Sejarah Depok dalam Buku Novel Fanny Jonathans Poyk, Jalan Panjang Kemerdekaan
ruzka.republika.co.id--Wartawan senior yang juga novelis, Fanny Jonathan Poyk meluncurkan buku Sebuah Novel Depok, Tentang Ibuku, Kota Depok, Feminisme, Filsafat Kehidupan dan Cinta yang diterbitkan Kosa Kata Kita (KKK) pada September 2023. Berikut kisah Bagian Keempat, Jalan Panjang Kemerdekaan
“Kisah tentang empat kali Indonesia dijajah oleh bangsa asing, dirasakan oleh Nenek dan Engkong mu. Meski Engkong bukan keturunan Belanda atau Portugis, ia tetap dicurigai sebagai mata-mata Belanda oleh Tentara Jepang karena Engkong meski berdarah China, wajahnya tampan, berhidung mancung mirip orang Eropa.” tutur Ibu.
“Ya, dalam negeri yang dijajah, terkadang harga sebuah nyawa tidak begitu menjadi hal yang penting lagi. Bisa hidup tenang, memperoleh makanan untuk hidup sehari-hari saja sudah sangat bersyukur. Masa-masa pekat dengan periode kependudukan penjajah di seluruh tanah Indonesia, membawa nasib kemanusiaan bergulir pada asa yang tak pasti. Nyawa bisa saja hilang seketika dengan kecurigaan, pengkhianatan juga resesi ekonomi yang disertai tanya kapan akan berakhir."
Baca Juga: Insya Allah Pasangan Romantis Habibie-Ainun, Tempatnya di Syurga, Ini Kisah Cinta Inspiratifnya
"Penangkapan orang-orang yang dicurigai dengan tuduhan yang tak jelas kerap terjadi. Kemudian jika masing-masing jawara atau orang-orang kuat yang memiliki ilmu tenaga dalam itu tidak memiliki ilmu kebal secara umum, juga intelektualitas dan ilmu tenaga dalam yang mumpuni di kala itu, maka mereka akan pasrah pada keadaan. Resikonya mati.” Kata Ibu, dia mengenang kembali kala suasana bergejolak tatkala Belanda dan Jepang datang ke Indonesia.
“Engkong mu, meski tidak mengenyam sekolah secara formal, dia memiliki ilmu tenaga dalam dan ilmu silat yang membuatnya ditakuti sekaligus dihormati siapa saja yang mengenalnya. Meski Engkong hidup dalam lingkup yang masa kini istilahnya disebut gangster, mafia atau jagoan di kala itu, dia tetap humanis. Dia memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi terhadap sesama.” Tutur Ibu.
“Menurut cerita Nenekmu, suatu hari Engkong sedang bermain judi ceki, permainan dengan menggunakan kartu China bersama teman-temannya, tiba-tiba ada tetangga yang melaporkan Engkong dan teman-temannya ke tentara Jepang, rumah Nenekmu digrebek oleh mereka. Tatkala para tentara Jepang itu masuk sambil menodongkan popor senapannya ke dalam rumah Nenek, tiba-tiba saja Engkong dan teman-temannya menghilang tanpa jejak."
"Para jawara yang ratarata berilmu tinggi itu, menghilang tidak meninggalkan bekas. Yang tersisa hanya kartu-kartu ceki dan uang yang digunakan untuk bermain judi. Nenekmu sendiri bingung, bagaimana cara mereka bisa menghilang. Benar-benar ilmu menghilang raga tingkat tinggi dan tidak masuk di akal.” Tambah Ibu.
Baca Juga: Semua Bangunan di Kota Depok Harus Ada IMB, Tak Terkecuali Rumah Ibadah
Menurut cerita Ibu lagi, imbas dari permainan ceki itu, rumah Nenekku kemudian dicurigai sebagai markas bagi para jawara (sebutan untuk Engkong dan teman-temannya yang memiliki ilmu tenaga dalam atau kanuragan) yaitu ilmu ilmu yang berfungsi untuk bela diri.
Ilmu ini mencakup kemampuan bertahan dari serangan dan kemampuan untuk menyerang dengan sebuah gerakan sistematis dan terarah dengan kekuatan yang melebihi manusia normal karena telah melalui pola latihan khusus. Kanuragan berhubungan dengan kepercayaan Jawa sadulur papat atau empat saudara diri.
