Jawab Kritikan, Pemkot Depok Gelar Edukasi Serentak Progam Makanan Tambahan Bergizi, Cegah Stunting
ruzka.republika.co.id--Menjawab kritikan Pembagian Makanan Tambahan (PMT) untuk peningkatan gizi anak, cegah stunting di Kota Depok, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menggelar edukasi serentak ke warga tentang makanan bergizi berbasis pangan lokal.
Kegiatan edukasi yang di gelar di 22 titik di 11 kecamatan di Kota Depok itu juga sekaligus membimbing anak-anak menyantap menu bergizi berkalori dan protein yang di olah para pelaku UMKM di Kota Depok.
"Kami berikan edukasi ke warga tentang perlunya PMT berbasis pangan lokal untuk balita. Setiap kecamatan terdapat dua lokasi khusus (lokus) pelaksanaan program PMT Lokal," ujar Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, Jumat (17/11/2023).
Baca Juga: Suporter Berburu Maskot Piala Dunia U-17
Lanjut Imam, kegiatan ini bertujuan untuk menggali harapan masyarakat terhadap pelaksanaan program PMT Lokal ini.
"Alhamdulillah, seluruh warga yang hadir saya tanyakan, Apakah kegiatannya baik dan dilanjutkan? Alhamdulillah jawabannya baik, bagus dan dilanjutkan," ucapnya.
Menurut Imam, masyarakat juga menginginkan adanya menu tambahan atau kudapan lainnya. Seperti, buah, susu ataupun kacang hijau.
Baca Juga: Mengenal Lebih Tentang Diet Mediterania yang Sedang di Gandrungi Artis Hollywood
"Jika anggaran kita cukup, semoga bisa dilakukan di tahun-tahun berikutnya atas usulan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok. Bisa juga diusulkan melalui kelurahan tentang makanan tambahan untuk anak stunting," jelasnya.
Program penurunan angka stunting juga merupakan program nasional yang menargetkan pada tahun 2024 angka stunting di Indonesia berada diangka 15 persen. Tetapi, saat ini Kota Depok sudah berada diangka 12,6 persen.
"Kota Depok sudah di bawah angka stunting nasional dan termasuk lima kota dengan angka stunting terendah se-Indonesia," ungkap Imam.
Baca Juga: Konser Pertama Coldplay di Indonesia Chaos! Banyak Kena Tipu
Dengan kegiatan ini, tentu Pemkot Depok menginginkan angka stunting bisa turun lagi. Saat ini masih ada sekitar 3.200 anak yang masih stunting.
"Mudah-mudahan dengan pemberian makanan tambahan setiap hari pada kegiatan PMT ini, sehingga Zero Stunting yang kita harapkan bisa terwujud," harap Imam.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Dinkes Kota Depok, Zakiah menambahkan, kegiatan makan bersama menu bergizi sebagai bentuk edukasi kepada balita yang menjadi sasaran PMT Lokal.
Baca Juga: Perdana di Bandung, Pameran Mobil GIIAS Hadirkan Inovasi Teknologi Terkini
Sasarannya yaitu, balita yang gizi kurang, balita yang berat badan kurang dan sangat kurang, balita yang tidak naik timbangannya bulan lalu. Total ada, 9.882 balita yang diberikan PMT selama 28 hari.
Program PMT dimulai sudah sejak Jumat 10 November dan akan berlangsung hingga 8 Desember 2023. Selama 6 hari PMT hanya menyajikan menu kudapan lokal atau makanan selingan dan setiap Kamis, menu gizi yang disajikan lengkap dengan bubur atau nasi serta lauk pauk.
Jumlah sasaran yang diberikan PMT dua kali lebih banyak dari jumlah anak stunting. Sebab, program ini juga sebagai upaya Zero New Stunting atau pencegahan kasus stunting baru.
Baca Juga: Insya Allah, Berobat RS di Depok Cukup Pakai KTP
"Jadi mereka belum stunting, tidak stunting tapi jangan sampai mereka jatuh ke kondisi stunting. Untuk itu, kita intervensi dengan PMT Lokal," jelasnya.
Menjawab kritikan kenapa menu yang dibagikan hanya tahu dan otak-otak. Kepala Dinkes, Mary Liziawati mengaku soal menu makanan sudah mengacu pada petunjuk teknis (juknis) Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Mary menjelaskan PMT yang diberikan kepada balita adalah PMT lokal yang menggunakan bahan dasar lokal yang diolah oleh para pelaku UMKM Kota Depok.
Baca Juga: Ditipu Calo, Artis Susan Sameh Nyaris Gagal Nonton Coldplay
"Kita mengikuti juknis tersebut dengan pemberian selama 28 hari dengan 6 hari kudapan dan 1 hari makanan bekal atau lengkap," ujar Mary.
Mary lalu menjelaskan makanan yang dibagikan itu adalah kudapan. Masalahnya warga Depok belum familiar dengan kudapan.
"Ternyata masyarakat kita belum familiar dengan yang namanya kudapan lokal," terangnya.
Mary kemudian menerangkan pemberian PMT bukan berarti pemberian makanan dengan menu lengkap. Selain mengacu pada juknis Kemenkes dan mengaku mengikuti resep UNICEF.
Baca Juga: UI Kukuhkan 3 Guru Besar Tetap dari FKM, FIK dan FMIPA
"Ini kan ramai, cuma dua tahu, cuma dua otak-otak. Dari buku resep yang dikeluarkan UNICEF, dikeluarkan oleh Kemenkes bahwa memang di kudapan itu terdapat dua jenis protein hewani yang sudah mencukupi kandungan gizi untuk para balita," terang dia.
Lanjut Mary, menu bergizi itu memang merupakan menu olahan yang dibuat dengan standar gizi dan tidak menggunakan bumbu penyedap rasa, seperti gula, garam dan mecin. Dan, juga diharapkan dengan edukasi ini diharapkan para orang tua dapat secara mandiri mengolah menu bergizi untuk balitanya.
"Otak-otaknya bukan otak-otak yang dijual pinggir jalan, tapi otak-otak isinya telur dengan di rebus atau kukus dengan kandungan gizinya sesuai standar yang dikeluarkan Kemenkes. Dan, memang rasanya hambar, tak enak dimakan oleh balita dan orang dewasa yang sudah terbiasa makanan enak, dengan penyedap dan makanan instan," terangnya.