Ternyata ini Tantangan Perempuan Saat Mau Menjadi Pengusaha
RUZKA REPUBLIKA -- Dunia bisnis seringkali digambarkan sebagai medan perang yang didominasi oleh laki-laki. Meskipun demikian, semakin banyak perempuan yang berani melangkah dan membuktikan diri sebagai pengusaha sukses.
Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Berbagai tantangan unik seringkali menghadang perempuan pengusaha, mulai dari stereotip gender hingga terbatasnya akses terhadap modal.
Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Stereotipe Gender dan Diskriminasi
Ekspektasi peran ganda: Perempuan seringkali diharapkan untuk mengurus rumah tangga dan keluarga selain menjalankan bisnis.
Baca Juga: Intip Rahasia Kebugaran 3 Artis Idola Indonesia, Chicco, Maudy, dan Pevita
Hal ini dapat menimbulkan beban ganda dan membatasi waktu serta energi yang dapat dialokasikan untuk bisnis.
Kurangnya kepercayaan: Terkadang, perempuan pengusaha masih dianggap kurang kompeten atau kurang serius dibandingkan pria. Hal ini dapat menghambat akses mereka terhadap pendanaan, jaringan bisnis, dan peluang lainnya.
Diskriminasi dalam negosiasi: Perempuan seringkali dianggap lebih lemah dalam negosiasi dan kurang tegas dalam menyampaikan pendapatnya.
Baca Juga: Dewan Pers: Pengaduan Soal Pemberitaan Negatif PKPU Terbilang Minim
Hal ini dapat merugikan mereka dalam mendapatkan kesepakatan yang menguntungkan.
2. Akses Terbatas terhadap Modal
Kesulitan mendapatkan pinjaman: Perempuan pengusaha seringkali kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank atau investor karena kurangnya agunan atau sejarah kredit yang memadai.
Jaringan terbatas: Perempuan pengusaha seringkali memiliki jaringan bisnis yang lebih terbatas dibandingkan pria, sehingga sulit mendapatkan modal dari investor atau mitra bisnis.
Baca Juga: Langkah Maju untuk Tambang Bersih, Mengenal 5 Kelebihan Truk Listrik yang Ramah Lingkungan
Diskriminasi dalam pendanaan: Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang didirikan oleh perempuan cenderung mendapatkan pendanaan yang lebih sedikit dibandingkan perusahaan yang didirikan oleh pria.
3. Balancing Work-Life
Mengatur waktu: Membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan kehidupan pribadi merupakan tantangan besar bagi perempuan pengusaha.
Tekanan sosial: Perempuan seringkali merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap peran mereka sebagai ibu dan istri.
Baca Juga: Bawaslu Depok Segara Buka Lowongan Pengawas TPS Pilkada 2024, Catat Persyaratannya
Kesehatan mental: Beban kerja yang tinggi dan tuntutan yang terus-menerus dapat berdampak negatif pada kesehatan mental perempuan pengusaha.
Mercy Corps Indonesia dan Nikel Dukung Literasi Keuangan dan Akses Kredit bagi Pengusaha Perempuan
Mercy Corps Indonesia dan Nikel, dengan dukungan dari Mastercard Center for Inclusive Growth dan United States Agency for International Development (USAID), dengan bangga mengumumkan kerjasama untuk memberdayakan pelaku usaha kecil dan menengah perempuan (“W-SMEs”) di Indonesia.
Melalui kerjasama ini, UKM perempuan di Indonesia akan mendapat dukungan pertumbuhan bisnis dan sumber daya keuangan yang disalurkan melalui chatbot inovatif di WhatsApp – “Bu Mira”.
Hal ini menegaskan kembali komitmen seluruh pihak yang terlibat untuk mendorong inklusi keuangan melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, lembaga keuangan, dan masyarakat, di Indonesia hingga tingkat global.
Lebih dari 64 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dikelola oleh perempuan, menunjukkan kontribusi signifikan mereka terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: 2 Kecamatan di Depok Antusias Ajak Warga Memilah Sampah
Hambatan tersebut meliputi keterbatasan literasi keuangan, tidak adanya kepemilikan aset untuk jaminan pinjaman, terbatasnya kesempatan berjejaring, keterbatasan mobilitas karena tanggung jawab rumah tangga, dan ketergantungan pada suami dalam pengambilan keputusan.
Akibatnya, mereka tidak memiliki akses ke pengetahuan dan layanan keuangan, yang sangat menghambat pertumbuhan bisnis mereka.
Mercy Corps Indonesia, dengan dukungan dari Mastercard Center of Inclusive Growth, telah menjawab tantangan ini melalui program Mastercard Strive yang telah menjangkau lebih dari 52 ribu usaha kecil melalui kampanye digital, pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan, pendampingan, dan/atau inisiatif pertukaran pengetahuan.
Baca Juga: Antisipasi Musim Hujan, Dinas PUPR Depok Petakan 5 Titik Banjir dan Longsor
Diluncurkan di Indonesia pada 2023, Mastercard Strive merupakan sebuah inisiatif tiga tahun yang bertujuan untuk memberdayakan 300 ribu usaha kecil di Indonesia agar dapat meraih kesuksesan di era ekonomi digital.