Orang-orang penting seperti polisi, tentara, politikus, dan petarung banyak menggunakan ilmu kanuragan agar terhindar dari serangan senjata. Kanuragan utamanya dimanfaatkan ketika dalam keadaan perang atau untuk kesehatan.
Baca Juga: Berikut Kinerja Disrumkim Kota Depok, Target Pembangunan Selesai Desember 2023
Akhirnya rumah Nenek selalu dijaga para tentara Jepang. Selama beberapa bulan rumah itu di awasi oleh mereka.
Nenekku yang cantik kemudian mengungsi ke Kampung Manggah, ke rumah orangtuanya, dia membawa Ibu dan dua pamanku. Rumah hanya dihuni oleh para manula yang membantu Nenek bekerja sepert memasak, mencuci dan membersihkan halaman.
Hal yang aku ketahui, Nenekku takut nanti diperkosa para tentara Jepang seperti apa yang pernah terjadi pada perempuan-perempuan Indonesia. Mereka yang diperkosa itu diberi nama Jugun Ianfu, atau lebih tepatnya mereka adalah para perempuan dewasa yang menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang.
Jugun Ianfu merupakan istilah wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945.
“Nenekmu dan anak-anaknya kabur. Setelah peristiwa itu selesai, mereka kembali ke rumah, tentara Jepang kalah dan pergi dari Indonesia.” Kisah Ibu.
Baca Juga: Inovasi Baru, Konstruksi Turap di Kota Depok akan Diganti dengan Konstruksi Sheet Pile
Tentara Jepang meninggalkan Indonesia pada tahun 1945. Tepatnya pada tanggal 14 Agustus. Hal ini berkaitan erat ketika dua kota industri di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Tentara Amerika Serikat atau Sekutu. Kemudian setelah Jepang hengkang dari Indonesia, pada 14 Agustus 1945 itu.
Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno mengumumkan bahwa Indonesia yang merdeka secepat mungkin itu bukan hasil pemberian dari Jepang, melainkan hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri.
Dengan menyerahnya Jepang membuat situasi menjadi seperti yang disebut “vacuum of power' atau kekosongan kekuasaan, sebab meski Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, pasukan Amerika sendiri saat itu belum ada di sebagian besar wilayah Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan.
Berita menyerahnya Jepang telah disensor oleh radio dan kantor berita Jepang. Sedangkan radio-radio negara Sekutu masih bisa didengarkan. Sutan Syahrir yang mendengarkan berita itu, kemudian mengambil kesimpulan bahwa Indonesia harus memproklamirkan kemerdekaannya segera.
Baca Juga: 6 Ruas Tol JOOR 2 Telah Tersambung, Segera Diresmikan Presiden Jokowi
“Masa itu Nenek dan Engkong mu benar-benar bingung. Situasi di Depok tidak stabil, tentara Republik dan tentara NICA juga KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) adalah tentara kerajaan Hindia Belanda yang didirikan Belanda tahun 1830, ada di mana-mana. Kala itu, tujuan dibentuknya KNIL adalah untuk mengawasi dan mengontrol wilayah jajahan."
"Meskipun KNIL melayani pemerintah Hindia Belanda, banyak anggotanya yang juga berasal dari pribumi, seperti Sultan Hamid II, Oerip Soemohardjo, AH Nasution, dan beberapa lainnya. Mereka saling mencurigai. Siapa yang berpihak ke Indonesia dan siapa yang tidak. Di tengah suasana seperti itu, Nenekmu tetap harus bekerja keras mencari uang untuk makan kami, sebab Engkong masih belum memiliki pekerjaan tetap."
"Tambahan lagi situasi masih belum stabil, Nenek takut Engkong ditangkap. Engkong lalu menjadi seorang pekerja serabutan yang mengandalkan tenaga dan ilmu silat yang dikuasainya. Kadang dia menjadi centeng di rumah keluarga kaya atau toko-toko di pasar Liok. Ketika pekerjaan itu tidak ada lagi, Ibu dan adik-adiknya kerap kelaparan. Masa itu kehidupan kami benar-benar tergantung pada kebaikan uluran tangan Tuhan dan alam.” Tutur Ibu.
