Kisah Kainku, Cara Bakul Budaya Kampanyekan Rasa Cinta Wastra Nusantara
ruzka.republika.co.id--Emma, Ayie, dan Merry, mereka bergiliran berbagi cerita tentang kain yang membalut tubuh mereka dalam acara “Kisah Kainku” bersama komunitas Bakul Budaya di Pelataran Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI), Depok, Sabtu (13/01/2024).
Ketiganya menceritakan tentang Sejarah mendapatkan kain yang membalut tubuh mereka tersebut.
Namun, juga menceritakan tentang bagaimana sampai bisa mencintai kain-kain Nusantara bahkan hingga mengoleksi cukup banyak kain-kain tersebut, dari mulai kain batik hingga kain tenun.
Ayie misalnya, yang menceritakan tentang bagaimana dia mendapatkan kain yang dipakainya yaitu yang berasal dari penenun langsung di desa Troso, Jepara, Jawa Tengah.
Tenun Troso telah mengakar kuat di Desa Troso, dan menjadi sentra utama kerajinan ini. Menariknya, tenun ini telah menjadi mata pencaharian utama bagi warga Troso.
Baca Juga: Disdukcapil Depok Lakukan Program Layanan Jemput Bola Perekaman KTP-el dan Fastaraga
Dalam pembuatannya, kain tenun Troso memang memakan waktu yang cukup lama, terutama untuk mencapai kualitas terbaik.
Proses dimulai dari pengetengan dan pewarnaan benang, diikuti dengan penjemuran dan penataan benang sesuai dengan motif yang diinginkan. Setelah itu, benang tersebut diikat dengan alat khusus dan kemudian dicucukkan satu per satu.
Baca Juga: Elisa Naomi, Bermain di Goresan Artistik Indahnya Lukisan
Kisah Kainku merupakan salah satu program baru di komunitas Bakul Budaya, yang lahir dari rapat kerja Bakul Budaya 2024 pada 22 Oktober 2023 lalu.
Kisah Kainku muncul dari ide anggota Bakul Budaya, yaitu Sufiania Nayasubrata, yang juga merupakan salah satu pengajar tari di Bakul Budaya, yang lalu digodok oleh Widianti Kamil, wartawan senior yang juga penanggung jawab Divisi Diskusi Budaya di komunitas Bakul Budaya.
Acara Kisah Kainku diharapkan bisa menjadi terobosan baru Bakul Budaya untuk mengajak masyarakat mencintai dunia Wastra Nusantara.