Gerakan Nasional Aksi Bergizi sebagai langkah komprehensif untuk menurunkan prevalensi stunting. Selain memperhatikan kesehatan fisik, kesehatan jiwa juga menjadi faktor risiko terhadap kualitas kesehatan remaja.
"Cegah Depresi pada Remaja”, didasari oleh prevalensi depresi remaja di Indonesia berdasarkan data dari Riskesdas 2018 adalah 6,2%.
Baca Juga: Intip Keseruan Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI 2023
Sebelum seminar awam dimulai, terdapat sesi bincang-bincang dengan UPTD Puskesmas Tanah Baru dimana petugas puskesmas bertanya kepada anak-anak mengenai apa aja sih yang biasanya dibeli setelah pulang sekolah?
Para peserta banyak menjawab jenis-jenis makanan yang biasa mereka beli, seperti cimol, seblak, dan sebagainya.
Setelah itu, para pegawai dari UPTD Puskesmas Tanah Baru mengingatkan kepada peserta bahwa jajanan tersebut belum tentu memenuhi gizinya, sehingga perlu diperhatikan kembali dalam konsumsi asupan makanan bergizinya.
Baca Juga: Launching De'Molek, Permudah Masyarakat Depok Urus Identitas Kependudukan
Bagi peserta perempuan, juga diingatkan untuk meminum TTD yang telah dibagikan supaya dapat mencegah anemia karena perempuan lebih rentan daripada laki-laki.
Seminar Awam Bicara Sehat ini dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Ns. Nur Akbar, M.Kep, Sp.Kep.Kom, Kepala Perawat Rawat Jalan RSUI.
Narasumber pertama yaitu dr. Petrin Redayani Lukman, Sp.KJ(K), M.PDKed yakni seorang Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUI. Dokter Petrin membawakan materi berjudul “Depresi pada Remaja”.
Baca Juga: Jungkook BTS Menang Nominasi MTV Europe Music Awards (EMA), ARMY Bersorak Riang
Dokter Petrin mengawali materi dengan memberikan informasi bahwa kesehatan jiwa merupakan hak seluruh manusia di setiap jenjang umur.
Peserta diberikan informasi bahwa perkembangan psikososial itu berbeda-beda pada setiap jenjang kelompok umurnya, misalnya pada bayi dimulai dengan inisiatif untuk mengambil mainan dan pada umur 6-12 tahun mulai mengembangkan perasaan senang atau sedih dan lainnya sehingga dapat membangun rasa percaya diri. Pada fasae ini identitas diri remaja mulai secara perlahan terbentuk.
Terkadang remaja akan mengalami kebingungan dalam masa krusial pembentukan identitas, namun remaja juga sedang mengalami masa pengembangan rasa lebih sadar tentang dirinya, sudah dapat berpikir abstrak dan mempertimbangkan konsekuensi, memiliki pendapat dari nilai-nilai, dan kemampuan kognitif yang sudah lebih berkembangan meskipun belum matang.
Baca Juga: Jalan Raya Cikeas-Bojong Nangka Rusak Parah, Pemkab Bogor Tutup Mata
“Identitas pada remaja memiliki dua proses utama yaitu eksplorasi dan komitmen. Remaja dapat membentuk identitas setelah bertemu dengan role model-nya dan mengeksplorasi berbagai nilai-nilai sosial dalam kehidupan. Setelah itu, mereka akan membentuk komitmen terhadap apa yang telah mereka pilih dan membentuk identitas” jelasnya.
Kembali pada topik utama yaitu depresi pada remaja. Depresi merupakan perasaan sedih yang berkelanjutan dan kehilangan minat untuk beraktivitas.
Penyebab depresi itu sendiri dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor biologis, seperti ketidakseimbangan hormon stres atau riwayat depresi/gangguan psikiatrik lainnya di keluarga, dan faktor psikososial, seperti bullying, konflik keluarga, gangguan kognitif, atau lainnya.
Baca Juga: Nyaris Batalkan Pesta Ulang Tahun yang ke-21, Fuji: Trauma, Sedih, dan Marah
Faktor risiko tersebut dapat berasal dari mana saja, bisa saja dari diri sendiri, keluarga, sekolah, agama, media sosial, dan komunitas.
Gejala depresi yang perlu diperhatikan selama dua minggu terakhir, seperti mood depresif dimana orang yang memiliki gejala depresi merasa sedih setiap saat, tidak berminat melakukan aktivitas, gangguan selera makan, kekurangan bahkan kelebihan tidur, dan sebagainya.
Gejala lainnya adalah menjadi iritabel, menarik diri dari pergaulan, menyalahkan gunakan alkohol atau zat-zat terlarang, penurunan minat, sulit tidur, dan kurang percaya diri.
Baca Juga: Jimly Izin Bicara Politik Dinasti ke Prabowo, Dipuji Ganjar
Dampak depresi pada remaja dapat menyebabkan gangguan emosional, sosial, akademis, risiko penyalahgunaan zat, perilaku agresif, dan kekerasan.
“Depresi pada remaja dapat dirasakan hingga dewasa dan 30% dari mereka yang menderita depresi telah melakukan percobaan bunuh diri. Oleh karena itu, peran lingkungan sosial itu sangat penting untuk mengatasi depresi pada remaja” tambahnya.
Peran lingkungan dari orang tua dan guru-guru menjadi figur panutan atau role model yang dapat diandalkan oleh remaja dengan mendorong setiap murid untuk bercerita dan memberikan nasihat kepada remaja.
Baca Juga: Digelar Anugerah PWI 2024, Jaring Calon Penerima dari Daerah
Narasumber kedua adalah Ndaru Luriadi yakni Generasi Berencana (GenRe) Kota Depok. Ndaru memulai dengan interaktif dengan peserta untuk bertanya tentang umur dan kenapa masa remaja itu merupakan salah satu masa perkembangan yang harus diperhatikan.
Selain itu, Ndaru juga menjelaskan pentingnya teman sebaya dalam berdiskusi tentang kesehatan pada remaja, terutama kesehatan reproduksi.
Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 60 peserta baik secara online maupun offline dimana para peserta aktif mengikuti gerakan senam bersama dari panduan video Gerakan Sehat Dinas Kesehatan Depok dan senam dari Ns. Akbar.
Baca Juga: The Best Pramuka Tangguh Teknologi di Raih SMP IT Insan Mandiri Cibubur
Banyak peserta bertanya kepada narasumber terkait depresi pada remaja, seperti bagaimana cara membangun komunikasi dengan orang tua.
“Dokter Petrin mengatakan bahwa walaupun terkesan tidak enak bagi orang tua, namun komunikasi antara anak dengan orang tua misalnya mengenai apa yang disukai atau tidak disukai anak dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri pada anak untuk mengungkapkan perasaannya," terangnya.
Tidak dapat dipungkiri, lanjut Ndaru, bahwa anak ada yang tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya karena orang tua yang terlalu dominan. "Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba mengkomunikasikannya terlebih dahulu” jawabnya.
Baca Juga: Disdik Depok Lakukan Berbagai Persiapan Sambut HGN 2023
Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran mengenai materi pada seminar hari ini, dengan senang hati dokter dan tenaga kesehatan RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI.
RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.
Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://www.youtube.com/live/cbR81P6OTH0?si=R5Pq_f2mQBBRdktZ. Sampai bertemu kembali di ajang bicara sehat berikutnya!