Dari Kaki Gunung Agung, UI Nyalakan Semangat Kemandirian Masyarakat Adat Geriana Kauh Bali
RUZKA REPUBLIKA -- Ni Nengah Sabe bersama anaknya I Komang Ceska Praditya yang masih berusia 4,5 tahun berjalan menghampiri para petugas kesehatan yang mengadakan pemeriksaan di Banjar Dinas Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali, pada Senin (26/08/2024).
Ia tampak bergegas karena hari mulai sore dan pemeriksaan kesehatan akan ditutup. “Saya dapat informasi dari kakak saya bahwa di balai banjar ada pemeriksaan kesehatan gratis. Jadi, saya izin sebentar kepada juru bendesa dari upacara adat agar bisa mengikuti pemeriksaan,” ujarnya.
Ni Nengah mengikuti serangkaian tes setelah menyampaikan keluhan yang dirasakan, seperti sakit di bagian mata dan leher, tangan sering kesemutan, serta tidur mudah terganggu. Ini adalah pemeriksaan kesehatan pertamanya sejak pemeriksaan terakhir saat ia melahirkan sang anak 4,5 tahun lalu.
Baca Juga: Join Force, President University Student Orchestra Teken MoU dengan Orkes Simponi UI Mahawaditra
“Setelah habis kontrol itu tidak pernah lagi. Untuk itu, saya berterima kasih banyak karena UI dan teman-teman mau masuk hingga ke pelosok desa. Astungkara, bersyukur sekali karena ada pemeriksaan gratis, terutama bagi kaum yang kurang mampu. Selama ini, kalau tidak punya BPJS, kami tidak dapat berobat,” katanya sambil menggendong sang anak.
Ni Nengah merupakan salah seorang dari 200 warga di Desa Adat Geriana Kauh yang mengikuti program pemeriksaan kesehatan yang diadakan oleh Universitas Indonesia (UI) melalui Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM).
Pada program ini, UI bekerja sama dengan sivitas akademika dan tenaga kesehatan dari beberapa lembaga, antara lain STIKES Kesdam IX Udayana, STIKES Wira Medika Bali, PT Unicare Clinic, RSU Prima Medika Denpasar, dan UPTD Puskesmas Selat.
Baca Juga: Pemkot Depok Ajak Orang Tua Ikut Mendidik Anak di Rumah
Direktur DPPM UI, Prof Agung Waluyo mengatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk membangun resiliensi masyarakat guna menciptakan masyarakat yang mandiri.
“Dalam mengembangkan Desa Geriana Kauh, kami mengenali apa saja potensi daerah ini dan tantangan yang dihadapi. Selanjutnya, bersama para mitra terkait, kami berkoordinasi untuk memetakan persoalan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu, dan masalah kesehatan ini adalah yang penting dan mendesak,” jelas Prof Agung.
Sejak 2016, UI telah menginisiasi berbagai program untuk Desa Adat Geriana Kauh, termasuk pelestarian Tari Sang Hyang Dedari yang ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Intangible World Heritage.
Baca Juga: Pelajar Depok Siap Berlaga di Invitasi Olahraga Tradisional Tingkat Jabar 2024
UI mendirikan Museum Sang Hyang Dedari Giri Amerta yang diresmikan pada 2019 sebagai upaya untuk menjaga warisan budaya sekaligus menumbuhkan pariwisata desa agar masyarakat adat dapat mandiri.
Akan tetapi, banyak tantangan yang dihadapi oleh warga di kaki Gunung Agung tersebut, salah satunya masalah kesehatan serius. Tercatat ada lima penyakit yang banyak diderita oleh warga Geriana Kauh, yakni hipertensi, diabetes melitus, dispepsia, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), dan hepatitis.
Untuk itu, Tim Pengabdi UI bekerja sama dengan sivitas akademika dan tenaga kesehatan setempat mengadakan kegiatan pelayanan kesehatan yang berlangsung di dua tempat, yakni Museum Sang Hyang Dedari dan Banjar Dinas Geriana Kauh, pada 26–27 Agustus 2024.
