Galeri

Sastra Horor Antara Budaya, Ilmu Gaib, Hantu, Santet, Leak dan Suanggi

Diskusi yang berkaitan erat dengan penulisan kisah horor yang berdasarkan cerita horor di Indonesia di Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat 26 Juli 2024.

RUZKA REPUBLIKA -- Jumat 26 Juli 2024 pukul 13.00 WIB, bertempat di lantai 4 Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), berlangsung diskusi yang berkaitan erat dengan penulisan kisah horor yang berdasarkan cerita horor di Indonesia.

Para pembicara utama terdiri dari Yon Bayu Wahyono (sang penulis) sekaligus pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Misteri dan karya-karyanya berupa cerita pendek, novel, esai dan telah dimuat di berbagai media di seluruh Indonesia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pembicara utama lainnya ada Ni Made Sri Andani, seorang penulis asal Bali yang juga sebagai dokter hewan dan marketer professional serta telah menerbitkan buku antara lain 100 Cerita Inspiratif dan 50 Cerita Inspiratif.

Baca Juga: Depok Gelar Festival Ortrad 2024 Depok Diikuti Ratusan Pelajar SD

Delapan tulisannya telah dialih wahanakan ke Channel Youtube sebagai film inspiratif, ada juga novel cerita inspiratif yang berjudul Lunas dalam Keihklasan, Ghost, Petaka Burung Perkutut, Kiki Penjual Kue, Lebaran Jagung Depan Kuburan, dan lain-lain.

Sedangkan nara sumber ketiga adalah Sunu Wasono. Pria kelahiran Wonogiri ini pensiunan dosen Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Indonesia, dan pernah menjadi dosen tamu di La Trobe University, Melbourne, Australia serta Ketua Program Study Sastra Indonesia FIB UI.

Tulisannya pernah dimuat di harian Kompas, Suara Karya, Horison, Republika, Jawa Pos dan lain-lain. Buku-bukunya antara lain Membaca Sapardi Djoko Damono, Jejak Pengarang dalam Sastra Indonesia, Dinamika Bahasa dan Sastra Indonesia, Jagat Lelembut, Lebah-Lebah Madu, Puisi Indonesia Dalam Sorotan dll.

Baca Juga: Kader Posyandu di Depok Ciptakan Menu Sehat Cegah Stunting

Sebagai moderator Nanang R. Supryatin. Pria yang juga penulis puisi dan cerita pendek ini karya-karyanya telah dimuat di berbagai media cetak dan juga online. Ia pendiri Komunitas Sastra Kita dan pernah menjuarai lomba cipta puisi dan cerita pendek yang diselenggarakan media nasional. Pensiunan Pemda DKI Jakarta ini, juga mengelola beberapa bulletin sastra dan Tabloid Alinea Baru.

Pertemuan diadakan oleh Dapur Sastra Jakarta yang diketuai oleh Remmy Novaris DM. Perhelatan yang diberi nama Diskusi Meja Panjang ini telah berlangsung beberapa kali. Tema kali ini berkaitan erat dengan sastra horor karya Yon Bayu Wahyono.

Berkaitan dengan tema diskusi tersebut, sastra horor erat hubungannya dengan alam gaib sekaligus sama tuanya dengan dunia yang dikenal manusia melalui panca indera baik indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pembau (hidung), pengecap (lidah) juga indera peraba (kulit).

Baca Juga: Perayaan HarI Puisi Harus Berlanjut, Demi Komitmen kepada Indonesia

Dunia gaib yang secara tidak langsung berkaitan dengan kekuatan di luar diri manusia, berhubungan erat dengan alam. Di era millennial ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi masih menyisakan banyak pertanyaan dan hal-hal yang tidak dapat dikenali oleh panca indera, maka timbul narasi bahwa keberadaan manusia yang tinggal di bumi dengan ribuan galaksi dan bumi hanya salah satu planet di sebuah galaksi yang bernama Bima Sakti, keberadaan alam gaib masih belum terjawabkan.

Benarkah dunia multiverse dan parallel memiliki kembaran lain seperti yang didalilkan ilmuwan yang bernama Hugh Everett III?

