Seminar Awam Bicara Sehat RSUI, Mengenal Penyakit Jantung Koroner dan Rekomendasi Perjalanan Udara
RUZKA REPUBLIKA -- RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam dengan tajuk utama: “Mengenal Penyakit Jantung Koroner”. Penyakit jantung masih menjadi masalah kesehatan yang harus diperhatikan.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 tunjukan tren peningkatan penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018.
Penyakit jantung juga menjadi beban pembiayaan kesehatan terbesar. Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2021, pembiayaan kesehatan terbesar ada pada penyakit jantung sebesar Rp.7,7 triliun.
Baca Juga: Dinkes Depok dengan PNJ Edukasi Tenaga Promkes Manfaatkan Smartphone Sebagai Media Edukasi
Oleh karena itu, mengenal dan mencegah penyakit jantung merupakan hal yang sangat penting. Dokter Spesialis Jantung RSUI, dr. Prima Almazini, Sp.JP, Subsp.Eko.(K), FIHA sekaligus nara sumber pada seminar awam.
Kali ini menyampaikan bahwa faktanya penyebab kematian nomor satu di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner “Di jantung terdapat pembuluh arteri koroner yang berfungsi untuk memberi “makan” jantung.
"Jika aliran pada pembuluh darah ini terhambat, maka otot jantung dapat mengalami gangguan hingga bisa mengalami kematian. Kondisi inilah yang kita disebut dengan penyakit jantung koroner” jelasnya.
Aliran pembuluh darah yang terhambat, salah satunya dapat terjadi akibat penumpukan lemak (atherosklerosis). Penumpukan lemak ini bisa terjadi bertahap dalam waktu yang lama, bisa dalam jangka waktu sekitar 5, 10, atau 20 tahun.
Penyakit jantung koroner seringkali disebut dengan silent killer. Sebanyak 80% penderita meninggal mendadak karena serangan jantung, dan 50% diantaranya tanpa gejala sebelumnya.
Tanda dan gejala khas penyakit jantung koroner diantaranya adanya rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada (angina) yang berlangsung selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau saat aktivitas yang disertai gejala keringat dingin atau gejala lainnya seperti lemah, rasa mual, dan pusing. Jantung koroner dibagi menjadi dua jenis faktor yaitu yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya pertambahan usia (pada laki-laki usia >45 tahun dan perempuan >55 tahun), jenis kelamin (laki-laki lebih berisiko), dan terdapat riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner.
Baca Juga: Peringati HANI, BNN Depok Ajak Seluruh Elemen Bersama Perangi Narkotika
Sementara faktor-faktor yang dapat dimodifikasi diantaranya status merokok, obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, peningkatan kadar kolestrol, serta kurangnya aktivitas fisik.
“Pada pasien dengan penyakit jantung koroner terdapat beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan, diantaranya pemasangan ring, pemasangan PCI, dan operasi CABG. Tindakan-tindakan ini tujuannya sama yaitu untuk memperlancar aliran darah yang sebelumnya tersumbat” ungkapnya.
Selanjutnya narasumber kedua diisi oleh Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan RSUI, dr. Syougie, Sp.KP menyampaikan bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan bagi orang dengan kondisi sakit atau medis tertentu selama perjalanan udara.
Baca Juga: Depok akan Bangun Masjid Agung Seluas 1 Hektare di Jatijajar
"Rekomendasi dan saran yang dapat diberikan bagi setiap penumpang dengan kondisi sakit atau memiliki kondisi medis tertentu, sebaiknya lakukan konsultasi medis sebelum keberangkatan (pre-flight consultation), membawa obat-obatan di dalam tas jinjing atau cabin, menjaga asupan cairan tubuh, hindari minuman dengan efek diuretik seperti yang kafein dan alkohol, dan segera periksakan kondisi apabila timbul gejala (post-flight consultation)," paparnya.
Beberapa penumpang yang memerlukan pertimbangan medis khusus diminta untuk menyerahkan Surat Persetujuan Medis Penumpang (Surat Laik Terbang).
Baca Juga: KPPU akan Bentuk Tim Pengawas untuk Awasi Dugaan Monopoli Jasa Pengiriman yang Dilakukan Shopee
Setiap Maskapai memiliki ketentuan tertentu (bagi yang telah menetapkan). Surat Laik Terbang diperlukan bagi penumpang dengan kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki penyakit terbaru, paska rawat inap/cedera/operasi yang memerlukan pendampingan medis selama terbang.
2. Memiliki kondisi medis tertentu yang memerlukan pendampingan medis selama terbang.
3. Memerlukan suplementasi oksigen selama penerbangan, atau ? memakai alat medis, seperti stretcher selama penerbangan.
Baca Juga: Penilaian WTN 2024, Dishub Depok Memiliki Target Juara
Terdapat beberapa faktor penerbangan yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh, diantaranya penurunan tekanan udara seiring kenaikan ketinggian, tekanan parsial oksigen akan turun maka terjadi hipoksia yaitu kondisi kadar oksigen pada tubuh menurun,.
Menurunnya kelembaban udara yang dapat meningkatkan evaporasi cairan tubuh sehingga meningkatkan risiko dehidrasi, penurunan suhu yang dapat mengecilkan pembuluh darah sehingga meningkatkan filtrasi ginjal, perbedaan zona waktu, turbulensi, radiasi, serta kebisingan.
“Dari beberapa faktor tersebut pasien dengan penyakit jantung perlu memperhatikan saran dan rekomendasi dari dokternya, sehingga dapat melakukan perjalanan udara dengan aman dan nyaman, selama mengetahui batasan-batasan yang ada. Periksakan kondis medis ke dokter sebelum perjalanan," sarannya.
Baca Juga: Membaca Manuver PKS di Pilkada Jakarta 2024
Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sebanyak 150 orang. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas.
Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI. Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=-pHkdOPr5_g. (***)