Komunitas

Diskusi Satarupa, Geliat Perempuan Pekerja Seni, Tantangan di Era AI

Diskusi, Satarupa Geliat Perempuan Pekerja Seni berlangsung di Lt 4 Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (11/10/2023).

ruzka.republika.co.id--Diskusi, Satarupa Geliat Perempuan Pekerja Seni berlangsung menarik dan diisi dengan dialog interaktif yang sarat dengan dunia seni rupa.

Para nara sumber diskusi terdiri dari Nadia Iskandar (perupa) dan Citra Smara Dewi (dosen Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta). Diskusi berlangsung di Lt. 4 Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (11/10/2023).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di dalam bincang-bincang ini juga dibahas tentang peran perupa/pelukis sebagai pekerja seni dengan visi mencari bentuk kesenian yang berbasis kebangsaan yaitu Indonesia.

Baca Juga: Ribuan Orang Ikuti Zinc Trail Run di Ubud, Tantangan Lomba Lari Diberbagai Lintasan

Baca Juga: Jelang MotoGP Mandalika 2023, Digelar Parade Pembalap

Pertumbuhan seni rupa mulai bangkit pada tahun tujuh puluhan dengan karya-karya modern dan kontemporer. 

Saat ini platform pekerja seni sudah semakin modern, tidak hanya didominasi oleh pelukis pria, terlebih lagi dengan munculnya Artificial Intellegence (AI).

Karya-karya berbasis digital menunjukkan geliat pekerja seni di Indonesia sangat luar biasa. Dengan adanya pandemi, berkah kreativitas khususnya pekerja seni semakin menggeliat.

Baca Juga: UI dan BPS Resmikan Pojok Statistik, Gunakan Data Secara Bijak

Baca Juga: Novel Sejarah Depok, Jejak yang Tersisa

Pekerjaan melukis tak jarang dipandang sebelah mata sehingga tercipta sebuah  opini yang berkaitan dengan ketidakadilan jender.

Namun meski demikian dua nara sumber tersebut menyampaikan pendapatnya bahwa perempuan jangan merasa dibedakan di dalam berkarya, jika berkarya itu bersumber dari jiwa maka karya yang tercipta akan indah pula jadinya. 

Saat ini karakter di dalam melukis sudah tidak bisa dibedakan antara perempuan dan laki-laki. Interpretasi dalam sebuah karya seni memiliki penilaian yang berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan.

Baca Juga: Anggota Komisi IX DPR RI Mengimbau Para PMI di Kota Depok Jangan Terbujuk Rayu Sindikat Pekerja

Pada akhirnya, pilihan untuk menjadi perupa/pelukis tidak hanya terletak pada bakat namun harus dipikirkan juga sarana untuk menciptakan sebuah karya, sarana yang berkaitan dengan aktivitas melukis seperti cat, minyak cat, kanvas dll. Dalam hal ini perhatian Pemerintah sangat diharapkan. 

Reporter: Fanny J Poyk