Info Kampus

Ini Cegah Kebutaan Akibat Retinopati Diabetik Penderita Diabetes Melitus

Cegah kebutaan mata akibat retinopati diabetik penderita diabetes melitus.

ruzka.republika.co.id--Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin.

Setiap tahunnya, jumlah penderita diabetes melitus kian meningkat dan menjadikannya sebagai salah satu prioritas dalam penanganan Penyakit Tidak Menular (PTM).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Penderita diabetes melitus berisiko mengalami komplikasi kerusakan organ, salah satunya retinopati diabetik pada organ mata.

Baca Juga: Kebakaran di Depok, 4 Rumah Kontrakan 'Dilalap Si Jago Merah' di Gang Lengkeng Pondok Cina

Retinopati diabetik adalah komplikasi jangka panjang akibat tingginya kadar gula darah pada lapisan saraf mata.

Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kebocoran pembuluh darah, pembentukan pembuluh darah yang abnormal, bahkan perdarahan dan lepasnya retina akibat jaringan fibrovaskular pada kasus lanjutan.

Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Ari Djatikusumo menyebut keadaan retinopati diabetik di Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan.

Baca Juga: HGN 2024, Kemenkes Gelar Webinar, Dinkes Depok Paparkan Penyelenggaraan PMT Lokal

Studi yang dilakukan Sasongko, dkk. (2017) menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa dengan diabetes melitus memiliki vision threatening diabetic retinopathy. Hal ini membutuhkan tindak lanjut dengan skrining pada pasien diabetes melitus, bergejala diabetes melitus, dan bergejala mata.

“Penderita retinopati diabetik biasanya mengalami gejala ringan, yakni buram perlahan tanpa mata merah maupun nyeri. Selain itu, penderita retinopati diabetik dapat melihat adanya bayangan hitam berterbangan (floaters), baik berupa bintik hitam maupun dalam bentuk rambut-rambut atau garis-garis halus. Gejala yang lebih parah dapat berupa hilangnya sebagian lapang pandang atau bahkan buram yang lebih parah hingga hilangnya penglihatan,” ujar Dr Ari dalam siaran pers yang diterima, Kamis (25/01/2024).

Retinopati diabetik pada pasien diabetes melitus terjadi karena adanya kebocoran pembuluh darah mikro dan makrovaskular.

Baca Juga: Peneliti UI Temukan Daun Gambir Sebagai Produk Herbal Penurun Kolestrol

Di bagian mata, terutama retina, terdapat banyak sekali pembuluh darah mikrovaskuler yang rentan mengalami kebocoran dan penyumbatan.

Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan akibat tingginya kadar gula darah serta proses stres oksidatif.

Ketika terjadi kebocoran dan sumbatan pembuluh darah pada retina, saraf mata tidak dapat mendapat suplai darah yang cukup sehingga terjadi kerusakan dan menyebabkan hilangnya penglihatan.

Baca Juga: HGN 2024, RSUI Depok Edukasi Makanan Pendamping Air Susu Ibu ke Pasien

Pada kasus lanjutan, sumbatan pembuluh darah memicu pembentukan pembuluh darah baru yang abnormal, rapuh, dan mudah pecah sehingga menyebabkan perdarahan di badan kaca dan retina penderita retinopati diabetik.

Jaringan fibrovaskular yang menarik jaringan retina juga dapat terbentuk sehingga menyebabkan ablasio retina atau terlepasnya saraf mata.

Pembentukan pembuluh darah di jalan keluar cairan bola mata juga dapat meningkatkan tekanan bola mata dan menyebabkan rasa nyeri luar biasa.

Baca Juga: Depok Dorong Pengembangan UMKM di Rusunawa

Menurut Dr Ari, penanganan terbaik kasus ini adalah dengan pencegahan. Penderita diabetes melitus sebaiknya melakukan skrining secara rutin.

Kadar gula darah harus dijaga agar berada dalam batas normal dan lakukan kontrol rutin ke dokter spesialis penyakit dalam.

Bagi pasien yang telah terdiagnosis retinopati diabetik, harus menjalani follow-up, laser, injeksi, bahkan tindakan pembedahan, tergantung pada tingkat keparahannya.

Baca Juga: Pemilu 2024, KPU Depok Lantik 38.990 Orang KPPS

Selain itu, perlu peran dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk akademisi dan tenaga kesehatan, dalam menyebarluaskan pengetahuan mengenai penyakit ini.

“Kader dan Puskesmas harus aktif melakukan sosialisasi serta menyaring adanya kemungkinan masyarakat yang menderita diabetes melitus. Dari pasien-pasien diabetes melitus ini, kita perlu lakukan skrining secara rutin, sehingga penderita retinopati diabetik segera terdeteksi. Bagi rekan-rekan yang mengalami gejala penyakit tersebut, mohon segera cek ke dokter spesialis mata terdekat,” jelas Dr Ari.

Ia sendiri pernah melakukan kegiatan penyuluhan mengenai diabetes melitus dan retinopati diabetik dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan Departemen Mata Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), pada akhir tahun 2023, di Kantor Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Baca Juga: Gratis Mau Gunakan Layanan MCAP Depok di Sekolah, Ini Cara Pengajuannya

Setelah sesi penyuluhan, Tim Pengabdi melakukan skrining retinopati diabetik kepada 100 peserta penderita diabetes melitus.

Skrining tersebut mencakup pemeriksaan tajam penglihatan, tekanan intraokular, segmen anterior mata, serta segmen posterior (retina) mata. Para peserta juga diberikan edukasi dan rekomendasi terkait hasil pemeriksaan mata.

Berita Terkait

Image

Pemkot Depok Bentuk CSIRT, Dapat Mendukung SPBE yang Lebih Aman

Image

Depok Ikuti Launching CSIRT 2024, Perkuat Keamanan Siber

Image

Ini Anjuran Dokter Minimalkan Resiko Hadapi Polusi Udara