Baca Juga: Wow, 'Si Tukang Bubur' Binton Nadapdap, Ternyata Punya Koleksi Ribuan Lukisan, Buku dan Foto
Tentang tentara NICA sendiri, menurut penjelasan Ibu, ada kisah yang tampaknya perlu untuk diketahui. Ceritanya setelah Bung Karno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan menyatakan Indonesia telah merdeka, Belanda yang ada di negeri Khatulistiwa sudah hengkang dari Indonesia.
Namun di bawah kepemimpinan Jenderal Van Mook, mereka kemudian kembali mendatangi negeri kita tercinta ini. Mereka kembali melakukan agresi untuk merebut negeri yang mereka jajah berabad-abad tahun yang lalu.
NICA ikut dalam rombongan tentara Sekutu yang kala itu berhasil mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II. Kedatangan NICA membuat semangat masyarakat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia semakin bertumbuh.
Mereka bersedia angkat senjata untuk melawan Belanda, meski mereka tahu bahwa dengan mengangkat senjata untuk mengusir tentara Belanda sama saja dengan cari mati sebab beberapa fakta tentang NICA yang bisa menjadi momok menakutkan di masa revolusi adalah, mereka tidak suka dengan teriakan kata 'merdeka'.
Ketika pasukan NICA datang dengan 'membonceng' tentara Sekutu tersebut, dalam sekejap kota Jakarta atau Batavia yang tadinya tenang, berubah mencekam. Meski demikian, hal ini tidak membuat semangat juang para pemuda Indonesia memadam, namun kian menggelora.
Baca Juga: Untuk Ibu Hamil Risiko Tinggi, Ini Aplikasi Cegah Stunting Sejak Masa Kehamilan
Seluruh rakyat Indonesia bersatu untuk melawan pasukan Van Mook. Meski hanya berbekal senjata bambu runcing dan beberapa senjata yang berhasil diambil dari tentara Jepang, para tentara Republik Indonesia pantang mundur untuk melawan pasukan dari negeri penghasil keju itu.
Dan pada 1 September 1945, pekik “merdeka!” kemudian menjadi salam yang disahkan, kalimat “Merdeka Bung!” menjadi kalimat resmi yang terdengar di mana-mana. Kalimat inilah yang kemudian semakin dibenci NICA.
“Kala itu,” tutur Ibu kembali, “Dalam keadaan situasi negara yang tidak stabil, termasuk di dalam perekonomian, keadaan sebelum dan sesudah merdeka masih tetap sama. Kami tetap hidup berada di bawah garis kemiskinan. Banyak orang yang berkhianat pada negara, para pemuda Indonesia ada yang bergabung dengan tentara NICA, hal ini berkaitan erat dengan perekonomian dan rasa setia yang telah luntur, dan juga berkaitan erat dengan masalah politis."
Baca Juga: BKD Kota Depok Sebut Target PBB Sudah Tercapai Sebesar 83,6%
"Yang bekerjasama dengan tentara NICA umumnya adalah raja-raja kecil di dalam dan luar pulau Jawa, mereka dipengaruhi Belanda dengan mendirikan kerajaan-kerajaan boneka. Banyak tentara republik yang tewas oleh tentara NICA dan KNIL."
NICA yang merupakan Administrasi Sipil Pemerintahan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indische — Civiele Administratie) merupakan institusi yang menangani pemerintahan peralihan dari kapitulasi Jepang (setelah kalah PD II di 1945) ke pemerintahan permanen Hindia Belanda. Sedangkan KNIL masih tetap menjadi Tentara Kerajaan Hindia Belanda (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang merupakan tentara militer dari pemerintahan Hindia Belanda. Untuk lebih jelasnya lagi, KNIL didirikan pada 1814 sebagai militer reguler.
"Pada 1936 komposisi anggota pribumi KNIL mencapai 7196, lebih banyak daripada keturunan Eropa. Mayoritas diambil dari etnis Manado, Maluku, Timor, dan Jawa.” Terang Ibu. Kuakui dalam hal kenangan tentang penjajahan di negeri ini, ingatan Ibu masih tajam.
Reporter: Maulana Said