Baca Juga: Depok Sosialisasikan Perda dan Perwal TJSL Perusahaan
Dalam pelaksanaannya, Tim Pengabdi UI diketuai oleh Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Dr Ali Akbar dengan anggota, yakni drg. Benso Sulijaya (Fakultas Kedokteran Gigi), Danang Aryo Nugroho, SHum (FIB), serta dari DPPM, yaitu Dr Luh Gede Saraswati Putri, Ns La Ode Abdul Rahman dan Ricky A Septiawan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan mencakup penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan. Pada kegiatan penyuluhan, para peserta mendapat edukasi terkait lima penyakit yang banyak diderita, yakni meliputi gejala, penyebab, cara menanganinya, serta cara pencegahan.
Selanjutnya, pada kegiatan pemeriksaan, dilakukan pengecekan tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan; pemeriksaan fungsi alat-alat vital seperti nadi dan suhu tubuh, pemeriksaan darah sederhana meliputi gula darah, asam urat, dan kolesterol; serta pemeriksaan gigi dan mulut. Pada kegiatan tersebut, warga juga dapat berkonsultasi dengan dokter umum dan dokter gigi secara langsung.
Baca Juga: SAMA Mengukuhkan Kolaborasi Industri Marketing di Asia
Menurut Ns Ketut Lisnawati, SKep, dosen STIKES Wira Medika Bali, dari hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, kasus yang paling banyak ditemukan adalah kolesterol, asam urat, dan gula darah. Kurangnya informasi terkait jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi membuat warga memiliki pola makan tidak seimbang.
“Memang tradisi masyarakat di sini adalah konsumsi daging merah saat ada perayaan, juga hasil kebun, seperti duren, kacang panjang, dan kacang undis. Makanan ini tentu aman dikonsumsi jika tidak berlebihan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, selain memberikan pengobatan untuk menurunkan angka komplikasi kolesterol dan asam urat, kami memberikan edukasi tentang pola makan seimbang,” paparnya.
Sementara itu, dari hasil pemeriksaan gigi dan mulut, drg Benso menyebut bahwa dari total 140 pasien, permasalahan yang paling banyak ditemui adalah karies gigi, gigi berlubang, dan penyakit gusi dengan gigi goyang dan tanggal.
Baca Juga: KPU Depok Pastikan Pilkada Diikuti 2 Paslon, Ini Besar Dukungan Kedua Paslon
Ia juga menemukan beberapa pasien dengan gigi tiruan yang dibuat oleh tukang gigi, sehingga ada beberapa yang mengalami infeksi.
“Edukasi memang diperlukan agar pasien datang ke dokter gigi yang ada di puskesmas atau rumah sakit. Namun, fasilitas kesehatan di daerah juga terkendala karena beberapa alat tidak terlalu lengkap dan tenaga kesehatan terbatas,” ungkapnya.
Oleh karena itu, drg Benso menyarankan agar tindakan promotif dan preventif lebih ditekankan dibandingkan kuratif, karena tata laksana perawatan memakan biaya lebih banyak. Literasi tentang kesehatan gigi dan mulut dapat ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan, edukasi, serta kaderisasi warga sebagai garda terdepan.
Baca Juga: Yayasan Inotek Bawa 4 UMKM ke Pameran Kriyanusa, Buka Akses Pasar
“Jika literasi kesehatan gigi dan mulut warga di sini bisa tercapai, orang dewasa bisa mengedukasi anak-anaknya agar menerapkan pola hidup yang sehat, sehingga biaya untuk kuratif dan rehabilitatif dapat ditekan,” kata drg Benso.
I Nyoman Subratha selaku Pendesa Desa Adat Geriana Kauh menyampaikan apresiasinya kepada UI dan seluruh mitra yang bekerja keras memberikan layanan kesehatan gratis bagi warga.
“Menyala UI! Program yang dilakukan luar biasa, bukan hanya hari ini, tetapi sejak 2016, UI berkontribusi banyak bagi warga Geriana Kauh. Program pemeriksaan kesehatan ini sangat membantu para warga, terutama bagi mereka yang terkendala biaya untuk berobat ke rumah sakit. Kami berharap dengan dijemput langsung seperti ini, masyarakat dapat lebih sadar untuk menjaga kesehatannya, terutama terkait pola makan dan hidup sehat,” tuturnya. (***)