Benarkah lubang hitam di alam semesta adalah pintu gerbang menuju ke alam lain seperti hipotesis Albert Einstein dan bahkan keberadaan UFO (Uni identified Flying Object) masih menjadi perdebatan, apakah benar berasal dari planet lain atau hanya igauan akibat ketidakmampuan teknologi manusia di dalam mengindentifikasikannya.

Baca Juga: Aliansi Taekwondo FISIP UI Gelar Kejuaraan Taekwondo Berskala Nasional

Budaya dan Tanah Jawa

Pembahasan sastra horor yang dikemas dengan penulisan antara sains dan klenik, menurut sang penulis yang akrab disapa Yon Bayu ini, juga erat hubungannya dengan budaya, dalam hal ini budaya dari misteri tanah Jawa.

Pengamat lintas disiplin ilmu seperti sejarah, budaya, arkeologi dan antropologi mengkaitkannya dengan narasi seperti apa tanah Jawa pada periode sebelum disinggahi pengelana China Fa Hien pada 412 Masehi, bagaimana peradaban tanah Jawa sebelum kedatangan para penyebar agama Hindu dan Budha dari India pada abad ke empat masehi?

Pertanyaan yang kemudian menukik pada kisah gaib memberi jawaban yang bias, dan hanya sebagai pengiring kalimat pada sebuah pemahaman yang berkaitan erat dengan horor atau dunia kaum lelembut.

Baca Juga: Malpraktik, Seorang Wanita Cantik dari Medan Tewas, Diduga Usai Sedot Lemak di Klinik Kecantikan di Depok

Di dalamnya juga ada legenda tua yang menceritakan Aji Saka yang datang ke tanah Jawa pada abad 78 Masehi, ia membawa misi menaklukkan Raja Dewata Cengkar, penguasa tanah Jawa yang beraliran hitam.

Kisah ini sebagai penguat kebenaran ajaran Aji Saka yang berasal dari Jambubudwipa (India), itu sebabnya ada asumsi bahwa kisah Aji Saka masuk ke tanah Jawa sejak abad ke empat Masehi yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Tarumanegara.

Ada juga yang berpendapat bahwa sastra horror erat kaitannya dengan mitos, lengenda serta dongeng. Menurut Yon Bayu, di dalam buku The Occult History of Java (sejarah gaib), karangan Charles Webster Leadbeater, disebutkan pada tahun 2000 Sebelum Masehi, tanah Jawa merupakan koloni imperium Atlantis yang mana kekaisarannya memiliki teknologi sangat maju, namun hilang dalam satu malam karena bencana alam ketika hendak menyerang Athena.

Baca Juga: IMERC UI Jajaki Kemitraan dengan Kedubes Tunisia

Setelah Atlantis binasa, Jawa dikuasai oleh raja sekaligus imam agung yang beraliran hitam yang bersekutu dengan dewa angkara murka dan haus darah sehingga secara rutin diberi persembahan darah manusia agar tidak mendatangkan malapetaka.

Di masa inilah praktik ilmu gaib dan sihir mulai dikenal di dalam perputaran dunia. Dan sepeninggal Aji Saka, tanah Jawa mulai dikuasai bangsa jin. Lalu pada saat itulah aliran ilmu gaib seperti Kejawen, klenik dan kebatinan merebak.

Hingga datanglah periode Islam yang diawali dengan kedatangan Syekh Subakir dari Kerajaan Turki Utsmaniyah yang merajah tanah Jawa. Saat itu, Raja Aji Kalazkra ditanam di Gunung Tidar untuk menghalau kekuatan hitam.

Baca Juga: Job Fair Depok 2024, Ada 2.000 Lowongan Kerja

Dalam konteks sejarah, buku The Occult History of Jawa tidak dapat dijadikan bahan rujukan, hal ini
disebabkan karena isinya hanya berdasarkan pada legenda dan rekaan.

Dan sebelum narasi Plato dalam Timaeus and Critias (360 SM), tidak ada bukti empiris atau catatan lain tentang Atlantis dan bisa dipahami bahwa sebutan atau penamaan Atlantis adalah plot cerita fiksi orisinal karya Plato.