Sementara itu, Nikel dan USAID bermitra dalam program ‘Financial Inclusion for Women-SMEs in Indonesia’ (“Finclusion”) yang bertujuan untuk memberdayakan para wirausaha perempuan dalam meraih kesuksesan usaha.
“Bu Mira” akan mendukung upaya ini dengan menyediakan sumber daya bermanfaat seperti modul edukasi, alat dan informasi keuangan, serta proses pengajuan pinjaman yang lebih sederhana bagi pelaku UKM perempuan.
Baca Juga: Aksi Kandidat Ketua Student Council 2024-2025 dalam Pesta Demokrasi di SMP School of Human
Hal ini diharapkan dapat membangun ketahanan finansial jangka panjang mereka dan mendukung target pemerintah untuk distribusi pinjaman sebesar 30% kepada UMKM2.
Inisiatif ini juga mendukung tujuan pemerintah Indonesia untuk mencapai inklusi keuangan sebesar 98% pada tahun 2045.
Ade Soekadis, Executive Director Mercy Corps Indonesia, mengatakan, "Dengan menawarkan program literasi keuangan yang komprehensif dan memfasilitasi akses ke pinjaman, kami tidak hanya
mendukung pertumbuhan pelaku usaha perempuan, tetapi juga berkontribusi pada tujuan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih luas. Kemitraan ini akan mengakselerasi upaya Mercy Corps Indonesia dalam mendukung wirausaha perempuan dan membekali mereka dengan alat yang diperlukan untuk tumbuh secara berkelanjutan."
Baca Juga: UI Motivasi Anak-anak SD Bangun Prilaku Hidup Sehat, Cegah Berat Badan Berlebih
"Amerika Serikat berkomitmen untuk memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan," ujar Erin Nicholson, Deputy Mission Director of USAID Indonesia.
Kemitraan baru antara Finclusion USAID dan Mastercard Strive ini akan meningkatkan akses dan literasi keuangan bagi pelaku UKM perempuan.
Reinier Musters, CEO Nikel, mengungkapkan, pihaknya sangat senang dapat berkolaborasi dengan Mastercard Strive di Indonesia untuk mendorong inklusi keuangan bagi UKM.
Baca Juga: 900 Peserta Wirausaha Baru di Depok Dibekali Ilmu Digital Marketing
"Kami memiliki visi yang sama, yaitu memberdayakan UKM dalam meraih kesuksesan bisnis. Melalui chatbot WhatsApp kami, Bu Mira, kami berharap dapat membantu UKM perempuan mempelajari berbagai keterampilan penting, menggunakan perangkat keuangan kami, dan mendapatkan akses pembiayaan yang terjangkau untuk mengembangkan bisnis mereka. Kemitraan ini menegaskan komitmen kami untuk memberdayakan UKM di Indonesia," terang Reinier.
Aileen Goh, President Director and Country Manager, Indonesia, Mastercard, mengatakan, meskipun merupakan bagian penting dari ekonomi, usaha kecil, termasuk yang dimiliki oleh perempuan, menghadapi berbagai hambatan dalam pertumbuhannya.
Menurut studi terbaru, dua pertiga usaha kecil belum mengakses kredit atau pinjaman dalam 12 bulan terakhir, dan hanya sepertiga yang telah memanfaatkan layanan dukungan untuk bisnis mereka.
Baca Juga: Dishub Depok Gelar FGD Rencana Aksi Keselamatan Daerah, Tingkatkan Keselamatan Transfortasi
Mastercard percaya akan dampak dari program-program yang dapat memberikan pengetahuan, alat dan sumber daya yang dibutuhkan oleh para pemilik usaha kecil untuk mengembangkan bisnis mereka dan mendorong pertumbuhan inklusif di Indonesia.
"Dengan memanfaatkan teknologi berbasis chat melalui WhatsApp – aplikasi komunikasi yang paling banyak digunakan di Indonesia – dan jaringan bimbingan usaha kecil di Indonesia, inisiatif ini akan menawarkan pendekatan pelatihan yang lebih fleksibel dan mudah diakses, serta pengajuan pinjaman yang lebih sederhana dan proses orientasi bagi para wirausaha perempuan," jelasnya.
Subhashini Chandran, Senior Vice President, Social Impact, APEMEA, Mastercard Center for Inclusive Growth, mengatakan, kemitraan ini memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan yang adil dan berkelanjutan.
Baca Juga: 2025, Disdik Depok akan Bangun SMP Negeri
"Dengan mendorong kolaborasi yang mendukung usaha kecil dan kekuatan ekonomi perempuan, Mastercard Strive berupaya mendorong masyarakat yang lebih inklusif, di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk berkembang," paparnya.
Kemitraan ini menandai kemajuan yang signifikan dalam mendorong inklusi keuangan bagi UMKM di Indonesia. Dengan menyediakan perangkat penting, edukasi, dan akses keuangan melalui chatbot “Bu Mira”, Mercy Corps Indonesia dan Nikel, membangun fondasi bagi ekonomi yang lebih inklusif dan tangguh. (***)
Penulis: Saeful Imam