Novel Sejarah Depok, Jejak yang Tersisa
ruzka.republika.co.id--Wartawan senior yang juga novelis, Fanny Jonathan Poyk meluncurkan buku Sebuah Novel Depok, Tentang Ibuku, Kota Depok, Feminisme, Filsafat Kehidupan dan Cinta yang diterbitkan Kosa Kata Kita (KKK) pada September 2023. Berikut kisah Jejak yang Tersisa
Aku mengenang kembali tentang ragam peristiwa bersama perjalanan waktu. Dalam filosofi kehidupan banyak filsuf yang memberikan kata-kata bijak untuk direnungkan.
Tentunya Tuhan pemilik alam semesta adalah segalanya. Pemahaman tentang arti kehidupan yang sesungguhnya terletak di diri pribadi masing-masing.
Baca Juga: Beredar Tulis Tangan Surat Pernyataan Bermaterai, Pengakuan Jessica Kumala Wongso, ini Isinya
Cerita tentang pergulatan hidup, perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, keberanian, Ginta dan kesetiaan, adalah ragam kisah yang dijalani umat manusia, dan itu akan selalu terutang kembali mengikuti siklus kehidupan di dalam rotasi bumi yang selalu berputar pada porosnya.
Drama kehidupan memang tak selalu berakhir di satu babak saja, ada babak-babak selanjutnya dan itu tergantung dari Dia Sang Penguasa kehidupan yang menentukannya.
Hidup di dunia hanya sekejap. Usia muda hingga tua, memiliki beragam pola yang tercipta dari masing-masing individu. Karma selalu berlaku pada setiap tindakan.
Baca Juga: Begini Cara Daftar dan Cek Penerima Bansos di Kota Depok
Dan mengikuti kehendak jasmani adalah sebuah pilihan yang terkadang berada di jalur yang tepat kadang tidak. Jalan di hadapan memang tak selalu lurus, datar tanpa hambatan, ada ragam gelombang yang mengitarinya.
Sama seperti kehidupan itu sendiri, Manusia boleh berencana, namun Sang Pemilik Semestalah yang menentukannya.
Hidup terkadang tidak selalu semudah membalikkan telapak tangan. Beban di pundak kerap menyertai, itulah yang disebut salib kehidupan.
Baca Juga: Program Z-Auto Baznas Diluncurkan, Program Pelatihan Perbengkelan Kendaraan Bermotor
Dan Ibuku, Maria Magdalena alias Lena alias Thio Ok Nyo, seorang buta huruf yang tak bisa membaca dan menulis, namun memiliki filosofi kehidupan yang nyata yang dilakoninya dengan pasrah namun penuh dengan perjuangan dan ketangguhan di dalam diri manusia yang berbaur dengan empati serta ketulusan pemikiran.
Anakku, seperti kata Aristoteles, tak ada orang genius tanpa sebuah pemikiran yang gila. Juga apa yang diucapkan Lao Zu bahwa petarung yang terbaik adalah petarung yang tidak pernah marah.
Kehidupan adalah perubahan yang alami dan spontan dan jangan menolaknya.
Erich Fromm berkata, cinta adalah lambang keakraban antara dua manusia, di mana masing-masing menjaga keutuhan bersama. Dan seperti yang diucapkan Socrates bahwa barangsiapa berhasil mengalahkan ketakutannya, dia akan menjadi orang yang benar-benar bebas.
Demikian juga kata Plato, janganlah engkau berteman dengan orang jahat, karena sifatmu akan mencuri sifatnya tanpa engkau sadari. Serta apa yang Tuhanku ucapkan, kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Kata-kata penuh daya magnet yang kuat itu mengendap di diri Ibu. Ayahmu selalu mengucapkan itu dan Ibu menyimpannya di ruang rasa yang paling terdalam.
"Simpanlah itu di hatimu dan lakukanlah dalam diam,” Ucapan Ibuku selalu terngiang dari dasar benakku Kalimat-kalimat itu seolah menuntun dan mengarahkan letak langkah jika aku berada di kelokan jalan yang salah. Ibu, ucapku dari relung hati terdalam dengan suara serak, aku akan selalu mengingatnya.
Baca Juga: Bansos Kemensos untuk Keluarga Penerima Manfaat di Kota Depok Sudah Cair, 17 KPM Sudah Menerima
Jejak tapak yang tersisa hanya kenangan. Di saat kerinduan tiba, kenangan itu muncul bagai kilas balik sebuah film yang berjalan mundur.
Kini, di usiaku yang keenam puluh tahun, ingatanku tentang Ibu, Engkong, Nenekku Mah Enih dan ayahku, muncul bagai bayangan yang lama-lama terlihat nyata lalu masing-masing mengulang kembali kisah mereka tentang hidup dan kehidupan di Depok.
Kota dengan segala peradaban kisah manusia yang terpatri di dalamnya. Kota yang diawali dengan pembebasan perbudakan menuju ke alam demokrasi dan Hak Azazi Kemanusiaan, kota dengan tradisi budaya yang beragam, kota di mana cinta yang dahsyat telah menggiring beragam persepsi tentang jati diri manusia yang paling hakiki.
Baca Juga: APBD Kabupaten Bogor pada 2024 Meningkat Hingga Rp 10 Triliun
Aku mengemasnya ke dalam sebuah buku yang kelak akan selalu diingat oleh ragam manusia di era yang akan datang.
Nada puisiku tentang Kota Depok, aku mencurahkan segala kenangan itu ke dalam larik demi larik dagi makna kata, metafora, diksi dan rasa yang penuh dengan jutaan kenangan. Kuberi judul puisiku Depok.
Depok
Depok, aku menelisik kisah tentangmu
Dari penemuan awal yang pembebas perbudakan, Cornelis Chastelein
Di tiap pergantian masa
Cerita bergulir
Mengendap kuat di rengkuh belahan
Ragam kepentingan muncul perlahan
Melihat tanah subur di hadapan
Politik bermain tanpa kasihan
Mengaduk semua tatanan dengan satu tujuan Damai tak lagi berpagut tenang
Di tanah penyangga kehidupan
Satu kepentingan bermain diam diam Memorakporandakan tatanan yang ada
Kisah masa lalu tentang penjajahan
Lenyap tersingkirkan dari benak ingatan
Di sana pernah ada cinta
Di sana pernah ada sejarah
Di sana pernah ada air mata
Semua pupus terhapus oleh ragam rekayasa Menukik pada rangkaian kepentingan semata Depok, riwayatmu dulu...
Reporter: Maulana Said