Pada saat yang bersamaan ditemukan fakta tentang adanya persilangan antara mitos, legenda dan dongeng. Di dalam penjelasannya, Yon Bayu juga mengungkapkan bahwa masyarakat Jawa mengenal jagat alit dan jagat ageng. Jagat alit adalah manusia dengan segala pemikiran, perbuatan, dan hidup serta matinya.

Baca Juga: Seminar Awam Bicara Sehat Spesial Hari Anak Nasional: Anak Terlindungi, Indonesia Maju

Sedangkan jagat ageng merupakan dunia di luar dirinya. Konsep adanya dunia kecil dan dunia besar bertujuan untuk menyelaraskan manusia dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

Sedangkan menurut tingkatannya orang Jawa mengenal tiga dunia yaitu Mayapada, Madyapada dan Arcapada.

Tiga konsep ini disebut Tribuwana. Istilah tiga sebutan itu dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Budha. Sebelumnya orang Jawa menamainya sebagai dunia atas, tengah dan bawah.

Dunia atas tempat tinggal Tuhan yang sejak awal bersifat gaib tidak berwujud (suwung), dunia tengah dihuni mahluk yang diciptakan gaib (jin, setan) dan mahluk gaib yang berasal dari kematian mahluk hidup (roh mmanusia, dan hewan).

Baca Juga: Jaga Kualitas Udara, DLHK Depok Uji Emis Kendaraan, Gratis!

Sedangkan dunia bawah adalah bumi tempat tinggal manusia. Agus Sunyoto dalam bukunya yang berjudul Atkas Waki Songo; Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah (2017) agama Kejawen atau Kapitayan sebagai agama yang memiliki Tuhan atau sesembahan utama yang bernama Sang Hyang Taya yang posisinya dimaknai sebagai sesuatu yang hampa, kosong, suwung dan awing-uwung.

Orang Jawa kuno mendefinisikan Sang Hyang Taya dalam ungkapan Tan Kena Kinaya Ngapa yang artinya tidak bisa diapa-apakan kederadaanNya.

Agama ini dipercaya diajarkan oleh Sang Hyang Ismaya atau Semar, di dalam kisah pewayangan yang berasal dari cerita Mahabharata dan Ramayana di mana Semar atau Ismaya lahir dari telur Dewi Rakawati.

Baca Juga: Padang Wicaksono Lakukan Sejumlah Gebrakan dalam Memimpin Vokasi UI

Menurut sejarawan Slamet Mulyono, Semar ditemukan dalam karya sastra zaman kerajaan Majapahit yang berjudul Sudamala.

Selain berbentuk kakawin, cerita Sudamala diukir sebagai relief di Candi Sukuh yang berangka tahun 1439. Posisi Semar dalam masyarakat Jawa sangat sentral dan dihormati.

Semua versi tentang Semar sebatas pengayom umat manusia dan bertutur tentang kebajikan dan kebaikan. Penganut Kapitayan tetap mempercayai Tuhan yang bersifat suwung.

Baca Juga: Disdik Depok Imbau Sekolah Swasta Buka Pendaftaran untuk Siswa Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Selain itu di dalam buku Sastra Horor karya Yon Bayu juga mengungkapkan tentang wahyu gaib sebagai sarana legitimasi kekuasaan.

Raja-raja di tanah Jawa memperoleh kekuasaan melalui empat cara yaitu mewarisi dari penguasa sebelumnya, melalui penaklukkan atau aneksasi, kudeta atau pemberontakan dan mendirikan kerajaan baru.

Hal ini erat kaitannya dengan sinkretisme dan akulturisme dan ada juga yang bertuliskan keterkaitan kekuatan gaib sebagai penopang kekuasaan. Ryang hampa, kosong, suwung dan awing-uwung.

Baca Juga: Program PESIAR Bantu Tingkatkan Kepesertaan Aktif BPJS Kesehatan di Depok

Orang Jawa kuno mendefinisikan Sang Hyang Taya dalam ungkapan Tan Kena Kinaya Ngapa yang artinya tidak bisa diapa-apakan keberadaanNya.

