Setiap Rumah di Cimanggis Depok Diminta Memiliki Lubang Biopori
RUZKA REPUBLIKA -- Setiap rumah di Cimanggis, Kota Depok diminta untuk memiliki lubang biopori.
Untuk itu aparatur Kecamatan Cimanggis berupaya aktif dalam mensosialisasikan program pembuatan lubang biopori dan pengelolaan sampah yang digagas oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.
Langkah ini sejalan dengan arahan untuk mengurangi sampah dari sumbernya, khususnya sampah organik rumah tangga.
Baca Juga: Kurikulum Merdeka, Siswa SMP Ar-Rahman Belajar Pengolahan Sampah ke UPS Permata Regency
Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Cimanggis, Cahyanto, menyampaikan bahwa pihak kecamatan telah mengambil tindakan konkret dengan membuat lubang komposter dan biopori sebagai solusi pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga.
"Kami sudah mensosialisasikan dan menindaklanjuti hasil rapat dengan Ibu Sekda, Wakil Wali Kota, serta Kepala Dinas. Kami mendorong setiap rumah tangga untuk membuat minimal empat lubang biopori. Ketika satu lubang penuh, warga bisa beralih ke lubang berikutnya, dan saat lubang keempat penuh, lubang pertama sudah bisa diisi kembali," ujar Cahyanto dalam keterangan yang diterima, Senin (30/09/2024).
Ia menambahkan, di lingkungan Kecamatan Cimanggis sendiri sudah dibuat beberapa lubang biopori dan komposter untuk menampung sampah organik.
Baca Juga: FKM UI Libatkan Pemula Agama dalam Upaya Penurunan Angka Stunting di Depok
Sampah rumah tangga, seperti sisa makanan dan daun-daun kering, dimasukkan ke dalam lubang-lubang tersebut, sehingga diharapkan tidak ada lagi sampah organik yang terbuang ke TPS.
"Kami telah membuat empat lubang komposter di belakang kantor kecamatan untuk menampung sampah organik. Sampah daun dari pohon-pohon di sekitar juga kami kumpulkan dalam keranjang untuk dijadikan kompos," terangnya.
Menurut Cahyanto, bahwa Kecamatan Cimanggis memiliki sekitar 60 bank sampah yang tersebar di beberapa kelurahan.
Baca Juga: Pengembangan Biomassa PLN di Tasikmalaya: Dikelola Masyarakat, Didukung Pemerintah
Bank sampah ini masih beroperasi aktif, mengelola sampah anorganik yang dapat didaur ulang.
"Di Kelurahan Tugu, ada komunitas yang membuat pupuk organik cair (POC) dari sampah buah-buahan. Artinya, sampah organik bukan hanya didaur ulang menjadi kompos, tetapi juga dimanfaatkan untuk membuat pupuk cair yang bisa digunakan kembali," jelasnya.
Lanjut Cahyanto, program pengelolaan sampah di Cimanggis diharapkan dapat terus berlanjut dan memberikan contoh bagi wilayah lain.
Baca Juga: Lintasarta Luncurkan Cloud GPU Marketplace, Pacu Ekosistem Digital dan AI Nasional
Ia juga mendorong masyarakat untuk semakin sadar dan berperan aktif dalam mengelola sampah organik dari rumah masing-masing.
"Dengan semakin banyak warga yang berpartisipasi, kami optimistis bisa mengurangi volume sampah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA) secara signifikan," ungkapnya. (***)