Info Kampus

UI Kukuhkan 3 Guru Besar Tetap dari FKM, FIK dan FMIPA

Prof Dr Besral SKM, M.Sc dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKM UI.

ruzka.republika.co.id--Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan 3 guru besar tetap dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) di Balai Sidang UI, Rabu (15/11/2023).

Ketiga guru besar tetap tersebut yakni Prof Dr Besral SKM, M.Sc (FKM UI), Prof Agung Waluyo S.Kp, M.Sc, Ph.D (FIK UI) dan Prof Dede Djuhana M.Si, Ph.D (FMIPA UI).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Prosesi pengukuhan yang ditayangkan secara langsung melalui kanal Youtube UI dan UI Teve tersebut dipimpin langsung oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E, M.A, Ph.D.

Baca Juga: Dinkes Depok Silahturahmi ke PWI, Klarifikasi dan Harap Dukungan Warga Sukseskan Program Penanganan Stunting

Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Biostatistika FKM UI, Prof Dr Besral, SKM, M.Sc mengatakan peran ilmu biostatistika penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

"Biostatistik didefinisikan sebagai ilmu dan seni penerapan prinsip statistik dalam bidang kedokteran, kesehatan masyarakat, atau biologi," terangnya.

Ia menjelaskan, prinsip statistika didasarkan pada matematika terapan yang mencakup metode dan teknik mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menyajikan serta menafsirkan atau menyimpulkan hasilnya menjadi sebuah informasi.

"Prinsip-prinsip ini mencakup inferensi pada suatu populasi dan penarikan kesimpulan yang memperhitungkan ketidakpastian," jelasnya.

Baca Juga: Setia One Vision dan Toto Hoedi Berkolaborasi dalam Produksi Film Horor Bergenre Komedi

Biostatistik merupakan cabang ilmu statistik yang berfokus pada penerapan metode dan prinsip statistik pada fenomena biologis dan kesehatan.

Prinsip dan metode statistik ini mencakup pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi dan simpulan, serta penyajian data atau informasi di berbagai bidang seperti kedokteran, farmasi, biologi, dan kesehatan masyarakat.

Biostatistik dapat membantu memahami proses biologis, mengevaluasi efektivitas intervensi atau pengobatan, memprediksi outcome kesehatan, dan membuat keputusan berdasarkan analisis data.

Baca Juga: Instagram Rilis Fitur Close Friend untuk Reels dan Feeds, Sudah Coba?

Sejarah perkembangan biostatistik dalam kesehatan masyarakat ditandai dengan evolusi metode statistik yang berkelanjutan, penerapannya dalam epidemiologi, dan adaptasinya untuk mengatasi tantangan kesehatan kontemporer.

Biostatistik telah menjadi bagian integral dari penelitian kesehatan masyarakat, memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan dan intervensi berbasis bukti untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

"Secara umum, kontribusi ilmu biostatistika (baik secara langsung ataupun tidak langsung) dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sangat besar," papar Besral.

Baca Juga: Untuk Lindungi Hak Kekayaan Intelektual IKM, Begini Upaya Pemkot Depok

Guru besar Tetap FIK UI, Prof Agung Waluyo, S.Kp, M.Sc, Ph.D mengatakan perawat sebagai laskar dalam mengakhiri stigma dan mendorong pendampingan bagi orang dengan HIV (ODHIV).

"Perawat tidak hanya harus memperjuangkan penerimaan ODHIV, tetapi juga harus menjadi pendukung utama dalam upaya mengakhiri stigma dan diskriminasi," ungkapnya dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Caring dalam Merawat Pasien melalui Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Merawat Negeri”.

Dalam penelitiannya tersebut, Agung menghadirkan pemahaman yang mendalam tentang konsep keperawatan yang berfokus pada aspek kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat.

Baca Juga: Pemkot Depok Optimistis Partisipasi Pemilih Pemula Meningkat di Pemilu 2024

Salah satu upaya penting adalah pendampingan bagi ODHIV, terutama di lingkungan lembaga pemasyarakatan. Pendampingan ini mencakup konseling, testing, dan pendampingan selama pengobatan Antiretroviral (ARV).

Selain itu, pendampingan tidak hanya berhenti ketika ODHIV dibebaskan, melainkan berlanjut saat mereka kembali ke masyarakat.

Pendampingan tidak hanya terfokus pada ODHIV itu sendiri, melainkan juga melibatkan pasangan dan orang-orang terdekatnya.

Baca Juga: Hidup Mati Melawan Maroko, Bima Sakti Ingatkan Timnas U-17 Indonesia

Maka dari itu, program notifikasi pasangan dan pertemanan menjadi fokus dalam program penelitian dan pengabdian masyarakat tersebut.

"Hal ini juga menekankan bahwa semakin banyak perawat yang terlibat dalam program ini, semakin luas jangkauan untuk mencegah perluasan infeksi HIV di kalangan warga binaan pemasyarakatan, populasi kunci berisiko, dan pasangan serta pertemanan mereka," paparnya.

Dalam orasi ilmiah Prof Dede Djuhana M.Si, Ph.D (FMIPA UI) yang berjudul “Aplikasi Simulasi Micromagnetic pada Penelitian Struktur dan Dinamika Domain Material Feromagnetik” menyebut bahwa devais penyimpan data telah menjadi kebutuhan penting untuk tujuan dokumentasi di era digital saat ini.

"Devais penyimpan data tipe hard-disk drive (HDD) adalah jenis penyimpan data yang populer di masyarakat karena memiliki harga terjangkau, kapasitas besar, dan cukup awet dalam jangka waktu tertentu," jelasnya.

Baca Juga: Konser Coldplay, MRT Jakarta Perpanjang Jadwal Operasional

Secara umum, lanjut Dede, penyimpan data tipe HDD masih tetap digemari meski saat ini telah banyak penggunaan tipe solid-state drive (SSD) sebagai penyimpan data.

Melihat adanya tantangan dalam proses perekaman media magnetik atau magnetic recording di masa mendatang. Tantangan tersebut berupa writability, signal-to-noise, dan thermal stability.

Selain itu, perekaman media magnetik dengan menggunakan teknologi konvensional memiliki batas kapasitas, yakni rata-rata sebesar 1 Tb/in2.

Baca Juga: Tinggi Kolagen, 5 Makanan ini Dapat Bantu Terlihat Awet Muda

Untuk meningkatkan kapasitas perekaman magnetik, inovasi baru dapat diciptakan dengan menggunakan patterned-media, assisted-thermal atau solid state. Kerapatan kapasitas besar dari perekaman media magnetik dapat diperoleh melalui pengurangan ukuran grain.

Namun, pengurangan ukuran ini akan berdampak pada magnetisasi grain menjadi tidak stabil atau dikenal sebagai super paramagnetic limit (SPM).

Magnetisasi grain begitu mudah berubah dari satu keadaan ke keadaan lain karena pengaruh temperatur.

"Transisi waktu magnetisasi grain pada daerah SPM dikenal sebagai Néel relaxation time. Artinya, jika mampu mengontrol kondisi magnetisasi terhadap fluktuasi termal pada grain, kestabilan magnetisasi pada daerah SPM dapat diperoleh," papar Dede.

Berita Terkait

Image

UI Dorong Wirausaha Muda yang Bijak Finansial lewat Cips Learning Hub Goes to Campus

Image

1 dari 3 Orang Indonesia Idap Hipertensi

Image

Ini yang Harus Dicermati Hadapi Godaan Pinjol