Agama ini dipercaya diajarkan oleh Sang Hyang Ismaya atau Semar, di dalam kisah pewayangan yang berasal dari cerita Mahabharata dan Ramayana di mana Semar atau Ismaya lahir dari telur Dewi Rakawati.

Menurut sejarawan Slamet Mulyono, Semar ditemukan dalam karya sastra zaman kerajaan Majapahit yang berjudul Sudamala. Selain berbentuk kakawin, cerita Sudamala diukir sebagai relief di Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.

Baca Juga: IMERC UI Jalin Silaturahmi dan Diskusi dengan Kedubes Palestina

Posisi Semar dalam masyarakat Jawa sangat sentral dan dihormati. Semua versi tentang Semar sebatas pengayom umat manusia dan bertutur tentang kebajikan dan kebaikan. Penganut Kapitayan tetap mempercayai Tuhan yang bersifat suwung.

Selain itu di dalam buku Sastra Horor karya Yon Bayu juga mengungkapkan tentang wahyu gaib sebagai sarana legitimasi kekuasaan.

Raja-raja di tanah Jawa memperoleh kekuasaan melalui empat cara yaitu mewarisi dari penguasa sebelumnya, melalui penaklukkan atau aneksasi, kudeta atau pemberontakan dan mendirikan kerajaan baru.

Baca Juga: PPDB Usai, Permohonan Wali Kota Depok untuk Optimalisasi Tak Dipenuhi Pemprov Jabar, Ini Solusinya

Hal ini erat kaitannya dengan sinkretisme dan akulturisme dan ada juga yang bertuliskan keterkaitan kekuatan gaib sebagai penopang kekuasaan.

Raja-raja di Jawa pada masanya masyur dengan ilmu ‘linuwih adikodrati’ yang memperkuat legitimasi kekuasaannya selain ilmu wahyu.

Ilmu linuwih tersebut bisa berupa kemampuan secara fisik, gaib, maupun kepemilikan senjata dan hewan yang tidak dapat ditaklukkan oleh orang biasa.

Contohnya seperti Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sundaaja-raja di Jawa pada masanya masyur dengan ilmu ‘linuwih adikodrati’ yang memperkuat legitimasi kekuasaannya selain ilmu wahyu.

Baca Juga: Selamat Ginting: Jika Kamala Harris Jadi Presiden, AS Berubah Arah Soal Israel di Palestina

Ilmu linuwih tersebut bisa berupa kemampuan secara fisik, gaib, maupun kepemilikan senjata dan hewan yang tidak dapat ditaklukkan oleh orang biasa. Contohnya seperti Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sunda Galuh Pakuan yang digambarkan memiliki kemampuan menaklukkan harimau, ia bahkan bisa mengubah dirinya menjadi macan putih.

Gambaran ini mengokohkan eksistennya sebagai pemimpin yang memiliki kekuatan supranatural. Dan demikian juga dengan Jaka Tingkir yang kemudian menjadi Sultan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya atau Adiwijaya, dalam perjalanan spiritualnya ia meraih kejayaan di Kesultanan Demak, Jaka Tingkir digambarkan dapat menaklukkan 40 buaya di sungai Bengawan Solo. Dan buaya-buaya itu dijadikan penarik getheknya.

Di dunia Barat, di tengah perkembangan ilmu kedokteran, praktek penyembuhan dengan metode sugesti masih tumbuh subur. Seperti yang dilakukan Franz Antion Mesmer (1734-1815) dari Austria dengan ‘animal magnetismnya’, ia memberikan sugesti dengan menggunakan ritual gerakan tangan tertentu yang dipercaya oleh pasien dapat membuka sumbatan cairan di tubuh yang dianggap sebagai penyebab seseorang menjadi sakit.

