Nasional

Kasus Stunting Jadi Fokus Isu yang Diangkat Para Caleg di Depok

Caleg PKS Depok yang juga ahli gizi, Nur Hasanah bertekad perangi kasus stunting di Kota Depok.

ruzka.republika.co.id--Kasus stunting di Kota Depok atau kurang gizi kronis menjadi fokus isu para calon legislatif (Caleg) saat masa kampanye Pemilu 2024.

Salah satu yang paling gencar mengkampanyekan pengentasan kasus stunting yakni Caleg dari PKS untuk DPRD Kota Depok dari Daerah Pemilihan (Dapil) Beji, Cinere Limo (BCL), Nurul Hasanah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Saya bertekad akan memerangi kasus Stunting di Kota Depok yang jumlahnya kini masih tinggi," ujar Nurul, Sabtu (10/02/2024).

Baca Juga: Mantan Wakil Wali Kota Depok Ajak Warga Depok Jangan Golput

Lanjut Nurul, salah satu misinya untuk menjadi anggota DPRD di Kita Depok adalah, mendorong pengembangan kebijakan yang mendukung peningkatan kualitas kesehatan dan gizi masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

"Salah satunya menurunkan angka stunting yang saat ini masih berkisar 12,6 persen di Kota Depok," terangnya.

Menurut Nurul, yang disebut stunting adalah, kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, biasanya terjadi pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kehamilan hingga usia 2 tahun.

Baca Juga: Rawan Tsunami, Indonesia Dorong Negara Pesisir Samudera Hindia Perkuat Sistem Mitigasi dan Peringatan Dini

"Stunting ini mempunyai dampak yang mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif seorang anak yang dapat berlangsung sepanjang hidup," jelas Caleg yang juga ahli gizi ini.

Dia menambahkan, bahwa dari banyak penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kondisi stunting dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar seorang anak. Kondisi ini jika dibiarkan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas SDM masyarakat Depok di masa depan.

“Oleh karenanya, mari upayakan agar tidak ada lagi kasus baru stunting di Kota Depok dan dibutuhkan kolaborasi antar sektor untuk bisa menurunkan kasus stunting di Kota Depok," harap Nurul.

Baca Juga: Depok Bantu Permodalan dan Pembinaan UMKM, Dukung UMKM Tangguh

Nurul mengutip angka hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menyebutkan, prevalensi stunting di Kota Depok sebesar 12,6 persen. Angka ini lebih rendah dari target nasional yaitu 14 persen pada 2024.

Sementara angka stunting di tingkat nasional pada tahun yang sama yaitu 21,6 persen. Turun 2,8 persen dari tahun 2021 yaitu 24,4 persen.

"Meskipun jumlah angka stunting lebih rendah dari jumlah angka nasional, saya kelak jika terpilih sebagai anggota dewan akan berupaya menjadikan jumlah itu secara bertahap menurun hingga mencapai target sesuai arahan SDGs yakni
0% di tahun 2030," paparnya.

Baca Juga: Dinkes Depok Gelar Sosialisasi dan Evaluasi Pelayanan UHC

Penekanan itu, lanjut Nurul, bukan tidak mungkin karena, di kawasan Bekasi jumlahnya lebih rendah dari Kota Depok, yakni 6%. Itu artinya butuh kebijakan yang perlu dianggarkan untuk perbaikan kesehatan dan gizi masyarakat Kota Depok.

Dalam penanganan kasus stunting butuh melibatkan segala aspek baik intervensi spesifik maupun sensitif, diantaranya Nutrisi yang memadai, perawatan kesehatan, sanitasi yang baik dan akses ke makanan bergizi seimbang.

Kolaborasi antar sektor penting sekali untuk bisa mewujudkan hal tersebut, salah satunya yang bisa dilakukan oleh seorang anggota dewan selain mendorong kebijakan yang mendukung peningkatan akses kesehatan dan gizi masyarakat yakni memastikan alokasi anggaran yang
optimal untuk program gizi dan kesehatan anak, ibu hamil juga remaja," tutur Nurul. (***)

Berita Terkait

Image

Pemkot Depok Targetkan Zero New Stunting pada 2024

Image

Stunting, Pemkot Depok Gandeng Kader Posyandu untuk Berikan Makanan Bergizi ke Warga Prasejahtera

Image

Kaesang akan Dapat Lawan dari Beberapa Politikus Wanita di Kota Depok, Ini Calon Potensial PKS