Nasional

Kampanye Pamungkas Pilpres Menjadi Simbol Perlawanan Politik

Pengamatan politik dan militer, Selamat Ginting.

ruzka.republika.co.id--Pengamat politik Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting mengungkapkan kampanye terakhir Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 pada Sabtu (10/02/2024) menjadi simbol perlawanan politik secara terbuka kubu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo terhadap kubu Prabowo Subianto yang mendapatkan dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

“Simbol dan politik merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Instrumen-instrumen yang digunakan dalam kampanye politik pamungkas tidak bisa dilepaskan dari simbol penuh perlawanan,” kata Selamat Ginting di Jakarta, Ahad (11/2/2024).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pasangan Amin memilih Jakarta International Stadium (JIS), sebagai simbol politik keberhasilan saat memimpin Jakarta pada 2017-2022.  

Baca Juga: Minggu Tenang Pemilu 2024, Wakil Wali Kota Depok Imbau Jaga Kondusivitas dan Kedamaian

Sedangkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memilih Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta Pusat, sebagai simbol kemenangan Joko Widodo (Jokowi) dalam dua kali pilpres sebelumnya. Sekaligus diharapkan kemenangan akan terulang pada pilpres kali ini. 

Sementara pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memilih Solo dan Semarang, Jawa Tengah sebagi simbol kandang banteng, lambang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Bukan sebagai kandangnya keluarga Presiden Jokowi.

“Kampanye pamungkas kali ini berlangsung sangat keras, karena secara eksplisit bagi pasangan Anies dan Muhaimin serta Ganjar dan Mahfud, bukan sekadar kalah menang, namun lebih dari itu sebagai bentuk perlawanan terhadap pasangan Prabowo dan Gibran yang mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Jokowi,” ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas itu.

Baca Juga: Kunjungi Bazar Kue Subuh, Wali Kota Depok Dukung Peningkatan Ekonomi UMKM

Dikemukakan, penetrasi politik paling dalam dilakukan pasangan Ganjar dan Mahfud yang sengaja memilih Solo dan Semarang sebagai perlawanan terbuka terhadap keluarga Presiden Jokowi yang bertempat tinggal di Solo. Bahkan dalam kampanye menyeruak kalimat Solo bukan Gibran.

“Itu bentuk simbolik kemarahan banteng ketaton di Jawa Tengah terhadap sikap Jokowi yang dianggap menghianati PDIP,” ujar ilmuwan politik Unas itu.

Bagi PDIP, lanjut Ginting, Jawa Tengah tidak boleh kalah. Tradisi itu akan dipertahankan mati-matian oleh partai yang menjadi kelanjutan dari Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1926. “Jika PDIP sampai kalah di Jawa Tengah, maka akan rontok pula di beberapa wilayah di mana PDIP cukup kuat, seperti di Jawa Timur dan Bali.”

Baca Juga: Hindari Politik Pecah Belah, ProGib Nusantara Gelar Diskusi Nasional Bersama Aktivis dan Mahasiswa

Sebaliknya bagi keluarga Jokowi, kata Ginting, wajib menang di Solo, tempat asal Jokowi pernah menjadi Walikota dan kini diteruskan dinastinya, Gibran bin Jokowi. Di sisi lain Solo menjadi daerah pemilihan (dapil) bagi Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Pada pemilu 2019, Puan meraih suara terbanyak di wilayah Surakarta itu.

Disebutkan, pilihan JIS artinya Anies Baswedan optimistis akan mempertahankan kemenangan dari loyalisnya di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Apalagi Jakarta episentrum politik di Tanah Air.

Prabowo menggunakan GBK untuk menunjukkan partai pendukungnya juga mampu melakukan mobilisasi politik besar-besaran. Sekaligus sebagai pertanda kepada publik mereka layak  menjadi pemenang pilpres kali ini, setelah dua kali Prabowo kalah dalam pilpres 2014 dan 2019.

Baca Juga: Sapa Sehat Depok Bahas Cakupan Kesehatan Universal

Selain itu, kampanye terakhir Anies dan Prabowo yang sama-sama berlangsung di Jakarta menjadi pertanda terjadinya pertarungan adu kualitas dan kuantitas massa pendukung kedua kontestan tersebut. Baik secara partisipasi politik maupun mobilisasi politik. 

“Jadi semua kontestan melakukan show of force terakhir untuk menunjukkan mesin politiknya dapat memenangkan kontestasi pilpres yang sangat keras ini,” ujar Ginting yang lama menjadi wartawan bidang politik itu.

Meskipun kampanye sudah berakhir, lanjut Ginting, namun mesin politik tetap harus dalam posisi panas hingga hari pencoblosan yang berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang. 

“Mereka akan menjaga iman politik loyalisnya agar tidak murtad pindah haluan ke kontestan rivalnya,” jelas Ginting. (***)

 

Berita Terkait

Image

Timnas Indonesia Selesai, Siapa Bilang?

Image

GBK Riwayatmu....