Baca Juga: Bahan Pangan di Pasar Cisalak Depok Dijamin Bebas Bahan Pengawet

Raja Louis XVI kemudian membentuk komite khusus untuk menyelidiki apa yang sesungguhnya dilakukan Mesner, dan diketahui kalau kesembuhan yang dialami pasien adalah akibat dari efek sugesti, kepercayaan dan imajinasi pasien. Dan menurut Robert Ader seorang psokolog, mental dan emosional dapat mempengaruhi sistem tubuh.

Kita sering mendengar bahwa ketika seseorang stress maka dia akan menunjukkan gejala perubahan fisik, sama halnya ketika kita berpikir akan sembuh dari penyakit maka tubuh pun akan merefleksikan apa yang ada di pikiran.

Dukun dan Orang Pintar

Sejak tahun 80-an istilah dukun atau orang pintar mengalami pergeseran menjadi paranormal. Jasa yang diberikan tidak lagi sebatas pengobatan namun juga sebagai penglaris usaha dan pengusir roh jahat atau pengirim ilmu gaib yang berupa santet dengan tujuan merugikan seseorang. Paranormal menawarkan tiga jasa utama yaitu kejayaan, kekayaan dan penyembuhan penyakit.

Baca Juga: Pilkada 2024, Proses Coklit Selesai 100%, 1,4 Juta Warga Depok Terdaftar Jadi Pemilih

Jasa ini terkait dengan kenaikan pangkat, memperoleh kedudukan, dan kemenangan dalam kontekstasi electoral seperti pemilihan kepala desa, anggota legislatif dan kepala daerah. Para normal juga membantu mendatangkan kekayaan untuk menyelesaikan keuangan pasiennya melalui praktek klenik seperti pesugihan dan penggandaan uang. Ketiga sugesti tentang kesembuhan penyakit pasien.

Dari penjelasan di atas antara mahluk hidup dengan mahluk gaib diprediksi hidup parallel, mereka saling berdekatan meski keberadaan mereka di dunia yang berbeda. Dari sinilah kemudian dikenal mahluk-mahluk yang diberi nama kuntilanak, hantu pocong, genderuwo, tuyul dan Nyi Roro Kidul, dan ada asumsi awalnya mereka berasal dari manusia.

Sedang di Bali, menurut Ni Made Sri Andani, ilmu gaib yang terkenal adalah leak, leak sendiri dalam mitologi Bali merupakan jelmaan manusia yang menguasai sebuah ilmu bernama ‘aji pengeleakkan’.

Baca Juga: Rethinking Your Legacy

Orang yang memiliki ilmu tersebut dapat mengubah wujudnya menjadi berbagai bentuk seperti menjadi sosok Rangda (mahluk menyeramkan yang merupakan ratunya leak dalam mitologi Bali, ‘bade’ atau tempat mayat/tulang manusia saat diaben/ngaben/dibakar, ‘page’ atau keranda dari anyaman bambu dan terkadang beserta petinya, binatang maupun sinar cahaya yang berwarna merah, kuning, hijau dan sebagainya tergantung tingkat kesaktian atau level dalam ilmu pengeleakkan atau leak).

Zaman dahulu ilmu leak digunakan untuk tameng tubuh, juga untuk menguasai ilmu santet, pengasih, pennunduk, pembungkam, sirep, ilmu pellet, ilmu cetik atau racun, dan akhirnya ilmu leak menjadi sebuah momok yang menyeramkan. Leak hanya bisa dilihat di hari sandikala (menjelang mahgrib hingga malam hari oleh orang-orang yang memiliki kepekaan mata batin ataupun ahli supranatural).

Siang hari para pengguna ilmu leak beraktivitas seperti biasa, mereka merupakan manusia yang umum dan kebetulan mempelajari ilmu tersebut). Di Indonesia Timur kisah horor yang mirip leak disebut dengan suanggi.

Baca Juga: Meriahkan Tahun Baru Islam 1446 H, PRIMA DMI dan Yayasan Fatijja Quran Luncurkan Program Sedekah Al Quran

Suanggi atau Swangi (Suwangi) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti "burung hantu", juga mengacu kepada kepercayaan lama masyarakat suku Aru, ataupun roh jahat yang oleh suku Tetun dipercaya selalu mengembara untuk memangsa manusia.

Namun, bagi masyarakat Indonesia Timur pada umumnya, suanggi menjadi nama yang terkenal misterius sekaligus menakutkan. Ini karena suanggi adalah sejenis ilmu hitam dan juga menjadi sebutan bagi dukun atau orang yang menekuni ilmu hitam tersebut.

Suanggi ditakuti karena ilmu hitam ini biasa digunakan untuk membunuh musuh atau orang yang tak disukai. Penganut atau dukun suanggi biasanya hidup di hutan dan terkadang hidup berbaur dengan masyarakat sekitar.

Baca Juga: Peristiwa Kebakaran di RS Citra Arafiq Depok, 4 Unit Damkar Dikerahkan

Sedangkan Sunu Wasono menjelaskan bahwa cerita horor bukan barang baru lagi, sebab di era 1970-80-an, tema-tema film banyak mengangkat kisah horor dengan bintang legendarisnya almarhum Suzana.

Hal ini bisa juga dijumpai di cerpen-cerpen karya Riyono Paktikto yang banyak menuturkan kisah alam gaib. Ramainya perbincangan tentang cerita horor saat ini, bolehlah dianggap sebagai tanda atau bukti kalau masyarakat Indonesia pada dasarnya suka akan cerita atau film perhantuan.

Orientasi ke dunia gaib niscaya berkaitan dengan sistem kepercayaan yang telah lama berakar pada masyarakat. Setiap karya sastra memiliki penggemarnya sendiri-sendiri.

Baca Juga: TMMD ke-121 di Depok Berlangsung 1 Bulan, Digelar Sejumlah Kegiatan Fisik dan Non Fisik

Apakah cerita horor bisa juga dikategorikan ke dalam kisah propaganda yang isinya mendikte pembacanya untuk melakukan tindakan tertentu yang dapat dikategorikan sebagai pembodohan? Tentu saja bisa.

Masyarakat yang bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi tentu tidak akan menerima begitu saja apa yang dibaca dan ditonton.

Karena rasa takut dari manusia adalah ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan hal itu dapat menjadi sumber malapetaka yang mengerikan, sebab manusia akan mengingat dengan lebih jelas rasa sakit dan ancaman kematian dibandingkan dengan perasaan bahagia.

Baca Juga: Ini Jadwal Layanan Jemput Bola Disdukcapil Depok Terkait Perekaman E-KTP di Sekolah

Tulisan Todorov yang dikutip Nariswari, membagi horor menjadi tiga jenis yaitu ‘uncany, ‘marveleous dan ‘fantastic’. Uncany adalah jenis horor yang berakhir dengan elemen-elemen supranatural, hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak rasional.

Marveleous merupakan horor dengan fenomena tidak masuk akal akan tetapi dapat diterima hanya dengan menerima lapisan kedua dari realitas atau ‘hukum alam yang baru’ misalnya kisah tentang vampire, zombie, atau setan.

Dan fantastic horor adalah jenis horor yang menggiring pembaca pada keraguan atas kondisi atau supranatural antara yang nyata dan tidak nyata.

Baca Juga: Keren! UI dan Seniman Batik Kembangkan 3 Motif Batik Khas Lereng Timur Merapi dan Merbabu

Meski demikian cerita horor punya hal hidup yang mencerminkan budaya Nusantara. Sebagai salah satu jenis sastra, kisah horor tentu punya pembaca sendiri dan agar tidak terjadi pembodohan, pembaca tentu harus bersikap kritis.

Menurut sastrawan Gerson Poyk kisah horor itu ada di diri manusia sendiri. Manusia sudah lebih horor dari hantu yang ada diciptaan imajinasinya.

Yang perlu ditakuti ketika seseorang berada di ruang sunyi dan sendiri, di sana absurditas kehidupan akan terjadi, horor kemanusian yang berupa perampok, pembunuh berdarah dingin dan orang-orang yang tidak lagi memiliki sisi kemanusiaan dan empati terhadap kaum marginal adalah manusia horor, mereka lebih setan daripada si setan itu sendiri.

Penulis: Fanny J Poyk